Pulang ke Pelukan Hati
Mentari pagi menyapa Jakarta hari itu terasa lebih cerah bagi Maya Jantungnya berdebar setiap kali melihat foto suaminya Danu Ia seorang tentara yang sedang bertugas jauh di perbatasan sudah delapan bulan berlalu dan rindu itu menumpuk seperti awan tebal di dadanya
Maya membelai rambut putranya Rio yang masih terlelap Rio adalah miniatur Danu tawa cerianya seringkali menjadi pengobat rindu saat Danu tak ada Ia ingat bagaimana Danu selalu mencium kening Rio sebelum pergi setiap tugas Danu selalu berkata jaga Ibu ya Nak
Hari-hari Maya dipenuhi rutinitas mengantar Rio sekolah bekerja sebagai guru taman kanak-kanak dan setiap malam ia akan membacakan surat dari Danu pada Rio Rio akan menempelkan telinganya di kertas seolah bisa mendengar suara Ayahnya lewat tulisan Ayah bilang rindu sekali sama kita Bu kata Rio suatu malam matanya berbinar
Danu di garis depan ia selalu membawa selembar foto usang foto Maya dan Rio Di tengah hutan lebat saat dingin menusuk tulang atau saat lelah menyerang ia akan memandangi foto itu Senyum Maya dan tawa Rio adalah kekuatannya Setiap peluru yang ia lepaskan adalah demi masa depan mereka demi keamanan keluarganya
Suatu sore telepon berdering Maya tahu itu nomor dari kesatuan Danu Dadanya berdesir antara cemas dan bahagia Sebuah suara tegar mengabarkan bahwa Danu akan pulang minggu depan Air mata Maya langsung menetes air mata bahagia yang sudah lama tertahan
Rio melompat kegirangan Ayah pulang Ayah pulang teriaknya Maya memeluk erat Rio membayangkan pelukan hangat Danu yang sebentar lagi akan mereka rasakan kembali
Seminggu kemudian di bandara Maya dan Rio menunggu Pintu kedatangan terbuka dan kerumunan orang mulai keluar Jantung Maya berdetak kencang Danu Mana Danu Lalu ia melihatnya sesosok gagah dalam seragam loreng yang sedikit usang tapi tatapannya penuh cinta
Danu melangkah cepat senyumnya merekah Begitu pandangannya bertemu Maya ia langsung merentangkan tangan Rio berlari lebih dulu Ayah teriaknya dan Danu langsung berlutut memeluk putranya erat mencium pipinya berulang kali
Lalu giliran Maya Air mata kembali mengalir saat ia membenamkan wajahnya di dada Danu Aroma maskulin yang ia rindukan kini nyata terasa Pelukan itu begitu erat seolah ingin menebus semua jarak dan waktu yang memisahkan
Aku pulang Sayang bisik Danu suaranya sedikit serak karena menahan haru Maya hanya mengangguk tak mampu berkata-kata ia hanya ingin menikmati momen ini selamanya
Di rumah sederhana mereka malam itu terasa hangat Rio bercerita semua tentang sekolahnya Danu mendengarkan dengan seksama sesekali tertawa mendengar celotehan putranya Maya memandang mereka dengan hati penuh Ia tahu pengorbanan Danu begitu besar tapi cinta mereka lebih besar lagi
Kini Danu ada di sini di sampingnya di samping Rio Keluarga mereka utuh kembali Sebuah hati yang sempat terpisah oleh tugas kini bersatu kembali lebih erat dari sebelumnya dan dipenuhi cinta yang tak terhingga.