Genre: Horor Psikologis
Setting: Asrama sekolah tua
Panjang: Singkat, padat, menegangkan
---
Namanya Dira, siswi pindahan yang baru masuk asrama pada semester ganjil. Asrama tua itu hanya memiliki delapan kamar. Dira ditempatkan di kamar nomor 7, kamar yang katanya paling sepi — dan paling dingin.
Malam pertama terasa biasa saja. Tapi saat malam kedua datang, Dira terbangun karena suara ketukan dari jendela. Tok. Tok. Tok. Padahal kamar itu di lantai dua, dan jendelanya menghadap ke kebun bambu yang gelap.
Ia membuka tirai perlahan. Tak ada apa-apa. Hanya bayangan pohon-pohon kurus yang bergoyang seperti tangan.
Tapi malam berikutnya, suara itu datang lagi. Kali ini bukan ketukan. Melainkan suara bisikan yang sangat dekat.
> "Kau bisa melihatku, kan?"
Dira membeku. Ia menoleh ke jendela. Di balik kaca yang berkabut, samar-samar tampak wajah pucat dengan mata hitam pekat — tidak menatap ke dalam. Tapi menatap ke bawah… seolah melihat sesuatu yang berdiri di belakang Dira.
Dira menjerit dan berlari keluar kamar. Ia tak kembali tidur malam itu.
Keesokan paginya, ia menceritakan kejadian itu pada penjaga asrama yang sudah tua dan pendiam.
Pria itu hanya menatap kosong, lalu berkata pelan:
> “Dulu... kamar nomor 7 tidak boleh dipakai lagi.”
> “Kenapa?” tanya Dira, gemetar.
Penjaga itu memandang ke jendela yang masih berkabut.
> “Gadis terakhir yang menempatinya… meloncat dari jendela itu. Tapi sejak itu, katanya… ia tak pernah benar-benar pergi.”
Dira tak berkata apa-apa. Tapi malam itu, kamar nomor 7 kembali kosong.
Dan jendela itu…
Masih terbuka.
---
TAMAT
---