Sita adalah seorang wanita muda yang menjalani hari-harinya dengan penuh semangat. Di pagi hari, ia berangkat ke kantor sebagai pegawai administrasi di sebuah perusahaan kecil. Setiap langkahnya di kantor tampak pasti dan profesional—dari menyusun laporan hingga menjawab telepon dengan nada ramah. Namun, begitu hari kerja usai, Sita mengubah peran dirinya.
Di akhir pekan, ketika langit mulai berwarna jingga keemasan dan hiruk-pikuk kota mulai mereda, Sita mengenakan kostum badut yang telah disiapkannya dengan cermat. Rambutnya diikat rapi, riasannya dipoles dengan penuh perhatian, dan topi badut yang unik menghiasi kepalanya. Pekerjaan itu bukan sekadar usaha sampingan; bagi Sita, menjadi badut ulang tahun adalah cara untuk menyemai kebahagiaan sekaligus menambah penghasilan.
Suatu Sabtu sore, Sita tiba di sebuah rumah di pinggiran kota. Anak-anak berkumpul di halaman yang dihiasi balon dan dekorasi warna-warni. Saat pintu rumah terbuka, tampaklah wajah ceria yang menyambutnya.
"Selamat datang, Badut Sita!" seru seorang anak kecil sambil melompat kegirangan.
Sita tersenyum lebar, lalu menjawab, "Hai, semuanya! Siap bersenang-senang?"
Sembang ringan itu mengalir di antara tawa dan canda. Sita mengocok balon untuk membuat bentuk-bentuk lucu, mengajak anak-anak bermain permainan sederhana, dan menyulap keheningan menjadi kejutan berwarna. Semuanya berjalan alami. Di balik tiap aksi yang menceriakan hati, tersirat keyakinannya bahwa pekerjaan yang ia lakukan sah dan memberi manfaat.
Di sela-sela pertunjukan itu, salah seorang orang tua mendekat dan berkata sambil tersenyum, "Aku kagum padamu. Banyak yang berpikir pekerjaan seperti ini tidak biasa, tapi kamu menjalankannya dengan sepenuh hati."
Sita menatap sang ibu dengan mata penuh ketenangan. "Selama pekerjaanku halal dan membawa kebaikan, aku bangga melakukannya. Aku percaya, kita perlu gigih mencari rezeki tanpa merasa malu. Apa pun pekerjaan itu, jika bisa membawa senyum dan artinya, tak ada yang salah," jawabnya.
Di hari-hari lainnya, ketika Sita kembali ke kantor, ia tetap menjaga etos kerjanya dengan sepenuh hati. Di ruang rapat yang dipenuhi grafik dan target, ia menyambut tantangan dengan keteguhan hati yang sama. Teman-temannya kadang heran melihat keberanian Sita menjalani dua dunia yang berbeda—yang satu penuh aturan dan formalitas, dan yang lain penuh tawa dan keajaiban sederhana.
Suatu ketika, seorang rekan kerja mendekatinya sambil berkata, "Sita, aku mendengar kamu juga jadi badut di akhir pekan. Aku dulu merasa itu hal yang aneh, tapi melihat betapa bersemangatnya kamu saat tampil, aku jadi mengerti. Kamu benar-benar menginspirasi."
Sita hanya tersenyum, lalu berkata, "Setiap usaha punya ceritanya. Aku senang mampu menambah penghasilan dan membawa kebahagiaan. Kalau itu membuatku merasa hidup, maka tak ada alasan untuk malu."
Di pekan-pekan berikutnya, kabar tentang kegigihan Sita mulai tersebar. Di kantor, meski pembicaraan tentang pekerjaan sering kali berat, ada pula obrolan ringan yang mengangkat topik tentang keberanian mencoba hal baru. Sita menunjukkan bahwa menjalani peran ganda itu justru mengasah kreativitas dan kemandirian. Ia selalu pulang dengan cerita-cerita hangat dari pesta ulang tahun, di mana tawa anak-anak menghapus lelahnya seharian bekerja.
Malam demi malam, Sita menemukan kekuatan dalam memilih jalur yang mungkin dianggap tidak konvensional oleh sebagian orang. Bagi ibu-ibu yang mengadakan pesta ulang tahun dan anak-anak yang menantikan kehadirannya, Sita adalah sosok yang membawa warna. Di tengah gemuruh keraguan dan ekspektasi masyarakat, ia menapaki hari dengan keyakinan bahwa kerja keras dan keberanian adalah kunci untuk menemukan warna pelangi dalam hidup.
Suatu malam, setelah acara di sebuah rumah besar yang penuh kegembiraan, seorang ayah mendekat dan menyampaikan betapa bahagianya anaknya berinteraksi dengan Sita. "Setelah acara selesai, anak saya masih tersenyum lebar. Dia bilang, Badut Sita membuat hari ulang tahunnya jadi yang paling istimewa."
Sita hanya mengangguk, merasa terharu mendengar kata-kata itu. "Aku percaya, segala pekerjaan yang dilakukan dengan hati dan kejujuran pasti membawa hasil yang baik. Setiap senyum yang aku lihat hari ini adalah bahan bakar untuk terus maju, meskipun jalanku berbeda."
Pesan hidup Sita tersurat dalam setiap langkah kecilnya—bahwa tidak ada pekerjaan yang rendah jika pekerjaan itu membawa hikmah dan keberkahan. Ia telah membuktikan bahwa kita tak perlu malu untuk bekerja apa saja, asalkan semuanya sesuai dengan prinsip dan membawa manfaat. Setiap hari di kantor dan setiap akhir pekan di panggung ulang tahun adalah benang-benang yang menyulam impian dan harapan, membentuk warna pelangi yang indah di lembaran hidupnya.
Di antara rapat pagi, laporan siang, dan pesta malam, Sita terus berjalan dengan hati yang teguh. Kegigihannya mencari penghasilan tambahan bukan hanya soal materi, melainkan tentang meraih kepuasan batin dan kebahagiaan yang tak ternilai. Ia tahu, bahwa setiap usaha kecil—bahkan yang tampak berbeda dan tidak konvensional—adalah bagian dari perjalanan untuk mewujudkan impian dan mencapai kemandirian.
Cerita Sita mengajarkan bahwa selama kerja itu halal dan membawa kebaikan bagi diri sendiri serta orang lain, tidak ada alasan untuk merasa malu. Kesungguhan, keberanian, dan kegigihan dalam mengejar rezeki adalah kunci untuk menemukan kebahagiaan sejati. Dan dalam setiap senyuman yang ia tebarkan, tersimpan pelajaran bahwa hidup adalah tentang keberanian untuk memilih jalanmu sendiri, apapun warnanya.