Pagiku yang cerah kini berubah muram, semenjak aku tinggal dirumah keluarga suamiku. Aku Lila seorang gadis yang pernah dan selalu bahagia.
Namun ternyata semua hidupku berubah drastis setelah Aku menikah dengan lelaki yang bernama Arya.
Seorang suami yang begitu mencintai ibunya, ternyata tak akan pernah mencintai istrinya dengan sepenuh hati. Aku yang hanya diperlakukan sebagai seorang pembantu rumah tangga yang tak pernah digaji mulai bosan dengan apa yang terjadi.
Hari demi hari kulalui Dnegan luka yang disimpan dihati, Namun aku tak mampu mnengungkapkan kepada siapapun. Aku yang tak pernah diberikan nafkah oleh suamiku dengan alasan dia ingin membahagiakan ibunya dimasa tuanya. Tak pernah kutolak hal itu, namun perlahan aku mulai terluka dan kecewa.
Aku yang memiliki suami namun harus mencari nafkah sendiri untuk memenuhi kebutuhan ku. Bahkan sampai kami punya anak, aku dan anak ku tak pernah dijadikan prioritas. Bahkan untuk membayar sekolahnya aku mencari sendiri.
Kadang aku berpikir apa pantas dia disebut sebagai seorang suami? Namun aku tak mampu untuk pergi karena anakku yang tak bisa kehilangan ayah nya.
"Nak, maafkan mama!" Ucap ku sore itu dengan membawa tas berisi baju ditanganku.
"Ma, jangan pergi! Nanti adek tidak punya ayah lagi."
Kata-kata itu menghentikan langkahku. Perih kurasakan. Andai saja kamu paham nak, mungkin kamu dengan senang hati akan pergi." Ucap ku dalam hati.
"aku sudah tidak kuat ya Allah." Ucap ku dalam hati.
Melihat suamiku yang setiap pulang membawa uang hanya mencari ibunya. Dan aku hanya menatap kearahnya. Tidak sama sekali dia memberikanku uang sedikitpun.
Hanya mencariku disaat membutuhkan. Miris rasanya apa yang kujalani sekarang. Semua yang suamiku lakukan harus memprioritaskan ibunya terlebih dahulu.
Ingin sekali saja Aku mendengar ibu mertuaku berkata, apa kau sudah membayar uang sekolah anak mu memberikanku uang?"
Namun yang sering kudengar hanya kata-kata, kenapa cuma segini uangnya?
"Ya Allah terkadang Aku menjadi orang yang jahat, ingin aku musnahkan mereka berdua, ingin aku pergi meninggalkan semuanya. Aku hanya dijadikan istri karena mereka butuh pembantu rumah tangga.
Setiap pagi aku mengurus rumah sebelum berangkat bekerja, dengan keadaan suami dan mertuaku yang masih tidur dengan lelap. Dan akan bangun hanya untuk mengambil piring dan makan.
Belum lagi setiap perkataan mertuaku yang kadang begitu sakit kurasakan. Begitu banyak hal ku korbankan untuk suami dan mertuaku. Setiap mereka kesulitan pasti suami akan mencariku untuk meminjam uang. Namun ketika dia punya hanya ibunya yang dia cari.
Pagi itu, aku yang sudah lelah dengan apa yang terjadi tak lagi mampu menyembunyikan kebencian dihatiku.
"Aku mau minta uang!" Ucap ku seketika.
Dia hanya menatapku sesaat dan fokus pada handphone yang dipegangnya. Karena memang itu yang dia lakukan setiap pagi. Tak pernah ada niat untuk membantu pekerjaan ku sana sekali begitu juga dengan ibunya.
"Aku perlu uang untuk membayar sekolah anak kita." Ucapku lagi.
"Aku tidak punya uang ' jawabnya singkat.
"Kau jangan lupa tanggung jawab mu bukan hanya mamak mu itu tapi juga aku dan anak mu." Jawabku yang mulai terbawa emosi.
Bagaimana tidak, dia tak pernah berkata tidak ada kalau ibunya yang meminta uang. Akan tetapi selalu beralasan kalau kami yang perlu uang. Aku yang seharusnya menjadi tulang rusuk namun harus menjadi tulang punggung saat ini.
Begitu mendengar jawabanku dia pun bangun dan marah kepadaku. Namun aku pun pergi meninggalkan rumah dalam keadaan marah untuk bekerja.
Mungkin aku harus mengambil keputusan pergi meninggalkan semua kehidupan yang hanya akan menyiksa batinku dan anakku. Aku yakin suatu saat nanti putraku akan paham kalau apa yang kulakukan yang terbaik untuk ku dan juga dia.
Akan kubiarkan suamiku hidup bersama ibunya, sampai dia suatu saat sadar telah mendholimi aku dan anak ku.
Untuk sebuah rumah tangga, lebih baik hidup jauh dari mertua, karena mertua itu bukanlah orang tua kita. Sebaik apapun kita,hanya akan tetap menjadi orang asing baginya.
Jangan pernah mengharap bahagia jika hidupmu masih dibayang-bayangi mertua. Dan kehidupan mu tak lepas campur tangan mertua. Pergilah sejauh nya untuk tetap menjadi waras. Karena kita ini manusia yang juga butuh bahagia.