Malam itu, Raka berdiri di depan rumah tua yang selama ini terkenal dengan cerita angkernya. Angin dingin berhembus, membawa suara dedaunan bergesekan dan samar suara binatang malam. Rumah itu sudah lama kosong, tapi malam ini, ada sesuatu yang membuat Raka penasaran—sebuah cermin besar yang katanya bisa memperlihatkan “dunia lain” tepat tengah malam.
Dengan langkah mantap, Raka membuka pintu yang berderit, masuk ke ruang tamu. Suasana gelap dan lembab menyergap, hanya diterangi sedikit sinar bulan yang masuk lewat jendela pecah. Di sana, berdiri cermin besar berbingkai kayu tua. Wajahnya yang kusam memantulkan bayangan Raka sendiri.
Dia menghela napas, “Baiklah, ayo lihat apa yang sebenarnya ada di balik cermin ini.”
Jam di dinding berdentang tengah malam. Raka menatap ke dalam cermin. Awalnya, hanya bayangannya sendiri yang ia lihat—wajah biasa, mata waspada.
Tapi kemudian, di dalam pantulan itu, dia melihat sesuatu yang berbeda. Di belakang pantulan dirinya sendiri, ada sosok lain duduk di sebuah kursi, membelakangi Raka.
“Siapa kamu?” suara Raka gemetar, tapi tetap keras.
Sosok itu perlahan berbalik.
Wajahnya... serupa dengan Raka, tapi penuh luka dan darah kering. Mata itu kosong, menatap langsung ke jiwanya.
Raka mundur, jantungnya berdegup kencang. “Apa yang kamu inginkan?”
Sosok di cermin mengangkat tangan, menunjuk ke arah Raka. Suaranya bergema pelan di ruangan:
“Tolong... lepaskan aku.”
Raka berusaha melangkah mundur, tapi kakinya terasa membeku. Suara tawa bergema, berulang-ulang, membuat bulu kuduknya berdiri.
“Apa ini...?” gumamnya ketakutan.
Lalu pantulan dirinya di cermin berubah. Senyum mengerikan muncul di wajahnya, “Aku sudah lama menunggumu, Raka. Saatnya kamu menggantikanku.”
Raka panik, berlari ke pintu. Tapi pintu terkunci rapat, tak bisa dibuka. Dia menoleh ke cermin—dan melihat dirinya sendiri berdiri di luar, dengan tatapan kosong dan tubuh yang mulai pudar.
Suara itu kembali:
“Kau bukan di sini lagi. Kau sudah mati, Raka. Jiwa yang kau lihat hanyalah bayanganmu. Aku adalah yang asli sekarang, dan kau adalah tawanan cermin.”
Dengan napas terengah-engah, Raka menyadari... dirinya telah terperangkap di dunia lain, sementara yang asli kini bebas di dunia nyata.
Bayangan di luar cermin tersenyum dingin, dan cermin bergetar. Sesuatu akan segera terjadi pada siapa pun yang berani menatap ke dalamnya.