Lisa masih ingat betul hari itu. Hari pertama ia masuk SMA. Seragam nya masih kaku, dan sepatu barunya masih ngkilap. Tapi yang paling membekas dari hari itu adalah: pertama kali ia melihat Gunawan.
Gunawan . Kakak kelas wajahnya ganteng, dengan rahang tegas dan senyum tipis yang entah kenapa bikin jantung berdebar. Rambutnya acak-acakan, tapi justru itu yang membuat nya kelihatan keren. Dia tinggi ,posturnya tegap, bejalan dengan percaya diri tanpa kesan sombong. Diam diam aku menyukainya bukan cuma suka tapi sangat menyukainya.
Dan di mata Lisa Gunawan terlalu ganteng untuk menjadi nyata. Ia satu kelas dengan kakak laki laki Lisa Doni, sering kali kalau Lisa pulang bareng Doni , Gunawan ikut berjalan beriringan. Senyum nya sopan, suara nya lembut.
"Eh, Lisa..." Sapa Gunawan suatu pagi saat mereka ketemu di depan gerbang sekolah.
Lisa cuma bisa gelagapan dan senyum kaku dalam hati, jantungnya udah kayak drumband.
Sampai di kelas Lisa masih senyum senyum sendiri "dia tau nama ku " ucap Lisa pada diri sendiri.
Sejak saat itu, Lisa semakin suka, bahkan jatuh cinta beneran. Ia jadi rajin ke perpustakaan cuma karena tahu Gunawan sering ke sana.
Waktu ujian tengah semester Lisa lagi belajar Duduk sendirian di depan pintu kelas , tiba tiba Gunawan datang duduk tepat di samping Lisa. Konsentrasi Lisa langsung buyar, hati nya berdedak lebih kencang, hati nya dak dik Duk gak karuan. Gunawan senyum manis banget, "lagi belajar ya ?" Sapanya
"Eh iya kak.."
Lisa pura pura baca buku catatan.
Gunakan duduk di situ Nemani Lisa Samapi bel masuk.
Dan dua Minggu kemudian , Lisa berani melakukan hal paling nekat seumur hidup nya : menulis surat cinta yang isinya sederhana dia bilang "aku suka sama kak Gun" . Surat itu di titipkan diam diam lewat temannya.
Tak ada balasan , tak ada reaksi, tapi Gunawan tetap bersikap baik, ramah dan lebih perhatian. Meski Lisa tahu... Semua itu karena dia adiknya Doni dan menganggap Lisa seperti adik sendirian.
Hari perpisahan tiba Gunawan dan kakak kelas lainya yang kelas XII akan lulus Lisa berdiri di pagar koridor sekolah. Menatap Gunawan dari kejauhan . Wajahnya berusaha ceria,tapi dadanya sesak dan berat.
Ketika kakak kakak kelas lewat dengan baju sudah warna warni penuh dengan coretan dan tanda tangan Gunawan menghampiri nya di tengah riuh lagu perpisahan dan air mata yang tak terbendung. Gunawan tersenyum dan memeluk Lisa "udah jangan menangis" katanya sambil mengusap hangat punggung Lisa . Pelukan nya hangat, singkat tapi cukup untuk membuat tangis Lisa pecah , ia menangis keras di dada Gunawan.
Tak perduli orang lain melihat nya.itu pelukan pertama dan terakhir.
Gunawan tau Lisa sangat menyukai nya tapi dia tidak bisa membalas cinta Lisa, maka dari itu dia hanya bisa memberikan pelukan hangat di hari terakhir nya di sekolah itu. Dan bagi Lisa itu adalah hadiah paling manis sebelum perpisahan.
Setelah hari perpisahan itu hari hari Lisa di sekolah terasa berbeda. Lorong yang dulu sering di penuhi senyum Gunawan kini terasa sepi. Tidak ada lagi suara lembut yang menyapa nya , tak ada lagi tawa kecil saat mereka berpapasan di kantin. Dam yang paling terasa tidak ada lagi jantung berdebar setiap pagi menunggu kemungkinan bertemu.
Bukan hanya rindu pada sosok Gunawan, tapi juga pada semua momen kecil yang dulu membuat hidup nya terasa spesial. Hanya melihat Gunawan dari kejauhan saja sudah cukup membuat semangatnya naik. Kini tidak ada lagi sekolah menjadi rutinitas biasa. Lisa bangun, berangkat, belajar , lalu pulang. Semuanya terasa datar. Tidak ada lagi yang membuat nya semangat untuk berangkat sekolah, sedikit berdandan, dan rambut lebih rapi.
Tidak ada lagi yang membuat nya berdiri diam beberapa detik di koridor hanya untuk berharap bisa melihat Gunawan lewat.
Namun, di tengah sepi nya hari hari itu, Lisa berlahan mulai menyadari satu hal. Perasaan itu mungkin belum sepenuhnya hilang, tapi hidup harus terus berjalan. Gunawan mungkin telah pergi, tapi kenangan tentang nya akan selalu tinggal di hati Lisa.
Mungkin suatu hari nanti , ada orang lain yang akan membuat jantungnya berdebar lagi. Tapi untuk sekarang Lisa belajar menikmati sepinya sekolah tanpa Gunawan sembari mengenang masa masa manis yang sempat hadir meski hanya sebentar.
Selesai.