Hari yang aku takutkan itu ternyata tiba, hari dimana Ayah pergi meninggalkan kami semua untuk selama-lamanya.
Bagi anak perempuan pertama sepertiku bapak adalah teman cerita,teman jalan,teman berbagi strategi untuk menghadapi ibu🤭.
Minggu pagi ketika aku sedang didapur aku mendengar hp ku berbunyi dan ketika ku liat itu ternyata telpon dari Ayah, begitu ku angkat ternyata itu telpon dari Ayah untuk menjemput dia di depan sekolah di kampung kami aku tak pernah menyangka bahwa itu adalah telpon terakhir dari beliau.
Setelah aku pergi menjemput Ayah untuk pulang waktu itu begitu cepet berputar sehingga Ayah dilarikan kerumah sakit dan dinyatakan meninggal.
Dunia seperti berhenti dan dipikiran ini aku tanamkan untuk bilang ini adalah mimpi tapi ternyata ini nyata bukan mimpi seperti mauku ini nyata.
Dia meninggalkan ku dia harus kembali ke penciptanya,aku bilang aku belum siap Ya Allah, aku belum mau Ya Allah tapi Ayah memang waktunya pergi.
Apa aku bisa tanpa Ayah?
Apa aku bisa menjalani hidup tanpa Ayah?
Apa aku bisa menjaga Ibu?
Apa aku bisa menjadi ibu tunggal tanpa bimbingam dari Ayah?
Apa aku bisa menyelesaikan semua urusan yang Ayah tinggalkan?
Bagaimana aku, aku harus apa, gimana menghadapi ini semua?
Kacau, hari itu kacau di tangisku aku banyak berpikir tentang semua yang akan aku jalani tanpa beliau.
Rasa sedih berpisah dari suami tidak ada seujung kukupun dari rasa sedih ditinggal Ayah.
Tapi aku harus bisa memendam sedih itu didepan orang lain karena aku anak perempuan pertama.