Hujan turun sejak tadi , menghapus jejak langkah di trotoar dan menyisakan udara dingin yang menusuk. Lila duduk diam di sudut kamar , memeluk album foto yang sudah mulai usang. Di sana, senyum Dafa membekas jelas . Matanya selalu menyipit saat tertawa.
Sudah dua tahun sejak malam itu.
Malam Saat Lila menerima kabar paling tak masuk akal yang pernah ia dengar dan lihat di sosmed, banyak teman keluarga memposting kabar duka itu.
Lila sempat mengira itu candaan kejam . Tapi tidak . Dafa benar benar pergi. Tepat satu malam setelah masuk rumah sakit karena infeksi mendadak yang tak pernah mereka duga. Malam itu Lila menangis seperti anak kecil . Mereka memang sudah putus, tapi tak pernah berhenti saling sayang. Ego mereka yang membuat hubungan mereka kandas , bukan perasaan. Bahkan seminggu sebelum Dafa di rawat , ia masih mengirim pesan : kalau nanti aku gak ada kamu bakal sedih gak ? Bakal ingat aku terus gak?"
Lila sempat membalas dengan candaan , mengira itu hanya rayuan manis Dafa seperti biasa.
Tapi nyatanya, Dafa pergi.
Sejak malam itu, hidup Liak seolah berhenti di satu titik.
Ia bisa tertawa bersama teman , bekerja seperti biasa , tapi bayang bayang Dafa tak pernah benar bener pergi. Di halte, kadang dia melihat seperti sosok mirip Dafa . Di lagu lagu lama yang biasa mereka dengar bersama. Dafa seolah hadir menyanyikan bagian favorit nya .
Bahkan saat memesan kopi , ia masih berkata satu latte dan satu hitam pahit, ya, " lalu sadar tak ada lagi yang meminum kopi pahit itu.
Yang lebih menyakitkan adalah , semua kenangan itu manis . Terlalu manis sehingga membuat hati Lila perih.
Dafa kenapa kamu masih di sini ?" Bisik nya
Suatu malam ketika menatap langit langit kamar.
Mungkin karena belum selesai , pikir nya. Mungkin karena masih terlalu banyak yang belum sempat di katakan. Mungkin karena cinta mereka tak pernah bener bener putus. Dan saat seseorang pergi dalam keadaan masih dicintai , maka yang ditinggal kan akan memikul rindu yang tak bisa di bagikan.
Lila bangkit dari duduknya, membuka jendela. Hujan sudah reda. Udara Masih dingin, tapi ia membiarkan nya masuk . Di udara malam itu, ia bisa mencium aroma tanah basah dan entah kenapa, ia merasa Dafa berdiri di sebelah nya seperti dulu.
"Aku masih sayang kamu," bisik nya pelan "tapi aku juga ingin bisa melangkah "
Angin malam berhembus lembut, seolah menjawab . Tidak ada suara . Tidak ada jawaban . Tapi Lila tahu Dafa mendengar.
Dan untuk pertama kalinya setelah dua tahun, ia membiarkan air mata nya jatuh , bukan karena kehilangan , tapi karena cinta yang tetap hidup , meski tak bisa di miliki lagi.
Selesai.