Malam itu, Yohan baru saja keluar dari kantor dan berjalan pulang. Lalu tiba-tiba, dia merasakan seseorang mengikutinya dari belakang, karena perasaan tidak enak itu, iapun menghentikan langkahnya dan berbalik. Di sanalah ia melihatnya dengan jelas Emily mengikutinya, begitu kentara sehingga dia tidak mungkin tidak menyadarinya. Diapun memutuskan untuk menyelesaikan masalah itu detik ini juga.
'tsk. cewek stress!' umpatnya dalam hati. "Apa maumu hah?! Ngapain stalking aku terus? Udah gila ya?!" Tanyanya blak-blakan.
"Akhirnya kamu sadar kehadiranku juga, Sayang? Kukira kamu bakalan pura-pura ga notice hehe~"
Yohan hanya bisa berdiri terpaku dan kehabisan kata-kata. Dia tidak percaya bahwa tingkat ketidakwarasan Emily sudah sampai ke titik ini. Dia menghela napas lelah dan mencoba untuk tetap tenang.
"Apa masalahmu, Emily? Aku capek habis kerja. Langsung to the point aja maumu apa?" tanyanya, dengan suara yang agak lebih tenang namun tegas daripada sebelumnya.
Emily tersenyum sinis dan melangkah lebih dekat kearah Yohan. Dia terlihat begitu berbeda dari Emily yang Yohan kenal dulu. Seolah dia sudah gila total.
"Apaan sih~ aku kan cuma mau berdua terus sama kamu, Sayang. Aku tuh masih sayaaaang banget sama kamu~ Aku mau kita balikan. Ya?" jawab Emily.
Yohan tercengang mendengar jawaban Emily, dia tidak percaya Emily sebegitu halu. Dia menggeleng dengan ekspresi tidak nyaman.
"Haah.. Emily, kita sudah putus. Dan aku nggak ada niatan buat balikan sama kamu. Kalau kamu terus kayak gini, aku bakal lapor polisi dengan tuduhan stalking dan pencurian" ancamnya.
Emily mengerutkan keningnya, jelas tidak senang Yohan akan mengatakan hal seperti itu kepadanya. Namun segera setelah itu, dia kembali tersenyum, dengan seringai kemenangan di wajahnya.
"Lapor polisi? Heh~ kamu pikir aku takut?! coba aja kalau berani" tantangnya sambil terkekeh lalu melangkah mendekat lagi.
Kening Yohan berkerut frustrasi melihat reaksi Emily yang nampaknya tak peduli sedikitpun.
'Astaga...Cewe gila ini sudah nggak tertolong' pikirnya dalam hati. Dia mengepalkan tangan saat melihat Emily mendekat lagi,
"Jangan coba-coba melangkah lebih jauh. Kamu sudah melewati batas, Emily. Kita sudah selesai, dan aku nggak mau berhubungan lagi sama kamu. Tolong jangan ganggu aku lagi" tukas Yohan dengan suara tegas.
Ia kemudian berbalik dan mulai melangkah pergi tanpa menunggu respon Emily.
Emily seketika marah karena diabaikan oleh Yohan. Namun, alih-alih menyerah, dia justru semakin mengejar Yohan. Dia meraih tangan Yohan kuat-kuat sehingga membuat laki-laki itu terhenti di langkahnya.
"Ow!" Yohan tersentak saat Emily mencengkram tangannya, dan refleks menarik tangannya lepas dari genggaman perempuan itu.
"Apa masalahmu, sih?! Udah gila ya!?" teriaknya sambil mendorong Emily agar menjauh.
"Masalahku cuma kamu, sayang!" Emily teriak kembali sambil mencengkram lengan Yohan lagi.
"Kamu pikir aku bakal rela putus sama kamu? Nggak! Dan nggak akan pernah! Aku masih cinta sama kamu! Pokoknya aku nggak mau putus!! Aku mau kita sama-sama lagi!!"
Melihat Emily yang semakin beringas, Yohan menjadi semakin geram. Tatapan gila Emily bahkan mulai membuatnya sedikit takut.
Yohan yang mulai panik segera menarik tangannya untuk lepas dari cengkraman wanita gila itu dan mendorong Emily menjauh.
"Sudah kubilang kita sudah selesai! Jadi tolong berhenti gangguin aku terus!" sambarnya.
Emily terlihat semakin marah mendengar Yohan. Tatapan matanya menggelap namun senyuman merekah dibibirnya, membuat raut wajahnya nampak penuh kegilaan.
"Terus gimana dengan kehidupanku kalau nggak ada kamu?! Semua bakal terasa gundah gulana, Sayang!" Sahut wanita itu dengan tatapan penuh obsesi seraya mencoba meraih tangan Yohan lagi.
Yohan mundur beberapa langkah secepat mungkin sambil berusaha menjaga jarak dengan Emily. Rasa takut mulai merasuki dirinya ketika melihat perempuan itu semakin tak terkendali.
"Itu bukan urusanku! Cari saja orang lain! Aku bukan satu-satunya pria di dunia ini!"
Mata Emily berkilat penuh amarah dan terluka. Ia mengepalkan tangannya erat-erat.
"Berani-beraninya kamu bilang itu bukan urusanmu?! Ya jelas lah ini urusanmu! Apa kamu tahu berapa lama dan seberapa keras aku menunggumu menjadi milikku? Dan sekarang kamu bilang kamu putus denganku begitu saja?!" Wanita itu menjawab dengan cepat sambil tetap berusaha berjalan mendekati Yohan.
Yohan menghela napas panjang melihat Emily yang semakin gila. Dia mencoba tetap tenang, tapi frustasi dan gelisah terlihat jelas di wajahnya.
"Emily, kita putus juga karena ulahmu sendiri. Hanya karena saat itu kita ada hubungan, bukan berarti aku milikmu layaknya barang lelang. Aku juga punya kehidupanku sendiri. Jangan membuat hal ini semakin rumit atau bahkan menyusahkan ku. Sudah waktunya kita jalanin hidup masing-masing" dirinya mengatakan sambil berhati-hati menjaga jarak dengan mantan pacar gilanya itu.
Emily mengalihkan pandangannya sejenak sambil menggigit bibir bawahnya. Dia masih mengepalkan tangannya, dan kemarahan tergambar jelas di wajahnya. Perkataan Yohan membuatnya semakin berapi-api, dan mendengarnya terus berbicara seperti itu tentang hubungan mereka membuatnya semakin frustasi.
"Kalau gitu kenapa kamu mau berpacaran denganku sejak awal, kalau kamu ujung-ujungnya minta putus sama aku?! Kenapa kamu bicara omong kosong seakan-akan kamu 'nggak ngelakuin kesalahan' padahal... Kamu sendiri yang memutuskan hubungan denganku?"
Yohan mulai frustasi mendengar Emily yang ngelantur tidak jelas dan terus tidak menggubris poin pentingnya.
"Kamu pikir aku mau berpacaran denganmu dengan niatan untuk mengakhiri hubungan cuma-cuma atau untuk main-main saja? Aku sudah bilang berulang kali kalau aku mau putus karena kamu terlalu posesif, cemburu juga ada batasnya!" Yohan terhenti sejenak dan mengambil napas dalam-dalam untuk mengontrol emosinya,
"Aku akan memaklumi kalau itu soal cewe, tapi kamu bahkan cemburu dengan cowo juga?! cowo yang mana dia ini rekan kerjaku?! I told you I'm straight goddammit! Sudah aku jelasin berulangkali, tapi kenapa kamu nggak mau mengerti?!" sambar laki-laki itu dengan jengkel.
Emily terlihat semakin marah setelah mendengar Yohan menegaskan alasannya ingin putus dirinya. Ia masih bersikap agresif sambil mengepalkan tangan, seolah dirinya siap menyerang setiap saat.
"Jadi ini salahku kalau aku cemburu? Rasa cemburuku membuat kamu begitu frustasi ya?! Alasan murahan macam apa itu?! Kamu pikir aku bisa menahan diri melihat orang lain mendekati mu? Kamu tuh pacar aku! Sudah jadi hak ku buat cemburu!" Emily menyuarakan dengan nada tinggi.
Yohan mulai muak menghadapi Emily saat ini. Tangannya mengusap wajahnya dengan kasar seraya menghela napas frustasi.
'Ya tuhan... aku muakkkk!! kenapa cewe gila ini susah banget dikasih paham?!! apa telinganya tersumbat semen tiga roda? ataukah memang otaknya cuma tiga perempat saja? aku lelah! aku mau tidurrr!! agghh!' gerutunya dalam hati. 'apa aku kabur saja?'
Saat ide itu terlintas dipikirannya, tanpa pikir panjang lagi, ia pun langsung berbalik dan mulai berlari menjauhi gadis gila itu secepat kilat.
Emily terperanjat kaget melihat Yohan yang tiba-tiba berlari menjauh tanpa peringatan apapun. Iapun dengan cepat berusaha membuntutinya, mengejar mantan pacarannya itu.
"Heiii!!! Mau kabur kemana?! Aku belum selesai ngomong! YOHANNNN!" teriak Emily sambil mengejar laki-laki yang tengah berlari menjauh dijalanan yang sepi itu.