Bagian 2: Dendam yang Membara
“Kalau kau ingin jadi kuat, maka kau harus rela kehilangan sisa dirimu yang lama.”
Itu adalah kata pertama yang Noah dengar dari Asgard setelah mereka sepakat untuk bepergian bersama. Tidak ada pelatihan khusus, tidak ada pertanyaan pribadi. Hanya dua sosok—satu penuh luka, satu penuh rahasia—berjalan melewati padang tandus dan hutan gelap.
Asgard tak pernah menjelaskan mengapa ia membantunya, dan Noah tak pernah menanyakannya. Bagi Noah, selama tujuannya untuk menjadi kuat terus tercapai, ia tak peduli siapa yang berada di sisinya.
Namun Asgard bukan pria biasa. Ia adalah Shadow Paladin, seorang pejuang bayangan yang mampu menghilang dari pandangan dan memanipulasi kegelapan seperti bagian dari tubuhnya. Levelnya jauh di atas Noah—dan cara bertarungnya menunjukkan bahwa ia pernah bertarung dalam peperangan besar yang tidak pernah dicatat sejarah.
Dalam perjalanan, Asgard mengajari Noah tentang aturan dunia. Tentang bagaimana Class, Skill, dan Sistem bukanlah segalanya—melainkan alat. Dan alat hanya sekuat niat pemiliknya.
“Kau ingin membalas dendam?” tanya Asgard suatu malam di tengah hutan. “Kepada siapa?”
“Pada mereka yang menghancurkan keluargaku,” jawab Noah tanpa ragu.
“Dan jika mereka sudah mati?”
“Aku akan membunuh semua yang seperti mereka.”
Asgard hanya mengangguk. Tidak menilai, tidak menghakimi. “Lanjutkan. Tapi jangan lupakan siapa dirimu di balik semua itu. Dendam bisa membakar habis segalanya, termasuk alasan kenapa kau memulainya.”
Namun Noah belum bisa mengerti kata-kata itu. Baginya, luka masih terlalu segar. Dunia masih terlalu pantas dibenci.
---
Tahun demi tahun berlalu.
Noah tumbuh. Tubuhnya mengeras, refleksnya lebih tajam, dan sistem dalam dirinya semakin berkembang—tidak seperti sistem biasa. Ia mulai mendapatkan skill yang tidak muncul di daftar skill biasa.
---
[Sistem Unik: Blood Contract]
Skill Aktif – Mengikat jiwa target yang hampir mati. Jika berhasil, kekuatan mereka sebagian kecil ditransfer permanen ke pengguna.
Cooldown: 72 jam
[Passive: Death’s Aura]
Semakin dekat pengguna pada kematian, semakin besar kekuatan serangannya.
---
Ia belum tahu dari mana sistem ini berasal, tetapi jelas itu bukan bagian dari dunia biasa. Bahkan Asgard pun tak bisa menjelaskan.
“Noah… sistemmu sudah bukan milik dunia ini. Mungkin, kau sudah ditulis untuk menghancurkan tatanan lama.”
Dan itu tidak membuat Noah takut.
Itu membuatnya semakin yakin.
---
Pada umur 15, Noah dan Asgard memasuki wilayah barat yang terkenal tanpa hukum: Tanah Gelap Rakar. Di sana, kekuatan menentukan segalanya. Tak ada kerajaan, tak ada hukum. Hanya guild, pembunuh bayaran, dan kekuasaan brutal.
Noah mengincar satu nama: Guild Hitam Valendros—kelompok bayangan yang dahulu menyerang desanya. Mereka adalah kaki tangan dari kekuatan besar yang tersembunyi, namun tidak terlacak. Valendros dikenal sebagai guild pembunuh tak berwajah. Pemimpin mereka, seorang pria berjubah hitam dengan julukan “Void Fang”, adalah hantu yang tak pernah meninggalkan jejak.
Dan Noah ingin mereka lenyap.
Tanpa banyak bicara, Noah menyusup ke dalam markas cabang mereka—sendirian.
Pertarungan brutal pun terjadi. Darah membanjiri lantai batu. Noah menebas, menusuk, dan bergerak seperti bayangan maut. Setiap langkahnya didampingi suara bisikan dari sistemnya. Skill demi skill muncul tanpa dia minta, seolah sistem itu ingin membantunya melampiaskan amarah.
---
[Skill Aktif: Execution Slice]
Menyerang titik vital musuh yang sudah terkena status lemah atau panik. Menimbulkan serangan kritikal 300%.
Cooldown: 10 detik
---
Asgard tak ikut bertarung—bukan karena tak mau membantu, tapi karena Noah memintanya untuk tidak ikut.
“Aku harus lakukan ini sendiri.”
Dan ia melakukannya.
Noah berdiri di antara 27 mayat anggota Valendros cabang barat. Tubuhnya berlumur darah, namun wajahnya tenang—hampir tak berperasaan.
Satu-satunya yang tersisa adalah seorang wanita muda yang merangkak, dengan luka di sekujur tubuhnya. Ia tak bisa bicara, hanya menatap Noah dengan mata takut.
“Apa kau ingat siapa aku?” tanya Noah, tanpa nada.
Wanita itu hanya menggeleng lemah.
Noah mencabut belatinya, lalu berhenti. Ia melihat pantulan wajahnya di genangan darah—wajah muda, namun dingin, seperti iblis dalam bentuk manusia.
Dan untuk pertama kalinya, tangannya bergetar.
Bukan karena ragu.
Namun karena ia tidak merasakan apa-apa lagi.
Bahkan setelah membalaskan dendam, hatinya kosong.
Ia menghunus belatinya ke tanah. Meninggalkan wanita itu hidup… bukan karena belas kasihan, tetapi karena ia sadar: dendamnya belum selesai. Masih ada yang lebih besar, lebih gelap, lebih dalam dari sekadar Valendros.
---
Beberapa bulan kemudian, Noah dan Asgard duduk di puncak tebing yang menghadap padang abu.
“Aku sudah balas dendam pada mereka yang menyerang desaku,” kata Noah, datar. “Tapi hatiku masih kosong.”
Asgard menatapnya. “Karena kau belum membalas dendam pada alasan mereka menyerang.”
Noah menoleh, menatap pria itu dengan pandangan curiga. “Apa maksudmu?”
“Valendros bukan dalang utama. Mereka hanya pion. Kau pikir hanya mereka yang cukup kuat untuk melewati perisai roh desamu?”
Noah terdiam.
“Asal kekuatan mereka… berasal dari satu sumber. Dan sumber itu masih hidup. Bernafas. Dan terus menonton kita dari bayang-bayang.”
“Siapa?”
Asgard berdiri. Angin meniup jubah hitamnya.
“Aku menyebutnya Organisasi Genesis. Mereka ada jauh sebelum sistem ada. Sebelum kerajaan terbentuk. Mereka adalah dalang segala bencana yang tidak tercatat sejarah.”
Dan hati Noah kembali berdenyut.
Untuk pertama kalinya dalam dua tahun terakhir, ia merasakan sesuatu: bukan hanya amarah… tapi tujuan.
---
Asgard memperkenalkannya pada dunia bawah yang lebih dalam—perdagangan rahasia, artefak kuno, dan informasi yang dibeli dengan darah. Mereka mulai merekrut orang-orang yang memiliki tujuan sama. Bukan sekadar pasukan, tetapi keluarga baru.
Salah satunya adalah seorang wanita merchant yang suka bermain di pasar gelap: Maya de Rebalion.
Yang lainnya, seorang assassin pendiam dengan masa lalu kelam: Nolan Bernard.
Lalu seorang prajurit bertubuh baja dan keberuntungan tak masuk akal: Lucky Pendragon.
Dan akhirnya, seseorang yang membuat jantung Noah berdetak pelan: Alice von de Chester, seorang penyembuh yang lembut namun memiliki rahasia dalam dirinya.
Kelompok itu kelak dinamakan The Lost Seeker—para pencari kebenaran yang hilang.
Namun Noah tahu, perjuangan belum selesai.
Perjalanan balas dendamnya baru saja membuka lapisan terdalam.
Dan jauh di dalam bayang-bayang, seseorang dari Organisasi Genesis menyebut namanya...
> “Ashura telah bangkit. Hancurkan dia sebelum ia mencapai Level 30.”