Bulan Maret 2024, sebuah aplikasi Telegram yang biasa saja tiba-tiba menjadi panggung bagi sebuah kisah tak terduga. Maya, siswi SMK Kesehatan berusia 17 tahun, menemukan sebuah bot unik yang menghubungkannya dengan Rizky, pemuda 19 tahun asal Kota Ujung yang bekerja sebagai promotor produk di Jogjakarta. Maya, yang tinggal di kos jauh dari orang tuanya di sebuah kota kecil di Jawa Tengah, merasa kesepian di tengah kesibukan sekolah dan praktik. Ia mencari pelarian dari kesendiriannya, dan tanpa disangka, ia menemukannya dalam sosok Rizky.
30 Maret 2024
“Hai” Rizky mengawali percakapn dibot tersebut
[30/3 22.10]
“Hai juga☺.” Jawab Maya
[30/3 22.13]
“Orang mana mba”
[30/3 22.14]
“ pakis, klo kamu?.”
[30/3 22.15]
“Oalah deket itu, aku ujung kota😅. Tau ngga?”
[30/3 22.16]
“tau tau”
[30/3 22.16]
Percakapan awal mereka sederhana, sapaan singkat yang dibalas dengan senyum virtual. Namun, di balik kesederhanaan itu tersimpan benih-benih sebuah hubungan yang tak terduga. Mereka berbagi cerita, berbagi tawa, dan berbagi beban. Rizky, dengan caranya yang ramah dan humoris, mampu membuat Maya merasa nyaman dan terhibur. Ia mendengarkan keluh kesah Maya tentang lelahnya praktik di sekolah, teman-teman sekosannya yang beragam karakternya, dan kerinduannya pada keluarga. Sebagai balasan, Maya dengan sabar mendengarkan cerita Rizky tentang tantangan pekerjaannya, keseruan bertemu orang-orang baru di Jogja, kecemasan akan masa depannya, dan sedikit keluh kesah tentang kesendiriannya di kota besar. Mereka berbagi mimpi dan harapan; Rizky bercita-cita memiliki usaha sendiri, sementara Maya bermimpi menjadi perawat yang handal dan membanggakan orang tuanya.
Hari-hari Maya di kos terasa lebih berwarna. Setiap sore, setelah lelah berpraktek, ia selalu menantikan pesan dari Rizky. Percakapan mereka berkembang jauh melampaui basa-basi; mereka membahas hal-hal yang lebih dalam, mulai dari cita-cita, keluarga, hingga pandangan hidup. Mereka saling mendukung dan menyemangati satu sama lain. Jarak fisik yang memisahkan mereka—antara kos Maya di kota kecil Jawa Tengah, sekolahnya, dan Jogjakarta—seaakan sirna dalam dunia virtual yang mereka ciptakan bersama. Mereka saling berbagi foto-foto keseharian mereka, meski hanya melalui gambar yang tak terlalu jelas. Maya menunjukkan foto-foto praktiknya di sekolah, sedangkan Rizky mengirimkan foto-foto produk yang sedang ia promosikan, atau pemandangan kota Jogja yang indah.
Setelah hampir sebulan berinteraksi, Rizky memberanikan diri untuk mengajak Maya bertemu di dunia nyata. Ia menawarkan untuk mengantar Maya pulang ke kota kelahirannya saat liburan sekolah. Ajakan itu membuat Maya ragu. Jarak yang cukup jauh, keengganan untuk bertemu orang yang baru dikenal secara online, dan rasa takut akan kekecewaan membuat Maya bimbang. Namun, rasa nyaman dan kepercayaan yang telah terbangun selama satu bulan terakhir, ditambah dengan rasa penasaran yang menggelitik, akhirnya membuatnya menerima ajakan Rizky.
Pertemuan pertama mereka terjadi di sebuah warung kopi sederhana di perbatasan kota ujung dan kota kelahiran Maya. Suasana tegang dan gugup awalnya perlahan sirna seiring obrolan yang mengalir lancar. Rizky, dengan senyum ramahnya, mampu mencairkan suasana. Mereka mengobrol, tertawa, dan berbagi cerita lebih banyak lagi, jauh lebih personal dan mendalam daripada di dunia virtual. Mereka berbicara tentang keluarga, cita-cita, dan pandangan hidup mereka. Pertemuan singkat itu terasa begitu berharga, menegaskan ikatan yang telah terjalin di antara mereka. Jarak yang memisahkan mereka, baik jarak antara kos Maya dengan sekolahnya, maupun jarak antara Jogja dan kota kelahiran Maya, tiba-tiba terasa tak begitu berarti lagi. Mereka menyadari bahwa hubungan yang tulus mampu melampaui batas-batas geografis dan perbedaan latar belakang. Maya merasakan getaran yang berbeda saat melihat Rizky di depan matanya, sebuah perasaan yang tak bisa dijelaskan melalui pesan-pesan teks.
Setelah pertemuan itu, hubungan mereka semakin berkembang. Meskipun jarak dan kesibukan masing-masing masih menjadi tantangan, mereka tetap menjaga komunikasi dan saling mendukung satu sama lain. Mereka saling menelepon, berbagi cerita lebih panjang dan lebih detail. Mereka juga mulai berbagi musik dan film kesukaan mereka. Maya merasa beruntung telah menemukan seseorang yang spesial di tengah kesibukan dan kesendiriannya di kota perantauan. Dan Rizky merasa menemukan seseorang yang mampu memahaminya, di tengah rutinitas pekerjaannya yang padat. Mereka saling mengisi kekosongan dalam hidup masing-masing.
Suatu hari, sebuah gempa bumi mengguncang daerah mereka. Kejadian itu, sekecil apapun, semakin mempererat ikatan mereka. Mereka saling mengkhawatirkan dan berbagi pengalaman, menunjukkan kepedulian dan rasa saling memiliki. Melalui pesan-pesan singkat mereka mengungkapkan rasa syukur karena selamat dari bencana tersebut.
27 April 2024
“Tadi ada gempa ya, eh maksudku lindu?”, tanya Maya di bot.
[27/4 00.00]
“Iyaa katanya ada”, balas Rrizky
[27/4 00.01]
“Pantas aja”
[27/4 00.03]
“Kamu kerasa?”,tanya Rizky
[27/4 00.04]
“Iya, tadi lagi rebahan lantai + liat aer gerak”
“Kirain akunya pusing trnyta lindu uyy”,lanjut Maya
[27/4 00.05]
“Aku kok ga kerasa yaa”
[27/4 00.07]
“Lagi ngobrol mungkn trs ga kerasa”
[27/4 00.08]
“Tadi tu aku lagi didapur bikin minum”,cerita Rizky
[27/4 00.09]
“Trs balik ditanyain kerasa ada gempa apa ngga”,lanjutnya
[27/4 00.09]
“Mandiri sekali”,balas Maya
[27/4 00.10]
“Iya lah kan cuma bikin minum tiap hari juga seperti itu bikin sendiri”
[27/4 00:10]
Namun, seiring berjalannya waktu, perasaan Rizky terhadap Maya semakin dalam. Ia mulai mengejar Maya dengan lebih intens, mengungkapkan perasaannya secara lebih eksplisit. Hal ini membuat Maya merasa risih dan sedikit terbebani. Ia merasa Rizky terlalu cepat dan terlalu agresif dalam mengekspresikan perasaannya, bahkan membuatnya merasa sedikit tertekan. Maya, yang masih muda dan belum berpengalaman dalam hubungan asmara, merasa perlu untuk menjaga jarak dan memberi waktu untuk dirinya sendiri untuk berpikir jernih. Ia menyadari bahwa ia membutuhkan waktu untuk memahami perasaannya sendiri terhadap Rizky.
Puncaknya terjadi pada suatu sore di bulan Mei. Rizky, dengan penuh keberanian, mengungkapkan perasaannya secara langsung melalui pesan Telegram. Namun, Maya, setelah mempertimbangkan berbagai hal, menolak ungkapan perasaan Rizky. Ia merasa hubungan mereka terlalu cepat berkembang, dan ia belum siap untuk menjalin hubungan yang lebih serius. Ia juga khawatir akan obsesi Rizky yang mungkin berdampak negatif bagi dirinya. Ia menjelaskan dengan lembut namun tegas bahwa ia membutuhkan waktu dan ruang untuk dirinya sendiri. Rizky merasa terpukul, namun ia menghormati keputusan Maya dan memilih untuk menjaga jarak. Ia menyadari bahwa memaksakan perasaan hanya akan menyakiti keduanya.
aku pngn bngt ke kamu, aku mau ngomong hal penting” ujar Rizky
[11/5 17:53]
“MAYAAA” lanjut Rizky
[11/5 18:14]
“Bisa ga gausah capslok” .balas maya
[11/5 18:16]
“kmu marah ya sama aku
“Mau ke kamu yaa”
“Mau ketemu kamu sama mau ngobrol ”
[11/5 18:32]
Maya menolak dengan tegas. Dia merasa Rizky sudah terlalu mengejarnya, Maya khawatir jika nanti Rizky terlalu jauh dalam menyukainya dan berujung obsesi kepadanya.
“aku minta maaf yaa”
[11/5 18:52]
“aku pngn bngt ke kamu, aku lagi cape pngn ada temen cerita”
[11/5 18:53]
“malem ini harusnya aku seneng bisa ketemu buat balikin semuanya”
[11/5 18:54]
Setelah beberapa minggu berlalu, Rizky dan Maya tidak saling menghubungi. Mereka hanya sesekali saling memantau di media sosial. Maya berharap Rizky bisa menemukan seseorang yang lebih sesuai dengannya, sementara Rizky berharap Maya bisa menemukan kebahagiaannya sendiri. Kisah mereka, yang berawal dari sebuah bot Telegram, menjadi pelajaran berharga tentang cinta, pengertian, dan penerimaan.
Mereka belajar bahwa terkadang, menjaga jarak adalah cara terbaik untuk menghargai perasaan masing-masing dan menemukan kebahagiaan di jalan hidup mereka sendiri. Kenangan indah tentang percakapan-percakapan mereka di bot Telegram tetap tersimpan, sebagai pengingat akan sebuah pertemuan tak terduga yang telah memberikan warna dalam kehidupan mereka, meski akhirnya tak berakhir seperti yang diharapkan. Mereka berdua melangkah maju, membawa pelajaran berharga dari sebuah hubungan yang singkat namun berkesan.
-and 1-
Setahun setelah perpisahannya dengan Rizky, kehidupan Maya kembali menemukan ritmenya. Ia fokus pada sekolah dan praktiknya di SMK Kesehatan, serta menikmati waktu-waktu bersama teman-temannya sebelum ia lulus dan dan meninggalkan kota tersebut. Kesendiriannya tak lagi terasa berat; ia telah belajar untuk menghargai waktunya sendiri dan menemukan kebahagiaan dalam hal-hal kecil.
Suatu hari, Maya diajak teman-temannya menghadiri acara budaya di kota kelahirannya. Acara tersebut menampilkan berbagai kesenian tradisional, menarik banyak pengunjung. Di tengah keramaian, Maya bertemu Anang, pemuda ramah dengan selera humor yang baik. Mereka terlibat percakapan yang mengalir alami, membahas kesenian tradisional, makanan khas daerah, dan hal lainnya. Maya merasa nyaman dan terhibur; ada sesuatu yang berbeda dengan Anang, getaran yang tak pernah ia rasakan dengan Rizky. (mas mas jawa memikat hatiii avvv)
Sepanjang acara, Maya dan Anang terus berbincang. Mereka bertukar nomor telepon dan berjanji tetap terhubung. Setelah acara, Maya merasa ada sesuatu yang spesial dengan Anang. Ia merasa Anang lebih dewasa, pengertian, dan menghargai dirinya. Anang tak mengejarnya agresif seperti Rizky; ia memberi ruang dan waktu bagi Maya untuk mengenal dirinya lebih dalam.
anang:
hallo mba
maya:
halo mas
anang:
wong ndi mba (orang mana kak?)
maya:
deket pasar pait
anang:
********?
maya:
bukan, aku ****
anang:
owlah ha cepak (owalah deket)
maya:
mase pundi
anang:
menayu
maya:
jauh itu mah
anang:
1 memit tekan kok mbak (1 menit sampe kok kak)
maya:
iyo po (emg iya?)
anang:
iyo nek iso ngilang (iya kalo bisa ngilang)
maya:
nk proses ngilang'e loading podo ae punjul 1 mnt (kalo proses ngilangnya loading sama aja lebih 1 menit)
anang:
loading dilit😂 (loading bentar)
Hari-hari berikutnya, Maya dan Anang sering berkomunikasi. Mereka bertukar pesan, bertelepon, dan sesekali bertemu. Maya menceritakan pengalamannya dengan Rizky, dan Anang mendengarkan dengan penuh pengertian, memberi dukungan dan semangat agar Maya move on. Anang juga menceritakan tentang dirinya. Ternyata, Anang lahir di kota yang sama dengan Maya, sebuah fakta yang membuat Maya semakin tertarik. Ia bercerita tentang pekerjaannya sebagai karyawan di sebuah pabrik di Salatiga, keluarganya, dan mimpinya untuk meningkatkan taraf hidupnya. Meskipun jarak antara kota kelahiran mereka dan Salatiga cukup jauh, hal itu tak menghalangi mereka untuk saling mengenal dan menjalin hubungan lebih serius.
Anang berbeda dengan Rizky. Anang lebih sabar, dewasa, dan memahami perasaan Maya. Ia tak memaksakan keinginannya, memberi ruang bagi Maya untuk tumbuh. Ia menghargai pendapat Maya dan selalu menjadi pendengar yang baik. Maya merasa aman dan nyaman di dekat Anang; ia merasa dihargai dan dicintai apa adanya. Mengetahui Anang berasal dari kota yang sama membuatnya merasa lebih dekat dan memiliki kesamaan latar belakang budaya.
Suatu hari, Anang mengajak Maya mengunjungi Salatiga. Maya awalnya ragu karena jarak, namun akhirnya menerima ajakan Anang. Perjalanan ke Salatiga menjadi momen spesial. Mereka mengunjungi tempat wisata, menikmati kuliner, dan menghabiskan waktu bersama dalam suasana tenang dan damai. Di Salatiga, Maya melihat sisi lain Anang, sisi yang lebih personal dan intim. Ia melihat bagaimana Anang berinteraksi dengan keluarganya, teman-temannya, dan lingkungan sekitarnya. Maya semakin yakin bahwa Anang adalah orang yang tepat untuknya.
Hubungan Maya dan Anang semakin berkembang. Meskipun jarak Salatiga dan kota kelahiran mereka cukup jauh, mereka tetap menjaga komunikasi dan saling mendukung. Mereka merencanakan masa depan bersama, dengan penuh harapan dan optimisme. Kisah Maya dan Anang membuktikan bahwa cinta bisa tumbuh di mana saja, bahkan di tengah jarak dan perbedaan. Mereka belajar dari pengalaman masa lalu dan menemukan kebahagiaan dan kedamaian dalam hubungan yang tulus dan saling menghargai. Mereka melangkah maju, dengan penuh keyakinan dan cinta yang tumbuh subur, jauh dari dunia maya yang pernah mempertemukan Maya dengan Rizky. Dan fakta bahwa mereka berasal dari kota yang sama menambah ikatan khusus dalam hubungan mereka.
krn males lanjutin jdi buat cerpen ngambang 🫰🏽😁