Setahun.
Hanya itu waktu yang kita punya.
Kita pernah duduk di taman ini—
tertawa, berbicara tentang masa depan
seolah dunia tak akan berubah.
Tapi ternyata,
selamanya cuma kata.
Dan kamu...
pergi, tanpa benar-benar pamit.
Aku mencintaimu dengan jujur,
dengan cara yang paling sederhana—
menghafal caramu diam,
menunggu pesan tengah malam,
berdoa diam-diam agar kamu tak lelah mencintaiku.
Tapi ternyata,
tak semua cinta bisa diperjuangkan.
Karena saat dua hati tak lagi sejalan,
bertahan hanyalah bentuk lain dari luka.
Kini aku duduk sendiri,
di tempat yang pernah menjadi saksi.
Bukan untuk mengenangmu,
tapi untuk mengenang diriku—
yang pernah percaya,
pernah memberi,
dan kini sedang belajar melepaskan.
Kisah kita sudah usai.
Tapi aku belum selesai.
Aku masih hidup.
Masih tumbuh.
Masih belajar mencintai
diriku sendiri—lebih dulu.