Riyono Harianto adalah mahasiswa yang hidupnya selalu dikelilingi kesialan. Suatu malam, ia sedang pulang dari warung kopi setelah ngobrol bareng teman-temannya. Jalanan sepi, hanya ada suara jangkrik dan lampu jalan yang berkedip-kedip.
Saat melewati pohon besar di dekat kosannya, tiba-tiba angin bertiup kencang. Bulu kuduk Riyono meremang.
"Ah, paling cuma angin," gumamnya.
Namun, langkahnya terhenti ketika ia mencium aroma melati yang semakin menusuk. Riyono mulai gelisah. Baru saja ia mau mempercepat langkah, tiba-tiba terdengar suara cekikikan dari atas pohon.
"Hihihi… cowok sendiri aja malem-malem?"
Riyono langsung menoleh ke atas dan melihat sosok kuntilanak berbaju merah. Tapi… ada yang aneh.
Kuntilanak itu tidak menyeramkan, melainkan menatap Riyono dengan tatapan menggoda. Bibirnya merah merona, matanya sayu, dan rambut panjangnya berkibar-kibar tertiup angin bak model iklan sampo.
"Eh… mba kuntilanak?" Riyono menelan ludah.
"Iya, mas. Hehehe… Masnya ganteng, nih. Lagi jomblo, ya?" tanya si kuntilanak sambil menggigit kukunya.
Riyono bingung. Biasanya kuntilanak menakutkan, tapi yang ini malah berasa tante genit yang kelamaan puasa.
"E-eh, iya. Tapi saya udah nggak terlalu mikirin pacaran, kok, Mba Kun," jawab Riyono gugup.
"Duh, jangan panggil aku Mba Kun dong, mas… Panggil aja… Sayang…" bisik si kuntilanak sambil mendekat.
Riyono merinding. Bukan karena takut, tapi karena hawa aneh mulai menyelimutinya.
"Ehh… sayang… eh, maksudku… MBA KUN, saya buru-buru nih! Mau balik ke kos!"
Si kuntilanak cemberut. "Aduh, mas, mas… Aku udah lama sendirian di sini. Nggak ada yang nemenin… Aku kesepian…" katanya sambil mengelus pipinya sendiri dengan gaya ala drama Korea.
Riyono mundur perlahan. "I-iya, saya paham… Eh, gini aja! Mba Kun suka cowok yang jomblo, kan? Di kos saya banyak yang jomblo! Ada Angga, Udin, sama Dika! Mau saya kenalin?"
Mata si kuntilanak berbinar. "Serius, Mas? Wah, boleh, tuh! Kalau mereka cakep, aku nggak bakal gangguin mas lagi!"
"Iya, iya! Beneran! Besok saya ajak mereka ke sini!" Riyono buru-buru menyanggupi.
"Deal, ya?" Kuntilanak mengulurkan tangannya yang pucat.
Dengan ragu, Riyono menjabatnya. Tangan si kuntilanak dingin seperti es kulkas. Begitu ia melepas jabatan tangan itu, si kuntilanak menghilang dengan cekikikan menggoda.
Riyono menghela napas panjang. "Gue baru aja ngejodohin temen-temen gue sama hantu haus kasih sayang. Semoga mereka nggak protes."
Keesokan harinya, Riyono menemui Angga, Udin, dan Dika di kosan.
"Bro, gue ada gebetan buat kalian."
Mereka bertiga langsung antusias. "SIAPA, WOY?!"
Riyono hanya menyeringai. "Malam ini kita ketemuan di pohon besar deket kosan, ya. Siap-siap ketemu cewek cantik… yang rada mistis."
Malam itu, Riyono tidak sendirian lagi. Kuntilanak tobrut kini punya lebih banyak target.