Riyono Harianto adalah mahasiswa rantau yang baru saja mendapatkan kos-kosan murah di pusat kota. Harga sewanya jauh di bawah standar, fasilitasnya lengkap, dan yang paling penting, WiFi-nya super kencang. Sebagai seorang gamer sejati, Riyono langsung jatuh cinta pada tempat itu.
Namun, ada satu masalah kecil: kos itu terkenal angker.
"Ah, paling cuma cerita doang," pikir Riyono.
Malam pertama, Riyono asyik bermain game hingga pukul tiga pagi. Saat sedang seru-serunya, tiba-tiba lampu kamarnya berkedip-kedip. Ia mengabaikannya. Namun, tiba-tiba layar laptopnya berubah sendiri, mengetikkan sesuatu di chat room game: "Keluar dari sini sebelum terlambat."
"Hah? Siapa yang ngetik ini?" Riyono bergidik.
Tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu. Perlahan, Riyono berjalan mendekat dan membukanya sedikit. Kosong. Tapi, ketika ia menutup pintu, ada suara seretan di belakangnya. Riyono menoleh dan melihat sesosok perempuan berambut panjang dengan wajah pucat menatapnya tajam.
Riyono terdiam. Hantu itu terdiam. Mereka saling berpandangan selama lima detik.
"Mas, kamu nge-rank ya?" suara si hantu tiba-tiba terdengar.
"Eh? Iya, kenapa?" Riyono bertanya gugup.
"Sinyalnya bagus nggak? Aku udah nge-hantu di sini lama tapi nggak pernah bisa internetan. Boleh numpang WiFi nggak?" tanya hantu itu dengan ekspresi penuh harap.
Riyono bengong. "Eh… ya boleh sih, tapi kamu jangan nakut-nakutin aku lagi. Deal?"
"DEAL!" jawab si hantu senang.
Keesokan harinya, Riyono menceritakan kejadian itu pada teman-teman kosnya: Angga, Udin, dan Dika. Alih-alih ketakutan, mereka justru penasaran.
"Kalau dia bisa diajak mabar, seru juga nih," ujar Angga.
"Tapi, kalau nge-cheat gimana? Kan dia bisa teleport," tambah Udin.
"Udah lah, yang penting WiFi tetap kenceng," sahut Dika santai.
Sejak saat itu, kos-kosan Riyono tetap angker, tapi ia tidak pernah merasa kesepian. Setiap malam, ia main game ditemani si hantu yang kadang juga ikut main—meskipun lebih sering nge-lag karena pakai WiFi dari dimensi lain.