Di negeri Althea yang dikelilingi oleh lautan bintang, hiduplah seorang puteri bernama Luna. Ia bukanlah puteri biasa—kulitnya seputih cahaya bulan, dan matanya bersinar lembut seperti langit malam. Luna adalah penjaga keseimbangan siang dan malam, sebab darahnya memiliki sihir bulan yang diwariskan oleh leluhur kerajaan.
Namun, pada malam ulang tahunnya yang ke-18, seorang penyihir kegelapan bernama Malvak menyerang istana. "Darahmu adalah kunci untuk menguasai dunia," ucap Malvak sambil melantunkan mantra kutukan. Dalam sekejap, cahaya bulan yang selalu menyelimuti Luna memudar, dan tubuhnya dilingkupi bayangan. "Sekarang, kau akan merasakan kegelapan yang sesungguhnya!"
Luna terjatuh, tubuhnya melemah. Tanpa cahaya bulan dalam dirinya, ia merasa hampa. Namun, sebelum Malvak bisa menang, seorang ksatria bertopeng datang menghadang. Dengan pedang berlapis cahaya bintang, ia bertarung melawan Malvak hingga penyihir itu mundur sementara.
Ksatria itu membantu Luna berdiri. "Aku Orion, penjaga bintang. Hanya ada satu cara untuk menghancurkan kutukan ini—kau harus menemukan Batu Cahaya di puncak Gunung Eldoria sebelum purnama berikutnya."
Tanpa ragu, Luna memulai perjalanannya. Di sepanjang perjalanan, ia menghadapi rintangan—hutan yang berbisik, danau berbayangan, hingga makhluk kegelapan yang dikirim Malvak untuk menghalanginya. Namun, dengan bantuan Orion dan kekuatan keberanian dalam hatinya, Luna berhasil mencapai puncak Eldoria tepat sebelum purnama.
Saat ia menggenggam Batu Cahaya, kilauan bulan memenuhi tubuhnya kembali. Kutukan pun terpatahkan. Dengan kekuatan barunya, Luna kembali ke istana dan menghadapi Malvak dalam pertarungan terakhir. Cahaya bulan yang ia pancarkan begitu kuat hingga mengusir kegelapan, dan Malvak akhirnya musnah.
Kerajaan Althea kembali damai. Dan di bawah sinar bulan yang bersinar lebih terang dari sebelumnya, Luna tersenyum, menyadari bahwa kekuatan sejatinya bukan hanya berasal dari darahnya—melainkan dari keberanian dan hati yang tak gentar menghadapi kegelapan.