Di sebuah kota kecil yang sejuk, seorang gadis bernama Aira selalu menantikan senja di taman dekat rumahnya. Setiap sore, ia duduk di bangku kayu sambil membaca buku, menikmati hembusan angin yang membawa aroma bunga melati. Namun, yang tidak ia sadari, ada seseorang yang selalu memperhatikannya dari kejauhan.
Raka, seorang pemuda sederhana yang bekerja di toko buku seberang taman, telah lama menyukai Aira. Namun, ia terlalu malu untuk mengungkapkan perasaannya. Setiap kali Aira datang ke toko buku, Raka hanya berani tersenyum dan menawarkan buku-buku yang mungkin disukainya.
Suatu hari, hujan turun deras ketika Aira sedang membaca di taman. Tanpa sadar, ia lupa membawa payung. Raka yang melihatnya segera berlari dan memberikan payungnya. Kamu bisa pakai ini, katanya gugup. Aira terkejut, lalu tersenyum lembut. "Terima kasih, Raka. "
Hari itu menjadi awal dari percakapan kecil mereka. Semakin sering bertemu di toko buku dan taman, mereka mulai saling mengenal. Raka yang awalnya pemalu, kini mulai berani berbicara lebih banyak. Aira yang awalnya tak pernah menyadari kehadiran Raka, kini mulai menunggu-nunggu saat bertemu dengannya.
Hingga suatu sore yang indah, di bawah langit jingga, Raka akhirnya mengumpulkan keberanian. "Aira, aku suka kamu," katanya dengan suara gemetar. Aira terdiam sejenak, lalu tersenyum. Aku juga, Raka.
Cinta yang selama ini tersembunyi akhirnya menemukan jalannya sendiri—lewat hujan, buku, dan senja yang selalu menyatukan mereka.