**Judul: ** _Jangan Buka Pintu Itu_
---
Malam itu hujan turun dengan deras, membasahi pekarangan rumah tua di pinggir desa. Rumah itu sudah lama kosong, tetapi lampu di lantai atas tiba-tiba menyala. Seorang pemuda bernama Rian, yang baru saja pindah ke desa itu, menatap rumah itu dari balik jendela kamarnya dengan perasaan tidak enak.
“Kamu juga lihat itu?” suara Ayu, adik perempuannya, membuatnya tersentak.
“Iya,” jawab Rian lirih.
Tak ada seorang pun yang tinggal di sana. Pemiliknya, seorang wanita tua bernama Bu Sari, dikabarkan meninggal dengan cara yang mengenaskan. Ada banyak cerita tentang rumah itu, tetapi yang paling terkenal adalah larangan untuk membuka pintu di ujung lorong lantai dua.
“Katanya, yang pernah buka pintu itu nggak pernah keluar lagi,” bisik Ayu dengan wajah ketakutan.
Rian menelan ludah. Ia tak percaya hal-hal seperti itu, tapi perasaannya tetap gelisah.
**
Dini hari, suara ketukan terdengar dari luar jendela kamar mereka. Rian terbangun dan menoleh ke arah suara itu. Matanya membelalak—di luar, seorang wanita tua berdiri diam, menatapnya dengan sorot mata kosong.
“Rian…” Suaranya parau dan pelan.
Jantung Rian berdegup kencang. Dia tahu itu mustahil. Bu Sari sudah lama meninggal!
Dengan tubuh gemetar, dia merangkak ke tempat tidur Ayu dan mengguncangnya pelan. “Ayu, bangun…”
Namun, Ayu tak bergerak. Saat Rian menggoyang tubuhnya lebih keras, Ayu berbalik… dan wajahnya berubah menjadi sosok wanita tua yang tadi berdiri di luar jendela!
Rian berteriak dan terjaga dengan napas tersengal-sengal. Ia melihat ke sekitar. Ayu masih tidur di tempat tidurnya, normal seperti biasa.
“Cuma mimpi,” gumamnya, mengusap wajahnya yang basah oleh keringat. Tapi sebelum ia bisa tenang, suara ketukan kembali terdengar. Kali ini, bukan dari jendela, melainkan dari pintu depan rumahnya.
**
Dengan enggan, Rian bangkit dan berjalan ke ruang tamu. Ia mengintip melalui lubang intip pintu, tapi tidak melihat siapa pun di luar.
“Siapa?” tanyanya.
Tidak ada jawaban.
Ketukan itu terdengar lagi, lebih keras. Rian merasa ada yang tidak beres. Namun, rasa penasarannya mengalahkan ketakutannya. Dengan tangan gemetar, ia membuka pintu.
Di luar, hujan masih deras. Tapi tidak ada siapa pun di sana.
Hanya ada selembar kertas lusuh yang tertempel di pintu. Dengan cahaya redup dari lampu teras, ia membaca tulisan di kertas itu:
**
Jantungnya seolah berhenti berdetak.
Tiba-tiba, terdengar suara langkah kaki dari lantai dua rumahnya. Padahal, dia yakin hanya ada dia dan Ayu di rumah.
Dengan napas tertahan, Rian menoleh ke atas. Di ujung tangga, pintu di lantai dua yang seharusnya tertutup… perlahan terbuka sendiri dengan suara decitan panjang.
Dan dari balik pintu itu, sesosok bayangan tinggi dengan mata merah menyala mengintip ke arahnya.
Malam itu, teriakan Rian menggema di seluruh desa.
---
( Tamat )