Suatu hari, saat tengah berlari menuju ruang kelas setelah istirahat, Rosella terjatuh dan hampir menabrak seseorang. Tanpa diduga, tangan yang kuat menangkapnya, menahannya agar tidak jatuh lebih jauh.
Saat tangan Joshua yang kuat menahan tubuh Rosella, detik itu juga jantungnya seolah berhenti berdetak. Rosella mengangkat wajahnya dengan gugup, bertemu pandang dengan mata Joshua yang penuh kejutan. Ada keheningan sejenak, hanya suara detak jantung mereka berdua yang terdengar dalam ruang yang tiba-tiba terasa hening.
“Maaf, kamu nggak apa-apa?” tanya Joshua, suaranya rendah namun penuh perhatian.
Rosella hanya bisa mengangguk, masih terperangah. Kata-kata tak bisa keluar dari mulutnya, dan ia merasa seperti semua keberanian yang ia simpan selama ini menguap begitu saja. Ia ingin mengatakan sesuatu, mungkin kata "terima kasih" atau "aku baik-baik saja," namun yang keluar justru senyum canggung. Namun Joshua membalas senyumnya dengan cara yang membuat hatinya semakin berdebar.
"Jangan terlalu buru-buru, hati-hati," kata Joshua, memberi pesan sebelum melangkah pergi.
Rosella berdiri termangu, merasa seolah ada benang merah yang menghubungkan dirinya dengan Joshua. Meskipun hanya sekejap, interaksi itu terasa sangat berarti. Namun, dia juga tahu betul bahwa itu bukanlah sebuah tanda cinta. Itu hanya kebetulan, atau mungkin perhatian kecil dari seorang teman.
.
.
.
.
Keesokan harinya di sekolah, sepertinya Rosella sedang tidak baik-baik saja.
"Sel sumpah lu serem banget, senyum dari pagi sampai sekarang mau istirahat lo masih senyum.." Dina dengan penuh kesadaran langsung mencubit kedua pipi Rosella dengan sangat kencang.
"Shhhh, awwhh sakit tau anjir din".
" Lo abisnya kayak kesambet sumpah, itu gue itu nolongin bukan nyakitin".
"Stressss"
Setelah bel istirahat berbunyi, Rosella langsung menarik tangan sahabatnya itu dan pergi meninggalkan kelas.
"Gue sebenernya punya rahasia loh din.."dengan muka serius Rosella menatap Dina dan berkata.
"Kayaknya Joshua juga suka sama gue"
"NGAHHAHAHAA, GAKUAT" Dina tidak bisa menahan tawanya saat mendengar ucapan Rosella yang tidak mungkin itu.
Akhirnya mereka menjadi pusat perhatian di kantin sekolah. Terutama Joshua yang sedang memperhatikan Rosella dari jauh.
"Bisa diem ga Lo, liat semuanya ngeliatin kita"
"Ya maaf, maaf soalnya lo ngaco mulu"
Seorang siswa menghampiri mereka dan duduk di samping Rosella yang sedang bermain ponsel itu.
"Boleh ikut gabung?" Tanya dia dengan senyuman yang manis.
"Eh?" Dina terkejut melihat pria tampan didepannya..
"Perkenalkan saya Dion" Pria itu mengulurkan tangannya ke hadapan Rosella.
Rosella membalas uluran tangan dari Dion dan dalam hatinya bertanya-tanya, ini siapa ya?.
Dari kejauhan tampak Joshua mengepalkan tangannya dengan kuat.
.
.
.
.
Di belakang taman sekolah, Rosella duduk termenung sendirian. Membayangkan pertemuan pertama mereka dengan Joshua.
Rosella masih ingat betul hari pertama dia bertemu dengan Joshua. Itu terjadi di bangku SMP, saat hari pertama mereka masuk kelas baru. Joshua adalah anak yang tampan, pintar, dan sangat populer di sekolah. Sedangkan Rosella, adalah gadis pendiam dengan rambut panjang yang selalu terikat rapi. Saat itu, Rosella tak pernah berpikir bahwa cinta pertama itu bisa datang dengan begitu sederhana dan membekas.
"Boleh duduk gak?"
"Eh Jo??" Rosella kaget, ternyata Joshua yang baru saja dia bayangkan tiba-tiba muncul didepannya.
"Boleh-boleh Jo hehe, silahkan"
Suasana canggung, karena mereka hanya duduk bersama tanpa ada yang berani memulai pembicaraan sampai beberapa menit kemudian Jo mulai gemas sendiri.
"Boleh tau gak tadi itu siapa?"
Rosella terdiam, kenapa tiba-tiba Joshua menanyakan itu? Apa dia cemburu? Kan tidak mungkin.
"Oh itu Dion, sepupu jauh. Dia emang suka becanda. Udah lama ga ketemu ternyata dia pindah kesini, soalnya ayahnya di pindah dinas. Jadi sekolah disini." Jelas Rosella dengan hati-hati karena daritadi Joshua menatap nya dengan lekat.
"Jadi masih bisa ya sel?" Tanya Joshua dengan penuh senyuman.
"Bisa apa ya Jo??"
Rosella merasa jantungnya berdetak lebih cepat saat matanya bertemu dengan mata Joshua. Sejenak, dunia seakan berhenti berputar. Dihatinya Rosella berharap, bahwa mungkin cinta yang ia impikan sejak lama bisa terwujud. Namun, ketika Joshua mulai mendekat, Rosella merasa bimbang. Apakah Joshua benar-benar melihatnya lebih dari seorang teman?
"Rosella, aku ingin bertanya sesuatu.
"Ya, ada apa, Joshua?" jawab Rosella dengan sedikit canggung.
Joshua menarik napas dalam-dalam, seakan mencari kata-kata yang tepat. "Rosella, aku ingin mengungkapkan sesuatu yang sudah lama aku pendam."
Rosella memandangi wajahnya yang terlihat lebih serius dari biasanya. Mungkin ini saatnya, pikirnya. Mungkin Joshua akan memberi tahu bahwa dia hanya menganggapnya teman. Namun, tiba-tiba, Joshua berbalik menatapnya dengan tatapan yang lebih dalam.
"Aku… sudah lama ingin mengatakan ini," katanya pelan, "Sejak kita satu kelas di SMP dulu, aku sudah menyukaimu.Aku sering memperhatikanmu diam-diam."
Rosella terpana. Hatinya berdegup kencang. Joshua, yang selalu tampak begitu percaya diri dan dikelilingi banyak orang, ternyata juga menyimpan perasaan yang sama. Dia terdiam, tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.
"Apa?" Rosella terkejut, hampir tidak bisa mempercayai kata-kata yang keluar dari mulut Joshua. "T-tapi kenapa baru sekarang kamu bilang?"
Joshua menunduk, seakan merasa malu. "Aku… aku takut kamu tidak merasakan hal yang sama. Aku takut kalau aku mengungkapkan perasaan ini, semuanya akan berubah dan aku akan kehilangan kamu sebagai pengagum berat ku."
Rosella menggigit bibir, berusaha menenangkan diri. Sebagian dari dirinya merasa terkejut, sebagian lagi merasa bahagia. Sejak kemarin, dia memang sering merasa ada yang berbeda dengan Joshua. Setiap senyumannya, setiap sapaan kecil, rasanya selalu lebih dari sekedar sapaan. Tapi dia tak pernah berani berharap lebih karena temannya Dina selalu mengingatkan untuk tidak berharap lebih.
"Aku juga diam-diam suka sama kamu sejak lama, Joshua," kata Rosella akhirnya, suara lembut namun penuh keyakinan. "Sejak pertama kali kita satu kelas di SMP, aku sudah merasa ada yang spesial dari kamu. Aku hanya takut kalau kamu tidak merasakan hal yang sama."
Joshua mengangkat wajahnya, matanya berbinar. "Aku juga sudah mengetahuinya sejak lama sel". Tersenyum lembut menatap Rosella, "Aku selalu memperhatikanmu, Rosella. Bahkan saat aku dikelas, aku sering melirik kamu yang selalu serius membaca buku atau menggambar. Semua yang kamu lakukan, bahkan hal terkecil, selalu menarik perhatianku."Joshua tersenyum lebar, seakan beban yang sudah lama terpendam di hatinya akhirnya terlepas.
Rosella mengangguk pelan, merasakan kebahagiaan yang luar biasa menyelimuti hatinya. Rosella merasa jantungnya berdegup lebih cepat. "Aku juga selalu memperhatikanmu, Joshua. Tapi aku merasa seperti hanya memandangmu dari jauh."
Joshua menggenggam tangan Rosella dengan lembut, dan keduanya saling tersenyum, menyadari bahwa perasaan yang terpendam selama ini ternyata saling melengkapi. "Aku tidak mau hanya memandangmu dari jauh lagi, Rosella. Aku ingin kita menjadi lebih dari sekadar teman."
Rosella menatap Joshua dengan penuh perasaan. "Aku juga ingin begitu, Joshua."
Mereka berdua duduk dalam keheningan yang nyaman, hanya suara angin yang berhembus lembut di sekitar mereka. Perasaan yang selama ini terpendam akhirnya terungkap, mengikat mereka lebih dekat satu sama lain. Sejak saat itu, kisah cinta Rosella dan Joshua tidak lagi menjadi sebuah rahasia, tapi sebuah awal yang indah untuk perjalanan mereka bersama.
Di bawah langit yang mulai temaram, mereka memulai langkah baru sebagai pasangan, dengan hati yang penuh kebahagiaan, dan janji untuk selalu bersama, saling mendukung, dan saling mencintai, seperti yang mereka impikan sejak lama.
.
.
.
.
.
🦋🦋