Di sebuah kerajaan yang megah, lahirlah seorang bayi perempuan dengan wajah yang begitu rupawan. Kulitnya seputih pualam, bibirnya semerah delima, dan rambutnya selembut sutra. Setiap pelayan yang melihatnya terpesona oleh kecantikannya, dan bisik-bisik kekaguman menyebar di seluruh istana. Namun, saat bayi itu perlahan membuka matanya, kegemparan pun terjadi.
Mata bayi itu berwarna hitam pekat. Bukan cokelat tua, bukan abu-abu gelap, tetapi hitam kelam seperti jurang tanpa dasar. Suasana yang semula penuh kegembiraan berubah menjadi ketakutan. Para pelayan mundur dengan wajah pucat, beberapa bahkan menjatuhkan nampan yang mereka bawa.
“Ini… kutukan!” teriak seseorang.
Di kerajaan itu, mata hitam dianggap sebagai pertanda malapetaka. Sebuah takhayul yang diwariskan turun-temurun mengatakan bahwa siapa pun yang menatap mata hitam kutukan akan menemui ajalnya.
Sang raja, yang sejak awal menunggu kelahiran anaknya dengan harapan besar, kini berdiri kaku dengan ekspresi ngeri. Tanpa ragu, ia memberi perintah, "Bunuh bayi itu!"
Para kesatria yang siap menarik pedang maju selangkah, namun tiba-tiba suara lantang sang ratu menggema di ruangan.
“Jika kau berani membunuh anakku, maka bunuhlah aku juga!”
Matanya dipenuhi amarah dan tekad. Ia berdiri di depan bayi itu, melindunginya dengan tubuhnya sendiri. Raja terdiam. Ia mencintai ratu lebih dari siapa pun, dan melihatnya begitu teguh membuatnya mundur. Dengan suara berat, ia berkata, "Aku tidak akan menyentuhnya."
Namun, dalam hatinya, ia tidak bisa menerima bayi itu tetap hidup.
---
Malam Pertama
Saat bulan menggantung tinggi di langit, seorang pria berjubah gelap menyusup ke dalam istana. Raja telah membayar mahal untuk menyewa pembunuh bayaran terbaik. Di bawah bayang-bayang lilin yang berkelap-kelip, ia melangkah pelan ke dalam kamar bayi itu.
Tangannya yang berlumuran dosa menghunus belati, mengarahkannya ke dada mungil yang masih naik turun dalam tidur. Namun, sebelum pisaunya menusuk, udara tiba-tiba menjadi berat.
Sesuatu muncul di belakangnya.
Sepasang mata merah menyala dalam kegelapan. Nafas panas mengembus dari mulut yang dipenuhi gigi tajam. Sebelum pembunuh itu sempat berteriak, rahang besar melahapnya dalam sekejap. Hanya bunyi retakan tulang yang terdengar, lalu sunyi.
---
Malam Kedua
Keesokan paginya, sang raja memasuki kamar ratu dengan penuh harapan, tetapi yang ia temukan hanyalah bayi itu yang tidur dengan damai di dalam buaian. Tidak ada jejak pembunuh bayaran yang ia kirim.
Keringat dingin mengalir di pelipisnya.
Malam berikutnya, dengan ketakutan bercampur kemarahan, ia mengambil pisaunya sendiri dan menuju kamar bayi itu. Tangannya bergetar saat mengangkat senjata. Namun, sebelum pisaunya menyentuh kulit bayi itu…
Monster itu muncul lagi.
Kini lebih jelas dalam kegelapan. Tubuhnya besar dan berlumuran bayangan hitam yang berkabut. Cakar tajamnya menggores lantai, meninggalkan bekas luka yang dalam.
Sang raja mundur, lalu berbalik untuk lari. Tapi, terlambat. Cakar mengerikan itu meraih tubuhnya, mengangkatnya ke udara.
Ia ingin berteriak, tetapi tidak ada suara yang keluar.
Saat rahang besar itu terbuka, kegelapan menelannya bulat-bulat.
---
Kehancuran Kerajaan
Keesokan harinya, sang ratu yang tidak menemukan suaminya mencari ke seluruh penjuru istana. Dari lorong-lorong yang panjang hingga menara yang menjulang tinggi, namun tidak ada jejak sang raja.
Setelah berjam-jam pencarian, kelelahan melanda tubuhnya. Jantungnya berdegup tidak beraturan, dan dadanya terasa sesak. Dengan napas tersengal, ia terjatuh ke lantai. Pelayan yang melihatnya segera berlari memanggil tabib, tetapi semua sudah terlambat.
Sang ratu meninggal dunia.
Ketika kabar kematian ratu dan hilangnya raja tersebar, rakyat mulai berbisik. Mereka tidak butuh bukti untuk mempercayai sesuatu yang telah lama mereka takutkan.
"Bayi itu penyebabnya!"
Tak lama kemudian, kemarahan membakar hati mereka. Seorang pemimpin massa menyerukan tindakan, dan rakyat berbondong-bondong menyerbu istana.
Gerbang dirobohkan. Api membakar permadani dan tirai kerajaan. Mereka mencari bayi itu di setiap sudut, hingga akhirnya menemukannya tertidur dalam buaian.
Seorang pria dengan pisau melangkah maju, matanya penuh kebencian. Dengan tangan yang gemetar, ia mengangkat senjata…
Namun, sebelum pisau itu turun, monster itu muncul lagi.
Dengan raungan yang menggema di seluruh istana, ia menerjang, merobek, dan melahap. Rakyat berteriak ketakutan, melarikan diri tanpa melihat ke belakang. Tapi monster itu lebih cepat.
Mereka satu per satu menghilang dalam gelap, jeritan mereka tak terdengar lagi.
Pagi hari berikutnya, istana hanya menyisakan reruntuhan. Tak ada lagi raja, tak ada lagi ratu, dan tak ada lagi rakyat.
Di tengah kehancuran itu, terdengar suara lirih dari seorang bayi yang tertidur nyenyak.
Sejak saat itu, kerajaan itu dikenal sebagai Kerajaan Terkutuk, dan tidak ada satu pun orang yang berani mendekatinya lagi.
---
TAMAT.