Part 1: Jejak Rindu di Kota Asing
Senja di kota perantauan selalu terasa lebih panjang bagi Shaka. Bukan karena matahari enggan beranjak, melainkan karena setiap jingga yang mewarnai langit selalu membawanya kembali ke bayangan senja di kampung halamannya.
Shaka menghela napas, memandang deretan lampu kota yang mulai menyala satu per satu. Ia sudah tiga tahun meninggalkan kampung halamannya. Temannya, Rio, yang baru saja selesai menelepon, menghampirinya.
"Kenapa melamun terus, Shaka?" tanya Rio, sambil menepuk pundaknya.
Shaka mengangguk pelan. "Senja di sini nggak ada apa-apanya dibanding di rumah, Rio."
"Ya, namanya juga kota besar, Shaka," balas Rio, sambil menatap langit yang mulai gelap. "Tapi di sini kan banyak kesempatan buat kita mengejar mimpi."
"Aku tahu, Rio," kata Shaka, dengan nada sedikit lesu. "Tapi kadang, aku kangen suasana rumah. Aroma masakan Ibu yang selalu bikin perut keroncongan, tawa Ayah yang selalu bikin suasana jadi hangat, bahkan celotehan adikku yang kadang nyebelin tapi selalu bikin kangen."
Rio mengerti betul perasaan Shaka. "Aku juga sering ngerasain hal yang sama, Shaka. Tapi kita di sini kan juga buat mereka, biar bisa bantu keluarga di kampung."
Shaka mengangguk lagi, kali ini dengan senyum tipis yang tulus. "Betul juga kamu, Rio. Kita harus kuat demi mereka."
Part 2: Panggilan dari Rumah
Malam ini, kerinduan itu terasa begitu menusuk. Shaka duduk di tepi jendela apartemennya yang sempit, memandang keramaian kota di bawah sana. Tiba-tiba, ponselnya berdering. Ia melihat nama ibunya di layar dan segera mengangkatnya.
"Halo, Ibu?" sapa Shaka, berusaha menyembunyikan rasa rindunya di balik nada ceria.
"Shaka, Nak? Apa kabar di sana?" suara ibunya terdengar lembut, namun Shaka bisa merasakan sedikit nada khawatir di sana.
"Baik, Bu. Ibu sendiri bagaimana kabarnya di rumah?"
"Ibu baik-baik saja, Nak. Ayah juga sehat. Kami semua di sini sangat merindukanmu, Shaka."
Mendengar itu, Shaka tidak bisa menahan air matanya. Ia merindukan mereka lebih dari yang bisa ia ungkapkan dengan kata-kata.
"Shaka juga sangat merindukan Ibu dan Ayah," jawab Shaka, suaranya bergetar. "Kangen banget rasanya pengen pulang."
"Sabar ya, Nak. Sebentar lagi juga bisa pulang," kata ibunya menenangkan, meski Shaka tahu ibunya juga merindukannya. "Yang penting kamu jaga diri baik-baik di sana."
"Iya, Bu. Shaka janji, Shaka akan pulang secepatnya. Ibu dan Ayah tunggu saja."
Part 3: Janji untuk Kembali
Setelah berbicara dengan ibunya, Shaka merasa ada semangat baru dalam dirinya. Ia segera menghubungi Rio.
"Rio, aku baru saja bicara dengan Ibu," kata Shaka, dengan nada yang lebih bersemangat.
"Oh ya? Gimana kabarnya?" tanya Rio.
"Baik. Tapi aku jadi makin kangen rumah setelah dengar suaranya. Untung Ibu bilang aku harus sabar. Dan aku janji sama Ibu, aku akan pulang secepatnya."
Rio tersenyum lebar. "Nah, itu baru Shaka yang aku kenal! Semangat terus, bro! Aku yakin kamu pasti bisa mewujudkan impianmu dan pulang dengan membawa kebanggaan."
"Terima kasih banyak, Rio," balas Shaka, merasa terharu dengan dukungan sahabatnya. "Kamu selalu ada buat aku di sini."
Part 4: Perjalanan yang Dinanti
Malam sebelum keberangkatannya, Shaka menelepon adiknya.
"Dek, tebak apa?" kata Shaka dengan nada penuh semangat.
"Apa, Kak?" jawab adiknya dengan nada penasaran.
"Kakak besok pulang!"
"Wah, beneran, Kak? Asyik!" seru adiknya di seberang telepon dengan nada girang. "Aku kangen banget sama Kakak! Sudah lama kita nggak main bareng."
"Kakak juga kangen banget sama kamu, Dek. Sudah Kakak siapkan waktu buat kita main sepuasnya. Sampai ketemu besok ya!"
"Iya, Kak! Jangan lupa bawa oleh-oleh yang banyak ya!"
Shaka tertawa. "Pasti, Dek. Sudah Kakak siapkan oleh-oleh spesial buat kamu."
Part 5: Kembali ke Rumah, Kembali ke Hati
Di stasiun, Shaka melihat keluarganya.
"Ibu! Ayah! Adik!" seru Shaka sambil berlari menghampiri mereka, tidak bisa menahan kebahagiaannya.
Ibunya langsung memeluknya erat, air mata haru mengalir di pipinya. "Anak Ibu sudah pulang! Ibu kangen sekali sama kamu, Nak."
Ayahnya menepuk pundaknya dengan bangga. "Selamat datang kembali, Nak. Kami semua sangat senang kamu akhirnya pulang."
Adiknya melompat-lompat di sekitar mereka. "Kakak bawa oleh-oleh apa? Aku penasaran banget!"
Shaka tersenyum lebar. "Ada, nanti Kakak kasih lihat. Tapi yang paling penting, Kakak sudah di sini, bersama kalian."
Di rumah, mereka duduk bersama di teras, menikmati senja yang indah.
"Gimana di kota, Nak? Ceritakan semuanya," tanya ayahnya dengan penuh perhatian.
"Lumayan, Yah. Banyak pengalaman baru yang seru, tapi juga banyak tantangannya," jawab Shaka, sambil berbagi cerita tentang pekerjaannya dan kehidupannya di kota.
"Yang penting sekarang kamu sudah di rumah, Nak," kata ibunya sambil memeluknya erat. "Ibu senang sekali kamu bisa kembali."
"Iya, Bu. Di rumah memang tempat yang paling nyaman dan menyenangkan," kata Shaka, merasakan kehangatan keluarga yang telah lama ia rindukan. "Rasanya semua kerinduan ini terbayar sudah."
Part 1: Jejak Rindu di Kota Asing
Senja di kota perantauan selalu terasa lebih panjang bagi Shaka. Bukan karena matahari enggan beranjak, melainkan karena setiap jingga yang mewarnai langit selalu membawanya kembali ke bayangan senja di kampung halamannya.
Shaka menghela napas, memandang deretan lampu kota yang mulai menyala satu per satu. Ia sudah tiga tahun meninggalkan kampung halamannya. Temannya, Rio, yang baru saja selesai menelepon, menghampirinya.
"Kenapa melamun terus, Shaka?" tanya Rio, sambil menepuk pundaknya.
Shaka mengangguk pelan. "Senja di sini nggak ada apa-apanya dibanding di rumah, Rio."
"Ya, namanya juga kota besar, Shaka," balas Rio, sambil menatap langit yang mulai gelap. "Tapi di sini kan banyak kesempatan buat kita mengejar mimpi."
"Aku tahu, Rio," kata Shaka, dengan nada sedikit lesu. "Tapi kadang, aku kangen suasana rumah. Aroma masakan Ibu yang selalu bikin perut keroncongan, tawa Ayah yang selalu bikin suasana jadi hangat, bahkan celotehan adikku yang kadang nyebelin tapi selalu bikin kangen."
Rio mengerti betul perasaan Shaka. "Aku juga sering ngerasain hal yang sama, Shaka. Tapi kita di sini kan juga buat mereka, biar bisa bantu keluarga di kampung."
Shaka mengangguk lagi, kali ini dengan senyum tipis yang tulus. "Betul juga kamu, Rio. Kita harus kuat demi mereka."
Part 2: Panggilan dari Rumah
Malam ini, kerinduan itu terasa begitu menusuk. Shaka duduk di tepi jendela apartemennya yang sempit, memandang keramaian kota di bawah sana. Tiba-tiba, ponselnya berdering. Ia melihat nama ibunya di layar dan segera mengangkatnya.
"Halo, Ibu?" sapa Shaka, berusaha menyembunyikan rasa rindunya di balik nada ceria.
"Shaka, Nak? Apa kabar di sana?" suara ibunya terdengar lembut, namun Shaka bisa merasakan sedikit nada khawatir di sana.
"Baik, Bu. Ibu sendiri bagaimana kabarnya di rumah?"
"Ibu baik-baik saja, Nak. Ayah juga sehat. Kami semua di sini sangat merindukanmu, Shaka."
Mendengar itu, Shaka tidak bisa menahan air matanya. Ia merindukan mereka lebih dari yang bisa ia ungkapkan dengan kata-kata.
"Shaka juga sangat merindukan Ibu dan Ayah," jawab Shaka, suaranya bergetar. "Kangen banget rasanya pengen pulang."
"Sabar ya, Nak. Sebentar lagi juga bisa pulang," kata ibunya menenangkan, meski Shaka tahu ibunya juga merindukannya. "Yang penting kamu jaga diri baik-baik di sana."
"Iya, Bu. Shaka janji, Shaka akan pulang secepatnya. Ibu dan Ayah tunggu saja."
Part 3: Janji untuk Kembali
Setelah berbicara dengan ibunya, Shaka merasa ada semangat baru dalam dirinya. Ia segera menghubungi Rio.
"Rio, aku baru saja bicara dengan Ibu," kata Shaka, dengan nada yang lebih bersemangat.
"Oh ya? Gimana kabarnya?" tanya Rio.
"Baik. Tapi aku jadi makin kangen rumah setelah dengar suaranya. Untung Ibu bilang aku harus sabar. Dan aku janji sama Ibu, aku akan pulang secepatnya."
Rio tersenyum lebar. "Nah, itu baru Shaka yang aku kenal! Semangat terus, bro! Aku yakin kamu pasti bisa mewujudkan impianmu dan pulang dengan membawa kebanggaan."
"Terima kasih banyak, Rio," balas Shaka, merasa terharu dengan dukungan sahabatnya. "Kamu selalu ada buat aku di sini."
Part 4: Perjalanan yang Dinanti
Malam sebelum keberangkatannya, Shaka menelepon adiknya.
"Dek, tebak apa?" kata Shaka dengan nada penuh semangat.
"Apa, Kak?" jawab adiknya dengan nada penasaran.
"Kakak besok pulang!"
"Wah, beneran, Kak? Asyik!" seru adiknya di seberang telepon dengan nada girang. "Aku kangen banget sama Kakak! Sudah lama kita nggak main bareng."
"Kakak juga kangen banget sama kamu, Dek. Sudah Kakak siapkan waktu buat kita main sepuasnya. Sampai ketemu besok ya!"
"Iya, Kak! Jangan lupa bawa oleh-oleh yang banyak ya!"
Shaka tertawa. "Pasti, Dek. Sudah Kakak siapkan oleh-oleh spesial buat kamu."
Part 5: Kembali ke Rumah, Kembali ke Hati
Di stasiun, Shaka melihat keluarganya.
"Ibu! Ayah! Adik!" seru Shaka sambil berlari menghampiri mereka, tidak bisa menahan kebahagiaannya.
Ibunya langsung memeluknya erat, air mata haru mengalir di pipinya. "Anak Ibu sudah pulang! Ibu kangen sekali sama kamu, Nak."
Ayahnya menepuk pundaknya dengan bangga. "Selamat datang kembali, Nak. Kami semua sangat senang kamu akhirnya pulang."
Adiknya melompat-lompat di sekitar mereka. "Kakak bawa oleh-oleh apa? Aku penasaran banget!"
Shaka tersenyum lebar. "Ada, nanti Kakak kasih lihat. Tapi yang paling penting, Kakak sudah di sini, bersama kalian."
Di rumah, mereka duduk bersama di teras, menikmati senja yang indah.
"Gimana di kota, Nak? Ceritakan semuanya," tanya ayahnya dengan penuh perhatian.
"Lumayan, Yah. Banyak pengalaman baru yang seru, tapi juga banyak tantangannya," jawab Shaka, sambil berbagi cerita tentang pekerjaannya dan kehidupannya di kota.
"Yang penting sekarang kamu sudah di rumah, Nak," kata ibunya sambil memeluknya erat. "Ibu senang sekali kamu bisa kembali."
"Iya, Bu. Di rumah memang tempat yang paling nyaman dan menyenangkan," kata Shaka, merasakan kehangatan keluarga yang telah lama ia rindukan. "Rasanya semua kerinduan ini terbayar sudah."
Bagaimana menurut Anda? Apakah dialognya sudah lebih banyak dan sesuai dengan yang Anda inginkan sekarang?
TAMAT
By : Aruna dan Gemini AI
Dilarang plagiat!
Tolong komen, like dan tekan mangga di pojok kanan bawah!
Jadi guys cerpen yang upload kali ini terinspirasi dari puisi yang aku buat di sekolah ya!
Makasih buat yang udah baca!