Di Jawa Barat, Kota Bandung ada sebuah asrama legendaris yang memiliki kisah unik. Di sanalah tempat para muda mudi menemukan pasangannya. Hal inilah yang membuat pemilik asrama memberikan nama Asrama Asmara. Karena banyaknya orang yang dulu bertempat di sana mendapatkan pasangannya, mereka menyumbangkan dana untuk memperluas asrama tersebut. Siapa tahu ada jodoh mereka disana. Kabarnya banyak orang dari berbagai pelosok negeri yang berebut tinggal di sana. Tak terkecuali tahun ini, penghuninya sangat kompak dengan agenda belajar bersama.
Suatu ketika mereka mendebatkan persoalan MIPA. Perdebatan itu seolah tak ada ujung. Terus saja ribut dan tak satupun dari mereka yang bisa memecahkan misteri soal itu. Kak Harry pasti bisa melakukannya. Dia salah satu senior di sana yang bisa dibilang pintar bahkan bisa saja dikategorikan sebagai orang jenius. Bagaimana tidak Harry pernah mengikuti Olimpiade Matematika sampai di tingkat Internasional saat duduk di bangku SMA walaupun kalah saat ajang itu tapi otaknya sudah mumpuni bukan. Dia segera menengahi perdebatan itu. “Cukup! Jangan pada ribut! Kalian di sini untuk belajar,” katanya tegas.
“Iya kak maaf,” kata mereka serempak.
“Nah gitu dong. Oh ya, mana soalnya?” tanyanya.
“Ini kak, susah tahu,” gerutu Abi seraya menyodorkan soalnya.
“Bentar ya,” katanya.
“Oke kak,” kata Abi memberi kesempatan kak Harry untuk mengerjakannya. Abi ini siswa dari Bogor yang dulunya ikut serta dalam Olimpiade Matematika.
Sementara yang lainnya menunggu hasil. Tak butuh waktu lama bagi Harry untuk membabat habis soal itu dan seperti biasa mereka dibuat melongo dengan jawabannya yang super cepat, cermat, dan tepat. Sangat memuaskan bukan jika punya senior seperti dia. Tak lama kemudian kerumunan mereka membubarkan diri menuju asrama masing-masing sedangkan Hani masih diam di tempatnya.
Hampir seluruh anggota Asrama Asmara kagum pada kak Harry namun belum untuk Hani. Gadis yang asalnya dari Gresik. Dia ini manis dengan kulit sawo matang dan postur tubuhnya yang kecil serta sepasang lesung pipi yang membuatnya terlihat lebih imut dari gadis lain saat sedang tersenyum. Dialah yang membuat Harry diam-diam tertarik. Entah karena apa sulit dijelaskan olehnya. Di dalam pikirannya Harry merasa Hani seperti dirinya.
Seketika Hani yang duduk merasa bosan karena kini di hadapannya tinggal kak Harry seorang diri. Padahal dia ingin diajari oleh senior lain. Dia pun beranjak dari tempat duduknya dan berlalu dari hadapan kak Harry. Harry tersenyum, dia bergegas bangkit untuk menyusul gadis idaman hatinya. Setelah dirasa cukup dekat dia memanggilnya, “Hani tunggu!”
Suara itu menghentikan langkah Hani. Dia pun berbalik ke belakang sambil berseru, “Tidak bisakah kakak jauh dariku?” pertanyaan itu keluar begitu saja saat kak Harry tiba di depannya. Dengan penuh keyakinan Harry menjawab, “Tidak.”
“Kenapa?” tanya Hani.
“Karena aku tertarik sama kamu,” jawabnya enteng.
Mendengar alasan seniornya, semakin membuat hatinya panas. Dia memilih pergi dengan langkah cepat, tetapi Harry berhasil mencekal lengannya.
“Aku bakal buktiin cinta aku ke kamu,” kata Harry tegas.
“Mana?” tanya Hani yang setengah tidak percaya dengan kata bukti. Padahal Harry belum membuktikan apapun padanya.
“Ya.... belum ada kalau sekarang,” jawab Harry.
“Boong. Udah ah aku mau ke asrama. Lepas nggak!” kata Hani galak. Terlihat jelas wajahnya memerah bahkan matanya sempat memelototi Harry.
Akhirnya Harry mengalah, dilepaskannya lengan Hani. Membiarkan gadis itu pergi. Sementara dirinya bertekad untuk memiliki Hani seutuhnya. Harry memang pemuda kaya, jenius, baik, tampan, dan entah serentetan hal lainnya yang membuatnya terspesialkan namun tetap saja belum bisa menaklukkan hati gadis itu.
***
Suatu ketika Hani mengalami kesulitan. Ia meminta bantuan pada senior-seniornya namun tak ada satupun yang punya waktu untuk mengajarinya kecuali dia. Siapa lagi kalau bukan Harry yang siap meluangkan waktunya untuk Hani seorang. Dengan terpaksa Hani belajar bersamanya sampai larut malam tentunya melalui media ponsel. Hal ini sebenarnya merupakan kesepakatan yang dulunya diam-diam mereka setujui yaitu agar tidak saling mengganggu dan mengekspos hubungan. Yah hubungan meminta bimbingan senior ini takutnya disalahpahami oleh orang lain. Jadi begitulah interaksi terbatas mereka berdua.
Tak terasa kegiatan itu pun berakhir juga. Hani segera tidur setelah semua tugasnya selesai. Sementara Harry yang baru saja mengakhiri chat dengan Hani merasa aneh. “Kok dia kaya aku ya,” pikirnya. Tak disangka Hani juga berpikir demikian sejak mereka saling kenal. Dua orang yang saling memikirkan satu sama lain tapi dengan karakter yang bertolak belakang sungguh membuat pusing bagi orang yang melihatnya.
***
Di sisi lain grup chat asrama mereka sedang membahas soal sulit. Namun, sang senior yang selalu diandalkan tak kunjung muncul. Admin grup ini pun mulai mencari-cari.
Ilham: “Kak Harry ke mana sih? Kok tumben banget belum nyahut.”
Abi: “Lagi sibuk kali. Jangan ganggu dialah! Coba yang lain ada yang bisa nggak?”
Sayangnya balasan dari anggota grup yang lain kurang memuaskan. Hampir seluruhnya menjawab tidak bisa. Tiba-tiba saja sang senior yang ditunggu akhirnya mengirimkan pesan di grup.
Harry: “Ada apa?”
Ilham: “Bantu tugasku kak, please…”
Tak sampai lima menit tugas pembuktian itu selesai dikerjakan oleh Harry.
Ilham: “Bravo kak Harry emang yang paling top deh. Thank you kak”
Harry: “Oke.”
Ilham: “Oh kak ngomong-ngomong lagi sibuk apa? Aku masih mau tanya nih.”
Harry: “Boleh. PC aja.”
Ilham: “Oke kak.”
***
Chat pribadi antara Ilham dan Harry awalnya mulus membahas soal pembuktian yang lain. Kemudian, rasa penasaran Ilham tiba-tiba muncul.
Ilham: “Kak tadi kok lama balasnya di grup lagi sibuk apa?”
Harry: “Urusan pribadi no comment.”
Ilham: “Oh, ya udah deh. Bye kak.”
Chat mereka pun berakhir dengan rasa penasaran Ilham. Otaknya menyimpulkan urusan pribadi seniornya mungkin ada hubungannya sama pacar. Tunggu seniornya punya pacar? Wah, berita bagus nih hehehe. Niat menggoda seniornya yang sedang kasmaran pun memuncak.
“Ting” bunyi nada pesan di grup dari admin (Ilham) bertuliskan “Kak Harry punya pacar nggak?”
Harry yang masih terjaga buru-buru menjawabnya, “No comment.”
Reaksi senior yang mencurigakan semakin kentara di mata Ilham. “Oh oke. Tapi kayaknya agak deket sama kak Layla yah 🤔.”
“Nggak,” jawab Harry cepat.
Melihat reaksi seniornya yang cukup tertutup masalah asmaranya, Ilham pun mengakhiri chatnya di grup.
***
Esok paginya Hani mengecek ponselnya. Dia mulai membaca pesan yang menumpuk di grup. Entah mengapa hatinya jadi tidak enak saat membaca tentang kedekatan antara Harry dan Layla yang dibahas Ilham di grup.
“Ternyata aku hanyalah mainannya saat sedang bosan saja,” batin Hani terasa sakit dipenuhi rasa kecewa.
Dia tak lagi membaca lanjutan pesan-pesan itu. Meski tahu kedua orang yang berkaitan saling menyangkal hubungan tersebut. Hal ini justru membuat kemungkinan orang akan berpikir itu benar-benar terjadi diantara mereka.
***
Hani berangkat ke sekolahnya dengan suasana hati yang buruk. Temannya bernama Sasa. Dialah yang biasanya selalu memperhatikan teman baiknya itu sedikit heran.
“Hani, kenapa di pagi yang cerah ini wajah cantikmu mendung?” Tanyanya dengan sedikit menggoda.
“Biasalah ketemu soal sulit semalem,” jawab Hani mencari alasan yang masuk akal.
“Oh… gitu,” sahut Sasa yang masih diliputi rasa penasaran.
“Mulut bisa boong, tapi lain di hati,” lanjut Sasa sambil menggerutu.
Hani hanya melirik temannya. Dia merasakan kekecewaan darinya karena tidak bicara terus terang. Mau bagaimana lagi dengan sifat Hani yang seperti itu hanya menunggu waktu dia sudah tidak kuat barulah mau bercerita.
***
Seminggu kemudian.
Sudah seminggu ini Harry tidak mendapat chat dari Hani. Hari-hari sebelumnya dia hanya mengira itu wajar mungkin sedang sibuk. Namun, ini seminggu astaga. Apakah ada masalah seserius itu yang sedang dihadapinya? Karena sudah tak sabar diapun menghubunginya.
Harry: “Hai!”
Satu menit, sepuluh menit, dan akhirnya satu jam chat itu tidak dibaca apalagi dibalas. Harry sedikit cemas. “Kenapa sih? Ayo dong bales! Please…” kata Harry lirih. Dari kejauhan gelagat mencurigakan itu dilihat oleh Ilham dan Abi. Mereka mulai bergosip.
“Liat tuh Bi!” kata Ilham sambil menunjuk ke arah Harry yang tengah cemas menunggu balasan chat.
“Apa?” kata Abi dengan polosnya.
“Ah, elah. Masa kau ga tau sih?” kata Ilham yang gemas karena lawan bicaranya yang tak kunjung mengerti.
“Itu pasti lagi nunggu chat pacarnya,” lanjut Ilham dengan wajah serius.
Abi yang mendengar pernyataan itu terkejut.
“Seriusan kak Harry punya pacar?” tanya Abi memastikan.
Ilham hanya menjawab dengan anggukan kepala sambil terus menatap Harry yang makin menjadi-jadi. Dia mengajak Abi untuk menghampirinya. Tepat di belakang Harry, Ilham dan Abi mengintip isi chat di ponsel Harry. Mereka saling memandangi satu sama lain dan tersenyum licik. Harry yang merasa diperhatikan segera berbalik dan mendapati kedua juniornya sedang merencanakan sesuatu.
“Kalian liat apa?” tanya Harry yang sebenarnya sudah tahu kalau dia dipergoki oleh mereka.
“Nggak kok, nggak liat apa-apa,” jawab Ilham.
“Baguslah. Kalo sampe ada sesuatu yang bocor itu nggak lucu kan. Apalagi konsekuensinya bisa fatal,” oceh Harry tanpa henti.
Harry menepuk bahu kedua junior itu dengan ekspresi yakin untuk tidak membocorkan rahasianya. Akibatnya sudah jelas tugas dan belajar bakal ditolak. Ilham hanya meringis tak berdaya melawan seniornya, sedangkan Abi hanya mengangguk pelan tanda setuju. Setelah membereskan dua pengacau itu, Harry segera kembali ke dalam asramanya.
Kepergian Harry membawa kelegaan kepada Ilham dan Abi. Hampir saja mereka kehilangan pembimbing yang cakap itu.
“Huh, hampir aja,” kata Ilham sambil mengelus dadanya.
“Iya. Balik aja yuk ke tempat kita. Jangan ganggu urusan pribadinya kak Harry kalo nggak mau dapet bimbingan gratis lagi!” ajak Abi.
Mereka berdua pun kembali ke asramanya.
***
Jarak antara Hani dan Harry pun makin lama makin jauh. Sampai Hani berada di puncak kejenuhan. Dia bertekad untuk melepaskan. Toh bentar lagi dia lulus SMA dan bakal kuliah. Rencananya dia ingin ke UI. Jadi sisa waktu di Bandung akan dimanfaatkan sebaik mungkin sebelum pergi. Untuk hal lain bisa dikesampingkan seperti hubungan dengan seniornya Harry. Yah salah satu alasan dia tak merencanakan ke ITB juga karena dia ada di sana. Hal yang sama juga dialami oleh Harry, tapi dia bertekad tuk setia sampai Hani mau mendengar pernyataan cintanya yang paling tulus. Dia hanya berharap Hani mau menunggu untuknya.
***
7 tahun kemudian
Tahun demi tahun berlalu, kedua orang yang saling memendam rasa cintanya perlahan mulai melupakan satu sama lain. Memasuki dunia kerja yang jauh berbeda dengan masa mereka menempuh pendidikan. Mereka yang masih asik dengan dunia kerja yang baru digeluti beberapa tahun ini melupakan tugas mencari pasangan hidupnya. Takdir, mungkin itulah yang dipikirkan mereka dalam menemukan pasangan.
Di PT Jalur Jodoh tempat bekerja Hani. Yah baru-baru ini nama PT diganti oleh CEO barunya yang awalnya PT Jawarakimia jadi seperti sekarang ini. CEO baru masih muda sengaja ganti nama PT karena sedang mencari keberadaan jodohnya. Hani yang kebetulan absen saat peresmian belum sempat melihat tampang bos barunya yang menurutnya cukup gigih buat cari jodoh.
Gudang penyimpanan bagian Hani mengecek barang yang diproduksi dipenuhi oleh tumpukan dus-dus yang tinggi.
"Hani udah belum kamu cek bagianmu?" tanya teman kerjanya Kiara.
"Masih belum dikit lagi kelar nih," jawab Hani masih fokus dengan pekerjaan.
"Aku keluar dulu ya. Udah laper nih jam makan siang juga mo abis," kata Kiara sambil berlalu.
"Oke duluan aja Kia gapapa," ujar Hani tak keberatan.
"Kamu mau nitip sesuatu nggak?" tanya Kiara tiba-tiba.
"Sandwich sama air mineral aja," jawab Hani.
"Oke," kata Kiara menyetujui pesanan Hani.
Kiara berlalu menuju pintu keluar gudang penyimpanan. Di sana dia berpapasan dengan bos barunya. Dia membungkuk memberi hormat pada bosnya.
"Siang bos," sapa Kiara yang hanya mendapat anggukan saja.
"Si bos cuek amat masih muda ganteng gitu kok masih susah ketemu jodoh. Ini kayaknya mau cek gudang deh. Biar deh ini kan jam makan siang lagian ada Hani di sana kalo ditanya-tanya juga bisa jawab. Ke kantin dulu deh," pikir Kiara melanjutkan perjalanan ke kantin yang tertunda.
Bos yang belum pernah dilihat Hani memasuki gudang. Dia mulai memeriksa bagian-bagian di sana. Sampailah di tempat Hani yang tengah serius melakukan pengecekan barang. Tanpa sengaja mereka bertabrakan. Tubuh mungil Hani limbung untungnya berhasil ditangkap bos besar. Dia segera berdiri tegak dan meminta maaf akan kesalahannya.
"Maaf sebelumnya saya ga sengaja," kata Hani.
"Gapapa jangan diulangi lagi," pesan si bos.
"Hei ini bos baru kita. Cepet kasih datanya mau dicek!" pinta asisten di sebelahnya.
Hani segera memberikan data kepada bosnya. Dia menunggu beberapa saat. Bosnya mengembalikan data itu padanya lalu mulai berjalan melewatinya seraya berkata, "Nggak ada masalah bisa lanjut."
Hani hanya menjawab, "Baik" sambil membungkukkan badan.
Kiara yang baru sampai segera menghampirinya dan bertanya tentang pengecekan.
"Gimana tadi?" tanya Kiara.
"Nggak ada masalah," jawab Hani penuh percaya diri.
"Untung aja. Katanya si bos galak loh," jelas Kiara.
"Itu kan cuma rumor di sini. Jangan percaya lah!" bela Hani.
"Orang tadi aku sapa cuma angguk aja kepalanya nggak ada senyum sedikitpun di wajah bos yang datar," jelas Kiara.
Kiara melanjutkan, "Tapi untungnya dia masih muda, ganteng, dan tentunya lajang."
Hani mendengarkan deskripsi bos dari mulut Kiara sembari memakan sanwichnya hanya menganggukkan kepala dan berkata iya atau oke saja. Sebenarnya Hani merasa sedikit akrab dengan bosnya, tapi jika dipikir kembali sepertinya nggak mungkin. Sementara itu, Harry yang selesai berkeliling kembali ke kantornya. Dia memikirkan perempuan yang ditolongnya tadi. Seulas senyum tipis menghiasi wajahnya.
"Udah bertahun-tahun nggak ketemu ternyata dia masih sama kaya dulu yah. Eh… apa aku yang terlalu banyak berubah yah? Kok Hani nggak ngenalin aku sih," pikirnya.
Asistennya yang melihat gelagat bosnya kebingungan. Angin apa kiranya yang bisa membuat bos dingin ini tersenyum tadi. Dia mengira matanya rabun diusianya, tapi itu tidak mungkin. Apa tadi hanya ilusi? Beragam dugaan memenuhi otaknya.
"Arya!" panggilan bos besarnya membuyarkan pikiran yang mendalam.
"Iya bos. Ada apa?" tanyanya hati-hati karena hampir ketahuan kalo lagi nggak fokus.
"Nama perusahaan kalo diganti gimana menurutmu?"
"Lho kenapa bos? Apa udah ketemu orangnya?"
Bos besarnya hanya tersenyum lebar penuh arti kebahagiaan. Dinaik turunkan alisnya. Asistennya tidak percaya baru beberapa bulan lalu bosnya bersikeras ganti nama jadi "Jalur Jodoh" eh sekarang mau ganti lagi.
"Tapi bos meskipun bos udah ketemu orangnya. Apa bos udah diterima?" tanya asistenya.
"Eh iya bener juga kamu," jawab si bos setuju.
"Kayaknya harus dapetin dia dulu baru ganti nama lebih oke ya," terang si bos.
Asisten itu hanya mengacungkan jempol sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. Yah meski itu kemauan si bos tapi tetep harus dipikir dua kali. Jangan sampe udah ganti nggak taunya malah ditolak. Kan repot harus ganti nama lagi.
"Bos saya hampir lupa ada satu orang rekomendasi dari cabang yang bakal ke sini. Kalo nggak salah namanya Layla," terang Arya.
"Oh urus aja penempatannya kaya biasa," jawab Harry.
***
Layla yang baru dipindahkan segera mengurus berkas dan ditempatkan di posisi sekretaris. Arya yang membantu memberi arahan yang sejelas-jelasnya. Setelahnya, Layla memulai pekerjaan pertamanya.
***
Waktu makan siang, di kantin perusahaan. Hani dan Kiara makan di sana. Ada juga karyawan lainnya. Masing-masing meja ada yang fokus makan, bahas urusan pribadi, bahkan gosip perusahaan. Meja di sebelah mereka tak terkecuali, membahas sekretaris baru.
"Eh, kalian tau kan sekretaris baru yang direkomendasiin dari cabang itu. Orangnya cantik sih pantesan aja mulus ke pusat," ujar Dinda yang julid.
"Iya, banyak tuh cowok-cowok yang deketin dia tau," tambah Maya.
"Nggak cuma itu aja. Kata si Arya bos mau ngerubah nama perusahaan lagi gegara nemuin jodohnya," terang Jihan.
Dinda dan Maya yang mendengarnya langsung berteriak bersama "Hah seriusan?"
"Sttt.. jangan keras-keras guys," pinta Jihan.
"Yang bikin bingung tuh waktu itu bertepatan dengan rekomendasi si Layla tau," tambah Jihan dengan suara lirih.
Dinda dan Maya saling pandang.
"Jangan-jangan dia orang yang bos cari?" kata Maya mulai menebak-nebak.
"Bisa jadi May," sahut Dinda.
Hani yang mendengar gosip itu hanya diam saja tak berkomentar apa pun. Ia tetap fokus memakan makan siangnya. Temannya Kiara yang mulai terpancing ikutan nimbrung gosip meja sebelah.
"Iyakah?" tanya Kiara.
Orang di meja sebelah hanya mengangguk. Diliriknya Hani yang tidak ada respon. Nih anak kalo diajak ngobrol diem aja sih.
"Kalo menurutmu gimana Han?" tanya Kiara.
"Apa?"
"Layla itu cewek yang dicari bos kita," kata Jihan di meja sebelah.
"Em… kayaknya bukan deh," jawabnya asal.
"Lho tau dari mana kalo bukan?" tanya Dinda penasaran.
"Kalo dia yang dicari bos, bukannya pas dateng harusnya dikasih surprise," jawab Hani.
"Iya juga ya. Kan masuk kejutan gitu," kata Maya.
"Duluan ya aku udah beres mo bayar dulu," kata Hani meninggalkan teman-temannya yang masih belum selesai makan karena keasyikan gosip.
Di kasir tanpa sengaja berpapasan dengan si bos. Harry yang tahu Hani mau bayar pesanannya dihentikan.
"Aku aja yang bayar. Anggap aja bonus," kata Harry.
Hani menarik tangannya kembali. Dimasukkan lagi uang itu ke sakunya. Ditatapnya dengan heran perilaku bos itu sambil memiringkan kepala. Usai membayar Harry melihat Hani memperhatikannya. Dia hampir salting dibuatnya, tapi masih berusaha tenang.
"Kenapa liatin sampe kaya gitu?" tanya Harry.
"Nggak bos cuma kayak pernah liat bos di mana gitu," terang Hani.
Harry yang sudah menduga Hani melupakan kenangan 7 tahun lalu. Dia harus ekstra sabar.
"Ehem… jangan panggil bos. Panggil nama aja," pinta Harry.
"Maaf bos saya nggak tau. Soalnya waktu itu pas absen," jawab Hani.
"Harry," katanya sambil berlalu meninggalkan Hani yang masih kebingungan.
"Kenapa harus denger nama itu lagi. Padahal kan udah lupa. Keinget bikin sakit hati aja," batin Hani.
Saat sampai di pintu keluar kantin, Hani tak sengaja berpapasan dengan Layla. Tetapi, dia yang tak menyadari keberadaan juniornya.
"Kak Hani!" sapa Layla.
Hani yang mendengarnya berbalik mendapati juniornya bergegas menghampiri.
"Ih kak Hani juga di sini ternyata nggak nyangka aku tuh," cerita Layla.
"Eh iya aku juga nggak nyangka bakal ketemu kamu lagi. Maaf nggak ngenalin kamu," terang Hani sedikit canggung.
"Kak Hani aja yang nggak banyak berubah masih imut kaya dulu," ujar Layla berpendapat.
"Bisa aja kamu La. Udah ya aku duluan," kata Hani meninggalkan Layla yang masih melambaikan tangannya.
"Apes banget sih aku hari ini ketemu dia," batin Hani lelah dengan semua kenangan yang perlahan kembali.
***
Reuni rutinan tahun ini ternyata sudah dekat. Yah Asrama Asmara tempat Hani dulu akan mengadakan reuni. Sudah nggak bisa dibayangkan sekarang kondisinya kaya apa. Setiap tahun pasti acara ini yang paling ditunggu oleh orang-orang buat nyari jodohnya dan Hani adalah salah-satunya. Yup dia sudah didesak oleh orang tuanya untuk menikah tapi tak kunjung bertemu belahan jiwanya. Selama ini dia belum pernah ikut reuni ini karena memang mencoba menghindar dari seseorang di masa lalu. Tahun ini dia berniat ikut karena berpikir seperti yang lainnya, "Jodohku mungkin di sana."
Layla menghampiri meja Hani saat makan siang di kantin. Dia membahas acara reuni ini. Kiara yang duduk bersama curiga hubungan keduanya.
"Han. Dia siapa sih? Kok akrab banget?" tanya Kiara.
"Oh, aku Layla sekretaris baru disini. Salam kenal yah. Maaf tadi keasyikan ngobrolin reuni sama kak Hani. Dia seniorku di sana," terang Layla sebelum Hani sempat menjelaskan.
Hani hanya mengangguk dan tersenyum pasrah. Pasalnya dia dulu tidak pernah berhubungan dengan Layla. Tetapi, karena Hani tak sengaja menunjukkan kemampuan dirinya, dia jadi dikenal. Jujur dalam hati Hani ingin memisahkan diri dari orang-orang di Asrama Asmara itu. Apalah daya tetap saja bertemu karena takdir berkata begitu. Pada akhirnya Hani setuju dengan Layla berangkat bersama ke sana.
***
Reuni
Di depan gerbang Asrama Asmara setiap orang yang hadir diminta menunjukkan undangan. Petugas di sana mempersilahkan tamu undangan yang sudah terverifikasi. Hani dan Layla termasuk didalamnya. Mereka memasuki halaman dan menuju ke tengah komplek asrama. Di sana ada bangunan luas bertingkat yang menjadi aula tempat acara reuni diadakan. Dekorasinya menyenangkan, makannya cukup banyak, kursi-kursi ditata rapi, dan yang paling mencolok adalah panggungnya.
Panggung yang mewah dengan kata "Asrama Asmara" yang jelas istimewa. Acara itu dimulai dengan sambutan-sambutan dari pemilik asrama dan para alumni asrama yang mensponsori asrama. Salah satu orang yang cukup mengejutkan Hani adalah Harry. Ternyata dia adalah orang yang sama dengan bosnya. "Jadi selama ini dia ada di dekatku," batin Hani.
"Kak Hani. Lihat tuh si bos ternyata Harry dari Asrama Asmara kita," kata Layla menyenggol lengan Hani.
"Iya nggak nyangka," jawab Hani pasrah.
Setelah itu, acara selanjutnya dibebaskan. Mau ngobrol sambil makan boleh atau foto-foto bareng temen lama. Yang penting nggak bikin keributan. Hal yang tidak disangka adalah bertemu Ilham dan Maudy.
"Hai kak Hani!" sapa Ilham.
"Hai juga," balas Hani kaku.
Ilham dan Maudy sudah menjadi pasangan. Yah junior ini sudah menikah mendahului seniornya.
"Setelah lama nggak pernah ikut akhirnya nongol juga kak. Tahu nggak sih tiap tahun yang ditunggu itu kamu," jelas Ilham.
"Siapa yang nunggu?" tanya Hani penasaran meski dihatinya menebak itu Harry.
"Ada tenang aja. Pasti nanti juga ketemu," jawabnya.
"Bener pasti ketemu," kata Maudy menambahkan.
Mereka berdua setelah saling sapa meninggalkan Layla dan Hani. Lalu, Layla juga pamit karena ada janji. Hani pun merelakannya. Sendirian di acara ini benar-benar sepi. "Apa benar jodohku disini?" tanyanya dalam hati.
Hani yang merasa sedikit pengap memilih keluar dari aula menuju kolam air mancur. Langit sudah malam dipenuhi bintang. Cahaya lampu di sekitar menambah kesan indah di sekitar kolam. Tak jauh di kursi taman yang panjang, Hani menyandarkan punggungnya. "Lelah hari ini sungguh lelah," katanya lirih.
Dia mendongakkan kepalanya menikmati kerlip bintang malam. Mata indahnya mulai merasa berat. Dia memejamkan matanya, menikmati hembusan dingin angin malam. Harry yang terus memperhatikan, mulai mendekati duduk disebelahnya. Dia sudah diam-diam mengikuti sejak tadi.
"Apa nggak dingin kalo tidur di sini?" tanya Harry.
Hani membuka matanya, melihat seniornya yang masih perhatian padanya seperti biasa.
"Cuma bentar kok. Nanti juga bakal balik ke hotel," jawab Hani cuek.
"Hani!" panggil Harry dengan lembut.
"Apa?" kata Hani sambil memperhatikan wajah tampan Harry.
"Aku sebenernya mau lupain kamu. Niatnya mau cari yang lain, tapi nggak pernah nemu yang cocok sama aku," terangnya.
"Terus apa hubungannya sama aku," kata Hani menyela.
"Yah ada lah. Kamu kan orang yang aku suka," jawab Harry.
"Bukan Layla?" tanya Hani.
"Ih… apa sih kamu? Kamu cemburu yah gara-gara itu?" goda Harry.
"Nggak," jawab Hani cepat.
Harry tersenyum manis padanya. Ternyata masih ada sedikit rasa. Mungkin ini juga masih ada sedikit kesempatan. Dia merogoh saku jas yang dikenakannya mengambil sebuah kotak kecil. Hani yang masih memalingkan wajahnya tidak menyadari apa yang dilakukan Harry. Tau-tau aja Harry sudah berjongkok di depannya sambil membuka kotak kecil itu berisikan cincin. Hani terkejut, tapi Harry sudah mantap.
"Hani. Aku tau kamu kaget. Tapi aku serius sama kamu. Kamu nggak mau pacaran kan? Oke kita nikah aja gimana?" ucap Harry serius.
Hani yang belum tenang dari keterkejutannya itu ditambah lamaran dari Harry, membuatnya terdiam. Wajahnya terasa terbakar saking senangnya bertemu jodoh. Dia menarik napas panjang lalu menghembuskannya perlahan.
"Oke aku mau," jawab Hani sambil tersenyum dan mengambil cincin itu dipasangkan di jarinya.
Mereka berpelukan, menumpahkan kebahagiaannya. Lampu sorot menerangi kedua orang yang sedang berpelukan itu. Sorak-sorai selamat terdengar dimana-mana. Mereka semua turut bahagia atas bersatunya kedua hati. Mereka melepas pelukan itu. Harry mengucapkan terima kasih atas dukungan yang lainnya yang ikut memeriahkan lamaran itu.
MC acara reuni mengucapkan selamat atas bersatunya Hani dan Harry di Asrama Asmara.
"Selamat pasangan tahun ini dari Asrama Asmara adalah Hani dan Harry!" teriaknya diikuti riuh tepuk tangan.
"Mari kita saksikan kejutan kembang api yang disiapkan Harry kalau dia diterima," lanjutnya.
Kembang api mulai menghiasi langit malam itu. Indah, berwarna-warni, meski hanya singkat. Namun, kenangan yang terlukis hari ini akan abadi di hati. Terutama untuk pasangan Hani dan Harry.