Di sebuah sudut pasar loak yang ramai, terdapat sebuah toko kecil yang menjual barang-barang bekas. Di sana, seorang anak laki-laki bernama Andi sedang mengamati sepasang sepatu usang. Sepatu itu berwarna cokelat, kulitnya sudah retak-retak, dan solnya hampir lepas. Namun, mata Andi berbinar-binar.
"Berapa harga sepatu ini, Pak?" tanya Andi kepada pemilik toko.
"Ah, itu sepatu tua," jawab pemilik toko, Pak Salim. "Sudah lama tidak ada yang berminat. Ambil saja kalau mau, Nak."
Andi tersenyum lebar dan segera mengenakan sepatu itu. Meskipun kebesaran, ia merasa sangat senang. Ia membayangkan dirinya berlari kencang, melompat tinggi, dan menendang bola dengan sepatu itu.
Andi adalah anak yatim piatu yang tinggal bersama neneknya. Mereka hidup sederhana, dan Andi jarang memiliki barang baru. Sepatu usang itu adalah harta karun baginya.
Setiap hari, Andi memakai sepatu itu untuk bermain bola di lapangan dekat rumahnya. Ia tidak peduli dengan ejekan teman-temannya yang memakai sepatu baru. Ia merasa sepatu usangnya memiliki kekuatan magis.
Suatu hari, ada pertandingan sepak bola antar kampung. Andi dan timnya tertinggal satu gol. Di saat-saat genting, Andi menerima umpan dari temannya. Dengan sekuat tenaga, ia menendang bola ke arah gawang lawan.
Gol! Skor imbang. Andi dan timnya bersorak gembira. Mereka berhasil memenangkan pertandingan. Sepatu usang Andi menjadi saksi kemenangan mereka.
Setelah pertandingan, seorang anak laki-laki dari tim lawan mendekati Andi.
"Sepatumu hebat sekali," katanya. "Meskipun usang, sepatumu membawa keberuntungan."
Andi tersenyum. Ia menyadari bahwa sepatu usangnya bukan sekadar alas kaki. Sepatu itu adalah simbol semangat, kerja keras, dan keyakinan. Ia belajar bahwa nilai sebuah barang tidak terletak pada penampilannya, tetapi pada makna dan kenangan yang terkandung di dalamnya.
===================================
Cerpen ini mengajarkan kita untuk menghargai apa yang kita miliki, meskipun sederhana. Bahwa kebahagiaan tidak selalu datang dari barang-barang mewah, tetapi dari keyakinan, semangat, dan kerja keras. Kita juga diingatkan untuk tidak menilai orang lain dari penampilan luarnya, tetapi dari hati dan semangatnya.