Lapisan yang melindungi bumi dari benda-benda langit disebut dengan atmosfer. Belakangan ini, para ilmuwan menemukan fakta terbaru lapisan eksosfer pada bumi yang dinamai Geocorona. Penamaan ini dikarenakan lapisan itu memiliki bagian bercahaya. Bahkan faktanya astronaut yang pergi ke bulan tidak melewati lapisan ini melainkan masih di lapisan tersebut.
Para petualang di bumi ini sedang berlomba-lomba membuktikan bahwa lapisan itu benar-benar ada dan memiliki cahaya. Para petualang itu merupakan bocah-bocah Jenius yang berasal dari seluruh penjuru bumi. Mereka berjuang sebagai ilmuwan cilik atau mungkin penemu cilik. Bagaimana tidak di usia mereka yang masih belia, masih dibebani hal-hal yang berat seperti itu. Namun bagi mereka hal itu merupakan petualangan yang fantastis dan mengasyikkan.
Mereka terdiri atas tiga tim yang mana tim satu merupakan tim yang akan melakukan peluncuran bersama roket. Sementara itu, dua tim lainnya akan berkutat di meja panas. Tim dua bertugas untuk mengambil data yang tim peluncur kirimkan lalu, mengolahnya. Dan tim terakhir bertugas memantau aktivitas alat yang mereka gunakan di luar angkasa juga alat transportasi mereka yaitu roket.
Sebelum, peluncuran roket dimulai para tim berkumpul, mereka masih membicarakan tentang kesiapan hal yang akan mereka lakukan "peluncuran" beberapa saat lagi.
"Tim satu bagaimana kesiapanmu sebelum peluncuran dilakukan?"
"Tentu saja mengapa tidak? Kami telah mendiskusikan berbagai macam hal yang dimungkinkan akan kami lakukan di luar angkasa sana."
"Baguslah kalau begitu," kata Profesor James. Usai bertanya Profesor James menghampiri tim lainnya.
"Bagaimana dengan kalian?" tanya Profesor James.
"Tentu saja kami sudah siap," jawab mereka serentak.
"Baguslah kalau begitu," ujar profesor James.
Setelah, semuanya aman dan akan berjalan dengan lancar. Profesor James memerintahkan ketiga tim itu untuk mengambil posisinya masing-masing. Tim satu segera memasuki roket sementara tim dua dan tiga menuju tempat operator. Menit berikutnya peluncuran roket dimulai. Salah satu anggota tim tiga menyeru, "Sepuluh detik menjelang peluncuran. Bersiaplah!"
“Baik,” jawab tim satu.
Hitungan mundur dimulai sampai akhirnya roket meluncur. Profesor James menyaksikan keberangkatan itu dengan tenang berharap hasilnya bisa membuat orang lain puas.
Sesampainya tim satu di tempat tujuan, mereka segera keluar dari roket dan dan menelusuri kawasan eksosfer dimana terdapat Geocorona. Dengan menggunakan alat-alat yang canggih tak perlu waktu lama tim satu untuk menyelesaikan tugasnya.
Tomy dan John masing-masing memiliki tugas berbeda. Tomy yang akan mengukur jarak sementara John on mengukur kandungan-kandungan unsur Di lapisan itu. Alat berbentuk pistol itu meluncurkan sebuah peluru dengan kecepatan cahaya. Wow luar biasa bukan alat mereka.
Tim dua langsung menerima data dari peluru tersebut. Mereka tak perlu menghitung karena itu sudah dikerjakan oleh komputer. Jadi mereka selesai dengan kesimpulan panjang eksosfer mencapai 100.000 Km. Lanjut ke alat berikutnya pendeteksi unsur. Dari alat Jhon menunjukkan bahawa terkandung unsur hidrogen terionisasi yang menciptakan Geocorona dengan memantulkan cahaya ultra jauh dari Matahari. Jadi begitulah alurnya.
Tim satu berhasil mendarat ke bumi dengan selamat disambut oleh dua tim lainnya. Profesor James bangga misi terselesaikan dengan cepat.
“Bagus tim,” kata Profesor James sambil mengacungkan ibu jarinya.
Beberapa hari kemudian data yang mereka dapat akan dipublikasikan. Namun, sebelum itu terjadi kejadian yang tak pernah diduga sebelumnya. Profesor James sebagai pemimpin ke tiga tim itu mencuri data mereka. Untung saja ruangan itu dalam mode keamanan. Jadi secara otomatis dia terjebak di dalam.
Mengetahui hal itu, semua tim masuk ke ruangan yang sudah otomatis terlapis besi. Mereka menemukan Profesor James.
“Apa yang Anda lakukan prof?” tanya Tomy.
“Apa itu? Data kami. Anda ingin mencurinya?” serbu Emy.
“Maafkan aku tim. Aku memang tak seharusnya memimpin kalian,” sesal Profesor James.
Tim itu tertawa membuat Profesor James kebingungan.
“Apa yang lucu?” tanya Profesor James.
“Tanpa Anda tak mungkin misi ini selesai. Kami memaafkan,” ujar Tomy.
Hati Profesor James tersentuh mendengar itu. Begitu mudahnya mereka memaafkannya? Profesor James mendekati mereka. Lalu, menyerahkan data itu ke Tomy.
“Ini,” ujar Profesor James sambil mengulurkan data itu.
Tomy tersenyum lalu, menerimanya. Tim hebat bukan?
“Baik semua kita berangkat untuk publikasi!” perintah Tomy.
Profesor James meninggalkan mereka. Dia merasa tak pantas hadir di acara bersama tim kecilnya. Suara itu menghentikan langkahnya, “Ayolah prof!” Dia menoleh ke arah tim yang ia buat sendiri. Dia yang menyatukan mereka. Dengan gagap Profesor James menimpali, “Aku?”
“Tentu,” jawab Roy.
Semua berangkat ke acara itu. Tiba disambut tepuk tangan meriah dari para hadirin. Senyum keingintahuan mereka akan cerita yang kami bawa begitu juga hasilnya. Oh sangat mengesankan bukan?
“Sambutlah para tim Jenius kita dan pemimpinnya Profesor James!” ujar pemandu acara.
Riuh sekali tepuk tangan dari mereka. Menarik perhatian para wartawan untuk merekam. Acara ini juga disiarkan di televisi.
“Bagaimana prof? Apakah Anda bisa menceritakannya?” tanya pemandu acara.
“Oh sepertinya tidak. Biarkan tim kecil ini yang bercerita,” usul profesor.
“Baiklah. Bagaimana tim?”
“Tentu saja melelahkan,” sahut Alex yang membuat anggota tim lainnya menoleh.
“Kau ini bicara apa?” tegur Sony.
“Kenyataan,” jawabnya enteng.
Tawa pun meledak di tempat itu. Benar-benar berbakat melucu. Hahahaha........
“Oke biar aku saja,” kata Tomy.
Dia pun bercerita panjang lebar mengenai misi ini bersama timnya juga Profesor James. Di akhir cerita tak diungkapkan mereka baru saja mengalami pencurian oleh pemimpin mereka sendiri Profesor James.
Acara itu lumayan lama. Berisikan pengetahuan semesta. Misteri bumi kita yang telah terpecahkan. Bumi kita dilindungi selubung udara sehingga kehidupan bisa ada di dalamnya.
Usai acara itu, semua pulang termasuk tamu undangan. Di saat mereka ingin pulang Alex mengusulkan ide briliannya, “Bagaimana jika kita makan dulu?”
“Luar biasa hahaha.....” jawab Sony.
“Iya aku juga lapar,” kata Emy.
“Baik ayo kita makan! Prof, kau ikut ya!” ajak Tomy.
“Jika kalian tidak keberatan,” jawabnya.
“Prof jangan kawatir kami tidak akan cerita soal tadi,” kata Roy menenangkan.
“Kenapa?” tanyanya.
“Karena kita tim,” jawab semua serentak diikuti senyum lebar.
“Kita tim?” tanya profesor ragu.
“Tentu saja. Iya kan teman-teman?” kata Tomy.
“Benar sekali,” jawab mereka berlima serentak.
“Lihatkan prof?” tanya Tomy.
Senyum profesor merekah. Seandainya ini bukan tim kecilnya mungkin dia sudah dijebloskan ke penjara.
“Terima kasih tim,” kata profesor tulus.
“Terima kasih prof,” sambung mereka.
Hahahaha........ tawa semua menjadi satu. Ya tak ada tim yang hebat tanpa pemimpin bukan. Tentunya harus berkualitas baik tim maupun pemimpin.
Mereka menikmati kemenangannya di sebuah rumah makan terkenal. Acara kecil mereka diabadikan dengan berfoto. Cerita indah kali ini, amat berwarna untuk mereka. Selanjutnya, mereka akan tetap jadi tim yang hebat untuk menguak misteri di bumi ini.
“Bumi kita masih dipenuhi misteri,” kata Tomy.
“Tentu saja. Tenang kawan kita punya profesor,” sahut Emy.
“Anda masih mau membantu kami kan prof?” tanya Roy.
“Tentu saja tim hebatku. Aku bangga pada kalian,” katanya.
“Kami juga bangga padamu prof,” kata Alex dengan lantang bak perwira.
Semua tertawa melihat kelakuan Alex yang kadang menggelitik perut. Tak apa suasana mencair seketika kalau dia sudah bertingkah. “Tomy, Jhon, Roy, Sony, Emy, dan Alex adalah generasi penerus. Mungkin penerusku,” batin profesor.
“Ayo kita bersulang dulu tim hebat!” ajak Jhon.
Mereka pun bersulang diiringi tawa kemenangan begitu pun dengan Profesor James. Profesor buka suara, “Tim kita berhasil.” Beliau tersenyum. Semua anggota tim tersenyum penuh arti juga padanya.
=================================
Cerpen pernah disumbangkan dalam pembuatan buku saat pandemi COVID19
-23 Agustus 2020-