Sebuah keluarga kecil pindah dari kota ke desa. Keluarga itu hanya memiliki satu anak yaitu Agatha ia adalah gadis kecil yang sangat manis,dan penurut. Sudah sembilan bulan mereka tinggal disana dengan penuh kebahagiaan dan kegembiraan.
Agatha kecil berjalan dengan tekad nya, indranya hidup mengikuti denyut magis kota yang berhembus di sekelilingnya.Dia berjalan menyusuri danau keindahan danau membuatnya tak ingin pulang. Kota yang indah dengan seribu misteri. “Satu..dua…tiga…” ujar Agatha kecil seraya melempar batu ke danau. Tiba-tiba ada sebuah bayangan sosok wanita dari dalam hutan yang perlahan mendekat Agatha kecil berfikir bahwa itu adalah ibu nya ia cepat-cepat bersembunyi di balik batu besar,ia meringis pelan karena takut ibu nya akan marah melihat dia berada di danau tanpa izin ibunya. Sosok bayangan wanita tadi berhenti berjalan di tepi danau, Agatha yang di penuhi rasa penasaran mengintip dari balik batu ia melihat wanita yang sangat cantik dengan memakai pakaian kebaya Kuno, sosok wanita berkebaya itu yang menyadari dirinya di intip Agatha tersenyum kecil dan melambaikan tangan ke arah Agatha. “Hei cah ayu kemarilah, jangan takut.” Ujar wanita itu, Agatha pun memberanikan dirinya untuk mendekati sang wanita. “Kamu siapa? kenapa pakaianmu seperti itu?” Tanya Agatha kecil yang tak tahu apa-apa, sang wanita hanya tersenyum. “Aku nira, aku sudah disini dari dulu. Aku sering melihatmu berada di danau ini,apa kamu menyukai danau ini?” ucap nya, suaranya terdengar sangat lembut dan setiap yang dia ucapkan membuat Agatha tertarik pada nya. “Aku Agatha,iya aku suka sekali danau ini!” Jawab Agatha dengan penuh semangat.
Nira:“Agatha?kamu mau ikut nira?”
Agatha:“Kemana? Agatha takut di cari ibu, Agatha harus bilang pada ibu dulu.”
Nira:“Nira ingin mengajakmu menyusuri danau kok.”
Agatha:“Hmm, baiklah Agatha mau ikut nira.”
Ibu Ani adalah ibu Agatha ia kebingungan sudah dari siang sampai sore Agatha tak kunjung pulang,Bu Ani yang kebingungan berlari ke arah ladang sambil berteriak memanggil suaminya “Mas,mas Broto!” Pak Broto yang sedang bersama Bu Retno (pemilik ladang) terkejut mendengarkan teriakan Bu Ani segera keluar dari gubuk. “Ono Opo to Buk?” Tanya pak Broto dengan tergesa-gesa. “Agatha ilang mas.” ujar Bu Ani dengan nada ketakutan ,Pak Broto yang terkejut akan berita itu langsung bergegas menuju desa untuk meminta tolong bantuan warga dan segera menelpon anak buah nya. Semua warga cepat-cepat berkumpul dan sigap membantu pak Broto. “Pak Broto,dan Bu Ani maaf tapi,di mana tempat yang di sukai Agatha mungkin dia disana!” Tanya salah satu warga,Bu Ani menjawab bahwa tempat kesukaan Agatha adalah di danau pada akhirnya warga sepakat untuk pergi mencari Agatha di danau. Namun sesampainya para warga di danau mereka sama sekali tak melihat sosok Agatha, warga kembali berpencar Bu Ani yang menangis tersedu-sedu tengah di tenangkan oleh para ibu-ibu desa.
Nira menggendong Agatha menyusuri danau. “Agatha? tadi kamu kenapa sendirian disana?” Tanya Nira. “Tadi Agatha dimarahi ibu karena Agatha gak mau tidur siang,makanya Agatha pergi ke danau sendirian.” Ujar Agatha menjelaskan,Nira tersenyum manis masih sambil menggendong Agatha, Mereka duduk di bawah pohon Beringin menikmati senja dengan bersenda gurau, Agatha yang tiba-tiba teringat ibu nya menangis lama kelamaan, Agatha menjadi mengantuk ia meletakkan dirinya di pangkuan Nira.
“Tak lelo, lelo, lelo ledung
Cep meneng aja pijer nangis
Cah sing ayu rupane
Yen nangis ndak ilang ayune.”
Senandungan Nira membuat Agatha tertidur pulas, dirinya bak dibuai rembulan.
Para warga yang mencari keberadaan Agatha tak kunjung menemukan dimana Agatha berada padahal Agatha sudah mereka lewati berkali-kali ,malam berlalu dengan cepat sudah tengah malam namun Agatha tetap tak ditemukan para warga sepakat untuk mencari Agatha kembali besok, Bu Ani menangis di sepanjang jalan memikirkan nasib anak nya.
Bu Ani:“Mas, gimana ini?”
Pak Broto: “Tenang Bu, Agatha pasti ketemu kok. Besok mas akan pergi kerumah eyang Ginir agar Agatha cepat ditemukan.”
di saat para warga dan orang tua Agatha melewati salah satu pohon besar mereka melihat sekelebat bayangan hitam, terlihat dari bayangan itu seperti seorang wanita,di iringi muncul nya sekelebat bayangan itu tiba-tiba suara benda jatuh terdengar kencang dari bawah pohon para warga,dan orang tua Agatha segera mengalihkan pandangan ke arah bawah pohon itu mereka melihat sosok Pocong berdiri di sebelah pohon itu.Para warga yang melihat itu kocar-kacir berlarian meninggal pohon itu.
Pada tengah malam Agatha terbangun dari tidurnya ia merasa kebingungan dia menatap ke sekeliling ruangan itu, ruangan yang sangat asing untuk nya di sana hanya ada meja,kursi,tong yang sangat besar, tikar yang sedang ia duduki,dan sebuah lubang di dekat meja. Agatha ia benar-benar ketakutan yang ia dengar hanya suara angin yang berhembus kencang dan suara jangkrik yang saling bersahut-sahutan.
“NIRA! NIRA? DIMANA KAMU NIRAA!!” Agatha berteriak memanggil nira sambil menangis ketakutan,di tengah-tengah tangisnya dia mendengar suara wanita menangis tangisannya sangat lirih dan menyayat hati suara itu berasal dari lubang besar disana, Agatha yang penasaran memberanikan dirinya untuk mendekat ke lubang besar itu.Setelah ia berdiri tepat di depan lubang besar itu tiba-tiba ada tangan panjang yang keluar dan perlahan-lahan terlihat sosok yang sangat menyeramkan dengan rambut yang menjuntai ke bawah, hanya memiliki satu bola mata, wajah nya separuh hancur,perut sosok itu mengeluarkan belatung yang sangat banyak,ia menatap tajam Agatha.
Agatha yang ketakutan tak bisa bergerak dan hanya bisa menangis sosok itu yang melihat Agatha yang ketakutan tertawa melengking.“HAHAHA,aduuhh aduhh cah ayu Ojo Wedi, munine gelem Urip Karo aku.” Suara sosok itu tak asing untuk Agatha ia adalah Nira. Nira mulai menghampiri Agatha dengan cakarnya yang tajam, perlahan-lahan Agatha berusaha bergerak hingga akhirnya ia bisa bergerak dan berlari dari rumah itu sosok itu mengejar Agatha, Agatha kecil yang tak lagi kuat untuk berlari terjatuh ia berusaha bersembunyi di balik pohon. Nira mencengkram erat tangan Agatha dan menyeret tubuh kecil nya.“AAAAAA!!! LEPASKAN, LEPASKAN AKU ,AKU TIDAK MAU BERSAMA MU.” teriak Agatha berusaha melepaskan cengkraman itu,Nira yang mendengar perkataan Agatha berteriak dan tiba-tiba berhenti dan mencabik-cabik tubuh mungil Agatha.
Orang tua Agatha dan para warga yang mendengarkan teriakan yang sangat keras dari arah hutan mereka segera berkumpul di dekat danau dengan membawa obor yang dipimpin oleh Eyang Ginir. “Broto,Ani seng ikhlas yo Nang nduk.” Ujar Eyang Ginir, kedua orang tua Agatha hanya bisa bertukar pandang dengan kebingungan. Eyang Ginir mengajak semua nya untuk masuk hutan,baru saja mereka menginjak kan kaki di hutan itu tiba-tiba suara kuntilanak tertawa melengking terdengar jelas. “Gak usah Wedi Karo demit-demit Kuwi, Kabeh berdoa njaluk petunjuk sang maha kuasa!” Ujar eyang Ginir ,para warga yang awalnya ketakutan serentak berdoa bersama-sama. Kemudian kembali melanjutkan perjalanan mereka, setelah berjalan cukup jauh terdengar erangang dan jeritan meminta tolong dari arah salah satu pohon.
“Alhamdulillah, matursuwun Gusti,Ayo rono Agatha pasti neng rono” ujar eyang Ginir, benar suara itu adalah suara Agatha… Bu Ani ibu Agatha pingsan mendengar teriakan itu,para warga dan pak Broto menangis. Separuh warga membantu Bu Ani, dan separuh nya bersama pak Broto dan eyang Ginir pergi ke arah suara itu, tepat di sana mereka melihat sosok wanita itu sedang menarik kaki Agatha, mereka semua melihat yang melihat keadaan Agatha tak memakai pakaian dengan tubuh nya penuh luka cakaran, menangis. “Demit kurang ajar uculke bocah iku.” Ujar eyang Ginir ,pak Broto yang melihat kejadian itu segera menghampiri Nira dengan membawa celurit, Nira yang melihat para warga dan Mbah Ginir segera melepas kan Agatha dan berlari,Pak Broto mengejar nya dan mengayunkan celurit nya ke arah Nira. “IBLIS KURANG AJAR!” teriak pak Broto, Celurit itu mengenai tubuh Nira,pak Broto menghela nafas dan kembali ke arah Nira ia menangis melihat putrinya yang berbaring di tangan dengan berlumuran darah,pak Ginir dan para warga segera membaluti tubuh Agatha dengan kain dan membawa Agatha yang sudah tak sadarkan diri itu ke tepi danau tempat ibu Ani dan separuh warga lainnya berkumpul.Bu Ani yang sudah siuman melihat kondisi putrinya hanya bisa pasrah dan menangis.
“Bu Ani, pak Broto… saya tahu kondisi ini sangat sulit untuk kalian,tapi izinkan saya bertanya, Apa kalian pernah berbuat salah pada Bu Retno…?” Tanya Eyang Ginir. “Kami tidak melakukan apapun pada Bu Retno,saya hanya ingin membeli ladang milik nya tapi Bu Retno terus menolak dan pada akhirnya Saya tidak sengaja mengatakan hal yang kasar pada Bu Retno Eyang. Apa ini ulah Bu Retno Eyang??!” Ujar pak Broto dengan nada marah. Beberapa warga saling kebingungan kemudian Eyang Ginir menggelengkan kepalanya “demit tadi nama nya Nira ia adalah anak Bu Retno yang sudah meninggal saat masih gadis karena dijadikan tumbal suami Bu Retno, ia memang suka berkeliaran di hutan ini, sepuluh tahun yang lalu Nira ia memang suka memangsa anak kecil. Tapi karena Bu Retno Nira sudah tak lagi memangsa anak-anak kecil,tapi orang-orang yang menyakiti Bu Retno pasti akan ia mangsa, pak Broto saya mohon anda meminta maaf kepada Bu Retno agar tidak ada lagi pertumpahan darah…” ujar eyang Ginir,pak Broto hanya bisa menangis dan menatap putri nya, beberapa warga dan Bu Ani segera membawa Agatha kerumah sakit. Pak Broto dan eyang Ginir mendatangi rumah Bu Retno. “Bu Retno, maaf kan saya,jika perkataan saya menyakiti anda.” Ujar pak Broto,Bu Retno yang sudah tua dan tak lagi sehat itu tiba-tiba bersujud di hadapan pak Broto. “saya yang minta maaf, tolong maaf kan anak saya pak Broto.” Ujar Bu Retno pak Broto segera meminta Bu Retno untuk berdiri, tiba-tiba ponsel pak Broto bergetar mengirim pesan ia mendapati istrinya mengatakan bahwa anak nya Agatha telah meninggal dunia. Pak Broto dan Bu Ani hanya bisa pasrah dan ikhlas. Keluarga kecil itu kini sudah hancur, tak lama dari kejadian itu Bu Ani mengakhiri hidupnya sendiri menyusul putri kesayangannya dan pak Broto yang tak sanggup mendapat semua tekanan itu ia akhirnya menderita gangguan jiwa.
-TAMAT-
Mohon maaf bila ada kesalahan dalam penulisan atau alur yang tidak rapi.
-author