Di sebuah desa kecil yang damai di kaki gunung, hiduplah seorang gadis bernama Laras. Laras dikenal sebagai gadis yang cantik, cerdas, dan berbakat. Ia pandai menenun kain tradisional, sebuah keahlian yang diwariskan turun-temurun dari nenek moyangnya. Meski begitu, Laras sering kali merasa kesepian. Orang tuanya telah meninggal dunia saat ia masih kecil, dan ia tinggal bersama neneknya yang sudah tua.
Suatu hari, nenek Laras memanggilnya ke teras rumah. "Laras, nenek punya sesuatu yang ingin dibicarakan," kata neneknya dengan suara lembut.
Laras duduk di samping neneknya, penasaran. "Ada apa, Nek?"
"Nenek sudah tua, Laras. Aku ingin memastikan bahwa kamu akan baik-baik saja setelah aku tiada. Aku sudah berbicara dengan Pak RT tentang perjodohan untukmu."
Laras terkejut. "Perjodohan, Nek? Tapi aku belum siap untuk menikah."
Neneknya menghela napas. "Ini bukan hanya tentang kamu, Laras. Ini tentang melanjutkan tradisi keluarga kita. Kamu adalah satu-satunya keturunan kita yang tersisa. Aku ingin memastikan bahwa warisan kita akan terus hidup."
Laras merasa bingung dan sedih. Ia tidak ingin mengecewakan neneknya, tetapi ia juga tidak ingin menikah dengan seseorang yang tidak ia kenal. Namun, ia tahu bahwa neneknya hanya ingin yang terbaik untuknya.
Beberapa hari kemudian, Pak RT datang ke rumah mereka dengan seorang pemuda bernama Arman. Arman adalah seorang petani muda yang dikenal rajin dan baik hati. Ia tinggal di desa sebelah dan telah kehilangan orang tuanya dalam sebuah kecelakaan beberapa tahun yang lalu.
"Laras, ini Arman," kata Pak RT. "Dia adalah calon yang cocok untukmu."
Laras menatap Arman dengan hati berdebar. Arman tersenyum lembut, dan Laras bisa melihat ketulusan di matanya. Meski begitu, ia masih merasa ragu.
Setelah pertemuan itu, Laras dan Arman mulai saling mengenal. Mereka sering berbicara di tepi sungai, berbagi cerita tentang kehidupan mereka. Laras mulai menyadari bahwa Arman adalah orang yang baik dan penyayang. Ia juga memiliki mimpi untuk mengembangkan pertanian di desanya dan membantu masyarakat sekitar.
Namun, Laras masih merasa ragu. Ia takut bahwa pernikahan ini hanya akan menjadi beban baginya. Ia ingin mengejar mimpinya untuk menjadi penenun terkenal dan memperkenalkan kain tradisional mereka ke dunia.
Suatu malam, Laras berbicara dengan neneknya. "Nek, aku masih tidak yakin tentang perjodohan ini. Aku takut bahwa aku tidak akan bisa menjadi diri sendiri jika aku menikah."
Neneknya mengangguk, memahami perasaan Laras. "Laras, pernikahan bukanlah akhir dari mimpimu. Justru, itu bisa menjadi awal dari perjalanan baru. Arman adalah orang yang baik, dan dia akan mendukungmu dalam segala hal."
Laras merenungkan kata-kata neneknya. Ia menyadari bahwa mungkin neneknya benar. Ia memutuskan untuk memberikan kesempatan pada hubungan ini.
Beberapa bulan kemudian, Laras dan Arman menikah dalam upacara sederhana yang dihadiri oleh seluruh desa. Meski awalnya merasa canggung, Laras mulai merasa nyaman dengan kehidupan barunya. Arman selalu mendukungnya dalam mengejar mimpinya, dan mereka bekerja sama untuk mengembangkan usaha tenun Laras.
Laras akhirnya menyadari bahwa perjodohan ini bukanlah akhir dari kebebasannya, melainkan awal dari sebuah babak baru dalam hidupnya. Ia belajar bahwa cinta bisa tumbuh dari pengertian dan kerja sama, dan bahwa takdir yang dijalin oleh neneknya telah membawanya pada kebahagiaan yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.
---