Karena bersitegang dengan Patih-nya yakni Mas Wila yang tak lain adalah adiknya sendiri, Pangeran Tawangalun kemudian mengalah dan bertapa di Pangabekten, kaki Gunung Bayu (Gunung Raung). dimana dia kemudian bertemu seekor Harimau putih yang menunjukkannya tempat untuk membangun pusat pemerintahan yang baru di Alas Sudimara (kini daerah Macanputih, Kabat, Banyuwangi). Di lokasi tersebut dia membangun Kota Macanputih selama lima tahun sepuluh bulan.
Pada tahun 1659, adiknya yang waktu itu menjadi raja Kedawung, Mas Wilabrata, menyerang Macanputih namun dapat dipukul mundur dengan kemenangan di pihak Macanputih. Sejak itu Kedawung dan Macanputih disatukan kembali dan Ibukota Kerajaan Blambangan dipindahkan dari Kedhawung ke Macanputih. Prabu Tawangalun II berkuasa kembali sebagai raja Blambangan antara tahun 1655-1691.
Gunung Bayu, tempat terjadinya pertarungan seru antara dua saudara itu. Dimana pada Lokasi tersebut didapati makam tiga buah. Gunung Bayu ini rupanya gunung yang ada di desa Bayu. Suatu pegunungan. Yang jalannya sulit dan hutan belantara. Bahkan mungkin jaman dulu menuju ke arah tempat itu mesti melewati sungai. Yang kala banjir, sangat berbahaya. Di mana kuda saja bisa terseret hingga mati.
Gunung Bayu ini lebih terkenal sebagai Bujuk, yang artinya buyut. Tiga makam itu di anggap Buyut oleh warga sekitar. Karena kunonya pekuburan itu. Yang hanya di tandai dengan bunga kamboja. Dan selalu bersih di rawat oleh para warga. Walau tentunya tidak jelas garis keturunannya atau bukan. Tapi karena popular, maka di jaga dan di tandai. Walau kalau menurut keluarga pemenang, dia di tandai sebagai pemberontak.
Makanya kisahnya kurang popular. Sehingga para warga yang mendiami sekitar daerah itu untuk mengelola Perkebunan, Cuma berani membersihkan serta tak mau mengisahkan cerita sebenarnya. Sehingga generasi selanjutnya malahan tidak pernah tahu kisah sebenarnya. Sehingga hanya terkenal sebagai makam bujuk, atau buyut, sebagai leluhur desa.
Menurut tokoh setempat di jelaskan kalau makam itu makam dari Wilabrata, dan Patih Gringsing. Serta makam ketiga adalah pusakanya.
Sementara menurut kisah lain, di dapati bahwa pertarungan antara saudara yakni Tawang Alun dengan Wilabrata. Wilabrata di bantu Tunjung Sekar dan Wila Taruna.
Nampaknya ini yang tepat. Sehingga terdapat tiga makam. Juga lokasi makam Patih Gringsing di temukan di Lokasi lain, Congking, Bwi.
Tiga makam itu terkenal angker. Tidak mau di buatkan atap. Kalau di pasang genting dan di buatkan cungkup, maka esoknya sudah berantakan lagi.
Memang aneh. Namun seperti kebiasaan makam tokoh yang kalah perang, maka kondisinya memprihatinkan. Makam Haryo Penangsang juga terbengkalai. Karena dia kalah saat melawan Hadi Wijoyo, raja Pajang. Dan akhirnya terbunuh oleh Danang Sutowijoyo di Bengawan Sore. Juga makam syeh jangkung yang pernah kalah saat melawan musuhnya. Makanya makamnya juga sederhana, dan hanya terbuat dari klaras, daun pisang kering. Namun karena dia sakti dan berhasil membuat banyak kelebihan, antara lain melawan Ondo Rante, lalu berguru pada sunan kudus, membuat Namanya sangat popular. Bahkan kuburannya juga lebih dari satu. Hanya saja yang di Jawa Tengah makamnya bagus. Sementara yang di kemiren sederhana. Tapi penyebar yang hebat. Serta banyak menciptakan kesenian. Untuk itulah warga menghormati dan mengelola makamnya dengan baik. Walau demikian, karena kisahnya berjauhan, bisa jadi ini dua tokoh yang berbeda. Dan punya keistimewaan yang berlainan pula. Hanya saja di ujung timur itu, memang banyak yang mirip. Ada nama Nilam Narendra dengan Nilam Sari yang Pasunda. Lalu ki ageng mangir Wonoboyo yang juga ada di situ. Walau Wonoboyo sendiri di jogja juga lebih dari satu tokoh. Sebab itu merupakan nama gelar.
Dengan kondisi yang sangat sulit itu, nampaknya Tawang Alun dalam melawan serbuan Kedawung menggunakan taktik gerilya. Mengingat kepindahan dia hanya dengan 40 pengikut. Walau banyak yang akhirnya ikut ke Bayu, tapi rupanya jumlahnya masih belum seimbang. Sehingga perlawanan di atas gunung itu yang membuat Tawang Alum menguasai medan. Apalagi di bukit itu terdapat goa yang tembus hingga ke balik bukit. Serta tanah yang meninggi, menjadikan pasukan lawan merasa kelelahan, sehingga tiga pimpinan yang Tengah mengejar tadi rupanya tak cukup tenaga untuk melawan Tawang Alun dan pengikutnya. Hal ini mengingat betawa Wilabrata sebelumnya sangat Tangguh dan berhasil membuat Tawang Alun tersingkir dari Kedawung. Walau banyak kisah menyebut kalau dia sengaja mengalah pada sang patih, yakni adiknya sendiri. Namun jika melihat banyak kenyataan jika tak mudah menyerahkan tahta, dan adanya banyak pengikut yang setia padanya dengan jumlah sedemikian saja, nampaknya hal ini juga akibat kalah pengaruh di saat itu. Sampai akhirnya dia berhasil Menyusun kekuatan di bayu dengan banyak peninggalan yang dia wariskan. Juga di Gombolirang serta Macan putih banyak di temukan tinggalannya.
Macan putih, merupakan nama suatu daerah. Dimana pada lokasi itu dahulu tempat di mana Tawang Alun berjumpa dan di bantu seekor harimau putih untuk menaikinya dan menunjukkan Lokasi terbaik untuk mendirikan keraton nya. Di mana kemudian si harimau putih tadi moksa. Dan di lokasi itu di beri tanda satu titik sebagai tetenger supaya tidak hilang oleh zaman.
Daftar Pustaka:
• I Made Sudjana, Nagari tawon madu: sejarah politik Blambangan abad XVIII blambangan&hl=id&source=gbs similarbooks, Larasan-Sejarah, 2001, ISBN 978-979-96250-0-7
• M. Hidayat Aji Ramawidi, Dari Balambangan Menjadi Banyuwangi, 2022, ISBN 978-623-978-422-5
• Purwasastra, Babad Wilis,Wilis.html?id=3LotAAAAMAAJ&redir esc=y Naskah dan Dokumen Nusantara: Textes et Documents Nousantariens, I.pp. lxxxviii, 393, 9 pl., map. Jakarta, Bandung, Lembaga Penelitian Prancis untuk Timur Jauh: École Française d'Extrême-Orient, 1980.
• Samsubur, Sejarah Kerajaan Blambangan, 2011, ISBN 979-722-356-6
• Sri Margana, Java's last Frontier, Universiteit Leiden
• Winarsih Arifin, Babad Sembar: chroniques de l'est javanais, Presses de l'École française d'Extrême-Orient, 1995, ISBN 978-2-85539-777-1
• Winarsih Arifin, Babad Blambangan, 1995, ISBN 979-8793-11-1
• https://balambangan.id/prabu-tawangalun/ (Prabu Tawangalun)
• https://balambangan.id/mengenal-kerajaan-blambangan/ (Mengenal Kerajaan Blambangan)
• ^ Rahmawanto, Dwi; Pudjiastuti, Titik; Buduroh, Mamlahatun; Setyani, Turita Indah; Raharjo, Rias Antho Rahmi; Mu’jizah, Mu’jizah; Suwargono, Eko (2024-07-01). "Representasi Konflik Masyarakat Jawa Bagian Timur dalam Babad Blambangan". JENTERA: Jurnal Kajian Sastra. 13 (1): 26–42. doi:10.26499/jentera.v13i1.7283. ISSN 2579-8138.
• https://www.youtube.com/watch?v=JeRR2INARBY
• https://www.youtube.com/watch?v=O4XXpZLMb84
• https://www.youtube.com/watch?v=Z18bhQcg6PQ
• https://www.youtube.com/watch?v=dSM8vDgIyr0
• https://www.google.com/search?q=patih+gringsing+banyuwangi&oq=patih+gringsing&gs_lcrp=EgZjaHJvbWUqCQgBEAAYExiABDILCAAQRRgTGDkYgAQyCQgBEAAYExiABDIKCAIQABgTGBYYHjIKCAMQABgTGBYYHjINCAQQABiGAxiABBiKBTINCAUQABiGAxiABBiKBTIKCAYQABiABBiiBDIKCAcQABiABBiiBDIKCAgQABiABBiiBNIBCDk2NDZqMGo3qAIAsAIA&sourceid=chrome&ie=UTF-8#fpstate=ive&vld=cid:3289a206,vid:5vv1KTIfkT0,st:0