Doa Seorang Anak
Karya: M. Sarra' Sarri'
Malam itu sunyi. Hanya suara detak jam dan hembusan angin yang menemani Rania di kamar ibunya. Ia duduk di samping ranjang, menggenggam tangan ibunya yang terasa semakin lemah. Matanya basah, tapi ia tetap tersenyum.
"Ibu, besok kita jalan-jalan ke taman lagi, ya?" suaranya lirih, berusaha menyembunyikan kekhawatiran.
Ibunya tersenyum lemah. "InsyaAllah, Nak..."
Namun Rania tahu, sejak penyakit itu datang, ibunya tak lagi sekuat dulu. Setiap hari tubuhnya semakin lemah, nafasnya tersengal, dan tidur pun sering gelisah.
Malam itu, setelah memastikan ibunya tertidur, Rania beranjak ke musala kecil di sudut kamar. Ia menggelar sajadah, menutup mata, dan mulai berdoa.
"Ya Allah, sembuhkan ibuku. Aku tidak tahu harus bagaimana tanpanya. Aku ingin terus melihat senyumnya, mendengar suaranya. Jika ini ujian untuk kami, berilah aku kekuatan, tapi jangan biarkan ibuku terus menanggung sakit ini."
Air matanya jatuh, membasahi sajadah. Ia tahu, tak ada yang bisa menjamin keajaiban, tapi ia percaya bahwa doa seorang anak adalah doa yang mustajab.
Ketika ia kembali ke sisi ibunya, seolah ada ketenangan yang menyelimuti ruangan itu. Rania menggenggam tangan ibunya lebih erat, meyakinkan dirinya bahwa selama masih ada doa, harapan akan selalu ada.