Elma seorang siswi SMA Nusa Bangsa 301 dikota metropolitan, jakarta. Elma gadis indigo yang terlahir memiliki kelebihan yang tidak dimiliki orang lain, sejak kecil ia bisa melihat sosok tak kasat mata dan sering kali ia sakit-sakitan karena kelebihan yang menganggu nya.
Setelah ia menginjak remaja Elma mulai terbiasa dengan kondisi nya yang diberikan kelebihan oleh Tuhan dan menganggap nya sebagai anugerah meskipun jauh didalam hatinya ia masih sering dibuat sport jantung dengan penampakan yang jauh lebih menyeramkan.
Suatu ketika setelah ia menjadi siswa baru di sekolah Nusa Bangsa 301. Ia dikejutkan dengan sosok-sosok penunggu disana bahkan nyaris ia memutuskan untuk mengurungkan niatnya untuk menuntut ilmu disana.
Tempat itu diberitakan sekolah yang baru dibangun oleh seseorang pengusaha setelah lama lahan itu lama tak berpenghuni.
Selama ini ia seringkali dijauhi oleh-oleh teman-temannya dan mereka menganggap jika Elma sudah gila dan sebagainya hanya karena seringkali berbicara sendiri di depan teman-temannya.
Dan kali ini kejadian yang sama terulang lagi Elma tidak mendapat teman di sekolah barunya karena sikapnya yang aneh namun dia tidak terlalu kesepian karena ada sesosok mahluk halus yang sering menemani nya dan berteman baik dengan nya.
"Belajar terus, El. Sekali-kali ikut Miss Queen ngintip di ruang olahraga.hihihi"ucap hantu kuntilanak seraya tertawa dibelakang Elma lalu melayang-layang ke sana kemari tidak mau diam.
Kedua matanya memutar malas. "Kebiasaan deh kamu, jangan ngintipin orang ah, ntar otak kamu makin konslet" sahut Elma beranjak dari bangku nya dan melangkah pergi menuju perpustakaan.
Una melayang mengikuti langkah Elma sedangkan teman-teman Elma sama sekali tidak ada dari mereka yang menyadari keberadaan Una.
Una, ya itulah nama panggilan Elma untuk kuntilanak yang selalu mengikuti nya.
"Elma, kamu membosankan. Kerjaan kamu hanya baca buku terus, Una mau ke ruangan olahraga aja ah, ngintipin cowok-cowok ganteng disana" ucapnya seketika melayang begitu saja seperti asap.
"Una ..."panggil Elma. "Kebiasaan banget tuh kuntilanak!"umpat nya.
Elma pun pergi seorang diri menuju perpustakaan dan meminjam satu buku yang menurut nya sangat menarik. Gadis itu membaca dengan begitu serius bahkan ia sama sekali tidak menyadari jika seseorang tengah memperhatikan nya.
Sshuuuuttt... Angin berhembus kencang bulu kuduk nya merinding seketika. Elma sendiri diam dan menghentikan aktivitas nya ia sudah tahu siapa yang kini tengah berdiri dibelakang nya.
Ia menengok pelan dan perlahan-lahan nafasnya naik turun terasa sesak dan bergemetar.
Benar saja sesosok pocong muncul dibelakang nya menatapnya dengan tajam. Kedua matanya merah menyala dan memiliki wajah yang rusak dan mengeluarkan aroma amis.
"Una!" Jeritnya didalam hati memanggil Una. Elma gemetaran tidak bisa menyembunyikan perasaan takut jikalau sudah berhadapan dengan sesosok mahluk yang selalu membuatnya ketakutan.
Tiba-tiba sosok itu hilang dengan sendirinya dan berlalu begitu saja. Elma kini bisa bernafas lega dan menyelaraskan posisi nya hingga mengatur pernafasan nya yang nyaris membunuh nya.
"Ada apa nih panggil Una?" Una datang setelah sosok penampakan pocong itu hilang.
"Kamu dari mana sih, Un?"ucapnya tersengal-sengal.
"Hihihi... Una udah nyuri kolor temen nya Elma.. hihihi " tawanya cekikikan.
Jelas gadis itu terkejut melihat benda yang tengah dilempar oleh Una dari tangan yang satu hingga ketangan satunya. "Una! Jahil banget sih.. balikin gak!"
"Nggak ah!"tolak Una.
Elma memijat kepalanya perlahan melihat sikap Una yang selalu melakukan kejahilan nya disetiap saat.
"Itu punya orang loh, Una." Lirih nya Elma.
"Habis tadi cowok itu bilang kalau dia mau macem-macem sama kamu. Yaudah aku ambil aja kolornya. Tahu gak dia tuh siswa kelas sebelah kapten tim basket sekolah ini badannya aja gede eh .. dalam segede anak tikus"cerocos Una dengan gaya nya ala emak komplek.
Elma mengeryit heran. Entah kenapa dia bisa ketemu kuntilanak semesum dia kerjaan nya hanya mantau anak laki-laki di sekolahnya hingga selalu berbuat jahil kepada mereka.
"Aku rasa, aku gak perlu denger hal itu deh. Dah ah balikin"
Bel sekolah berbunyi pelajaran berikutnya akan segera dimulai. Elma yang selalu menjadi pusat perhatian teman-temannya karena keanehan nya namun lain dimata guru-gurunya yang selalu puas dengan hasil belajar Elma semakin hari ia selalu memberikan kejutan dengan kepintarannya yang semakin meningkat.
Una yang tidak pernah bisa diam ia kembali menghilang dari tempat nya dalam sekejap mata. Untuk sementara ia tidak memperdulikan nya saat ini, Elma kembali fokus belajar dan memperhatikan guru didepannya yang tengah menerangkan pelajaran.
Sementara Una si kuntilanak pecicilan itu ia pergi ke kelas sebelah dimana sang pemilik kolor bergambar Upin Ipin tengah kelimpungan mencari kolornya yang diambil Una. "Hihihi.. belalainya kedinginan ya!" Ucap Una tertawa cekikikan.
"Makanya rasain so, so-an mau macem-macem sama temen Una, langkahin dulu dong mayat Una. Eh ... "Terdiam berpikir sejenak.
Hari sudah malam Una dan Elma kini berada di sebuah kontrakan kecil dimana Elma tinggal saat ini. Ia sudah lama hidup mandiri tanpa ibu dan ayahnya yang bekerja diluar pulau dan ia pun terpaksa harus tinggal sendirian tanpa kedua orang tuanya.
Elma berniat untuk makan malam namun ia lupa jika hari ini ia tidak berbelanja untuk stok sehingga ia harus pergi malam ini juga membeli beberapa keperluan dikontrakkan atau jika tidak maka ia harus tidur dalam keadaan kelaparan.
"Elma, kenapa sih kamu betah banget dirumah itu. Una kan takut lama-lama dikontrakkan kamu"lirih Una.
"Masa setan takut setan sih" canda Elma tertawa kecil.
"Ih .. Elma Una kan beda Una kuntilanak cantik dan baik gak pernah nyakitin orang. Dikontrakkan itu ada demit yang bikin Una gak betah"Ucapnya.
Elma geleng-geleng kepala nya mendengar ocehan Una. "Una.. Una.. bukanya kamu ya demitnya" Sahutnya dengan nada bercanda.
"Ah kamu .. Una kan bukan demit Una itu kuntilanak cantik" tidak mau kalah.
"Iya deh cantik. Tapi kalau dilihat dari puncak Krakatau pake sedotan hahaha"Elma tertawa terbahak bahak.
Una mengerucut kan bibirnya mendengar ejekan Elma terhadap nya. Seketika melihat Una cemberut Elma segera menghentikan tawanya dan meminta maaf. "Maaf deh, canda."
Una merajuk tidak sedikitpun menghiraukan ucapan maaf dari Elma ia masih memuyungkan bibirnya dan melipat kedua tangannya didada menghindari tatapan Elma. "Una .. udah ah Una marah gak usah jadi deh beli minyak melati nya"bujuk Elma sengaja menggoda Una.
Ia tahu Una takkan bisa menolak minyak melati kesukaan nya.
"Minyak melati?"kegirangan.
Elma mengangguk.
"Mauuu" seru Una langsung berbinar seketika mendengar minyak Melati kesukaan nya.
Elma menggeleng-gelengkan kepalanya dan menatap wajah Una "dasar kuntilanak nyebelin" ejeknya Elma.
Una tersenyum-senyum setelah mendengar kata minyak melati kesukaan nya. Bukannya takut Elma tersenyum sembari menepuk jidatnya melihat sang kuntilanak kegirangan Menunjukkan barisan giginya yang hitam dengan wajahnya yang pucat pasak matanya yang berwarna kemerahan juga rambut panjang yang menjuntai nyaris menyentuh tanah.
Setelah berbelanja kebutuhan mereka pun kembali menuju kontrakan dan segera makan malam.
Sedangkan Una menikmati minyak melati nya diatas genteng tepat di atas kontrakan Elma.
Setelah sama-sama kenyang, Elma mengerjakan sholat isya terlebih dulu sebelum ia tidur ditemani Una yang senantiasa menjaga nya agar tidak diganggu oleh mahluk astral lainnya.
Meskipun Una seorang kuntilanak namun dia tidak sedikitpun memiliki niat buruk pada manusia bahkan ia sering kali mengingat kan Elma untuk beribadah ketika ia lupa melaksanakan nya.
Keesokan nya Elma sudah bersiap untuk pergi sekolah, entah kemana Una pergi sejak subuh tadi Elma tidak bisa menemukan kuntilanak itu seperti tidak biasanya.
Sesampainya disekolah Elma melihat Una termurung sendirian di bangkunya dengan memasang wajah cemberut nya yang disesap dilihat.
"Pantesan dicariin dari tadi gak ada rupanya disini Miss Queen mesum" ucap Elma seraya nada mengejek.
"Mulai deh si Elma.."ejek Amel melihat Elma mulai berbicara sendiri. Amel salah satu siswa perempuan yang tidak menyukai Elma dikarenakan ia selalu menjadi Siswa terbaik dan mencuri peringkat pertama yang ia gelar selama kelas satu hingga beralih menjadi peringkat kedua setelah Elma.
"Heh .. orang aneh mending Lo ajak deh temen hantu lo diluar jangan bikin kita risih dengan kebiasaan Lo yang agak gila."celetuk nya Amel dan temen-temennya.
Melihat sikap Amel membuat Una geregetan mulut nya bener-bener pedas kalau bicara apalagi sama Elma.
"Nyebelin banget sih tuh anak Una kasih pelajaran ya?" Ucapnya Una.
"Jangan ah! Udah biarin aja, awas ya jangan bertindak yang enggak-enggak jangan buat Masalah" larang Elma mewanti-wanti Una agar tidak bertindak sesuka hatinya.
Jam pertama sudah mulai Amel terlihat begitu kesal Elma tidak sama sekali terpancing dengan ocehannya. Ia malah asyik membolak-balik halaman buku dimejanya tanpa memperdulikan Amel dan teman-temannya yang tengah menatapnya tidak suka.
Ibu guru pun kini sudah datang dan masuk kedalam ruangan bersama seorang siswa laki-laki yang kemungkinan pindahan dari sekolah lain.
"Pagi anak-anak.."ucap Bu Sugeng guru IPS kelas 2E.
"Pagi Bu.."sahut seluruh siswa.
"Sebelum memulai pelajaran ibu mau memperkenalkan Siswa baru dia pindahan dari Medan, silahkan perkenalkan nama kamu"kata Bu Sugeng.
Para siswa perempuan tertuju pada pria itu ia terlihat sangat tampan memiliki kulit putih.
"Hai .. gue Gilang Pradana."
"Gilang, silahkan kamu duduk di bangku kamu."titah Bu Sugeng memintanya untuk segera duduk dan memulai pelajaran.
Una mengeryit ia melihat sekeliling nya tidak ada bangku kosong dan berpikir guru Elma tidak waras meminta anak muridnya duduk di bangkunya yang jelas-jelas sudah penuh semua.
Gilang berjalan menuju Una berada tepat disamping Elma dan meminta izin untuk duduk disampingnya. "Hai boleh gue duduk disini?" Tanya Gilang.
Elma celingukan ia bingung sedangkan disampingnya kini Una tengah duduk manis tidak mau pergi. "Ini kan bangku Una. Una juga mau belajar disini kamu aja yang pergi" ucap Una pada Gilang namun Gilang tidak mengetahui keberadaan nya dan gegas duduk tanpa menunggu jawaban Elma.
"Gilang" memberi jabatan tangannya.
"Elma" ketus. Gadis itu tidak membalas jabatan tangan dari Gilang ia kembali fokus belajar.
Sementara Una tengah bertolak pinggang didepan Gilang dan meledek Gilang didepannya menjulurkan lidahnya, dan berusaha membuat gerakan konyol karena kesal pria itu sudah mengambil bangkunya.
"Heh .. awas ya Una bikin pelajaran sama kamu. Beraninya duduk dibangku Una"
Dengan sengaja Una menjatuhkan buku Gilang, pria itu mengeryit heran. Lalu kemudian Una mengambil pena Gilang dan mengaturnya kebelakang.
"Una !!" Elma melotot.
"Habis dia reseh." Sahutnya Merengek.
"Kok bisa melempar sendiri sih" Gilang bertanya-tanya merasa aneh.
Hendak ia menulis Una menariknya dan membuat tulisan Gilang berantakan.
"Una!! Kebiasaan deh" ucapnya didalam hati.
"Iya Una berhenti. Yaudah Una mau maen keluar males Elma lebih milih Gilang daripada Una" ucapnya Una merajuk ia pergi melayang sebelum itu ia menarik buku Gilang dan menjatuhkan nya ke atas kepala Bu Sugeng membuat Elma geram dibuatnya. "Unaaaa ..." Menepuk jidatnya.
"Buku milik siapa ini?" Tanya bidan Sugeng.
Gilang mangangkat satu tangannya "S..saya Bu"
"Ini peringatan pertama untuk kamu Gilang. Ibu berharap banyak dari kamu agar menjaga sikap di sekolah ini"tegas Bu Sugeng memperingati Gilang di hari pertamanya gara-gara Una.
Gilang mengangguk pelan ia pun mengambil kembali buku yang dilemparkan Una terhadap gurunya.
Pelajaran kembali berlangsung dengan tenang tanpa kebisingan. Hingga jam pelajaran pertama selesai.
Elma berniat untuk pergi ke kantin namun Gilang yang masih belum juga selesai menulis membuatnya sulit untuk lewat.
"Lo mau ke kantin?" Tanya Gilang.
Elma Mengangguk.
"Boleh gue gabung?" Pintanya Gilang berharap Elma mau mengajak nya.
"Tinggal ikut aja." Singkat.
Elma segera beranjak dan melewati Gilang begitu saja disamping nya "Sorry!" Ucap Elma.
Gilang melotot melihat bagian bamper nya lewat begitu saja didepan matanya membuat ia berpikir yang tidak-tidak.
Plak!
"Aduh!"
Una memukul kepala Gilang sekeras mungkin setelah Elma pergi keluar kelas. "Una tahu kamu bisa lihat Una, jangan berpikir yang enggak-enggak sama Elma, paham!"
"Sakit tahu dasar kuntilanak jelek!" Umpat nya Gilang.
"Tuh kan bener kamu bisa lihat Una!" Terbelalak.
"Lihat sih engga tapi gue cuma bisa ngerasain aja kehadiran sosok mahluk yang gak beraturan kayak Lo"ucapnya Gilang masih merasakan sakit dibagian kepalanya yang kena timpuk Una menggunakan penggaris.
Puk!
Satu pukulan mendarat tepat diatas kepalanya. "Sembarangan! Una Miss Queen disekolah ini tahu. Enya aja di bilang gak beraturan"
"Hah! Miss Queen? Masa Miss Queen jelek amat!"
"Sembarangan!" Una menatap tajam dan tidak sengaja menerbangkan Gilang hingga mencapai langit-langit ruangan kelas.
Kebetulan kelas sudah sepi Mereka pergi keluar melakukan aktivitas nya masing-masing.
Elma yang tidak menemukan Una dimana-mana akhirnya memutuskan untuk kembali kekelas dan mengurung kan niatnya untuk makan ke kantin.
Elma terkejut melihat Gilang di jahili Una di sana pria itu dibuat terbang oleh Una secepat mungkin Elma menutup pintu kelas dan menghentikan tindakan Una yang sudah keterlaluan.
"Unaa!!"
"Elma tolong gue, peliharaan Lo ngamuk!" Ucap Gilang menunjuk pada Una yang terus bertolak pinggang kesal dengan celotehan Gilang.
"Kamu bisa lihat Una!" Tercengang.
"Iya .. gue bisa lihat kuntilanak peliharaan Lo. Cepet suruh dia berhenti!'
"Una turunin Gilang, gimana kalau ada anak-anak lain lihat" pinta Elma yang segera menghentikan Una saat itu juga.
Gilang pun di turun kan oleh Una hingga jatuh dengan sengaja."Aduhh!! Kuntilanak kagak ada ahlak" umpat Gilang Gadis itu membantunya berdiri ia terlihat begitu semrawut setelah kena depak Una.
"Suruh siapa coba"ejek Una tidak mau kalah.
Gilang tergopoh-gopoh merasakan tubuhnya remuk dijatuhkan Una. Namun ia mengulum senyum tipis karena Elma mau membantu nya dan kesempatan bagi Gilang dekat dengan Elma.
Tatap Gilang setelah dibantu Elma memapahnya keruang UKS sekolah. Banyak pasang mata menatap mereka dihari pertama pria itu masuk sekolah ia sudah bisa sedekat itu dengan Elma seketika menimbulkan perasaan iri terhadap Amel.
"Dari Deket Elma ternyata cantik banget ya. Hanya saja kenapa harus pelihara kuntilanak jelek ini sih mas iya cantik-cantik ko pelihara nya kuntilanak, mana jelek, nyebelin, serem lagi!"ucapnya didalam hati.
Plak!
"Auwwww ... Sakit tahu!"
Ketukan kerasa diatas kepala Gilang dengan menggunakan kotak obat. "Heh! Una bisa denger tahu!!!"
"Dasar setan reseh!" Ejeknya.
Elma memijat kepalanya yang perlahan-lahan pening melihat mereka terus bergaduh rupanya Una dan Gilang cepat dekat meskipun tidak akan cepat akur.
Tangan Gilang terkilir sedikit dan ia pun harus kesulitan untuk menulis dikarenakan ulah Una hingga membuat tangan dan kaki Gilang mengalami keseleo.
"Mau kerumah sakit?" Tanya Elma.
Menggeleng "Gak ah"
"Yaudah ntar aku anter aja ke rumah kamu, jauh gak?"tanya lagi Elma.
Gilang menatap penuh arti "Kepo ya? Mau pdkt nih ceritanya?!" Goda Gilang.
Elma memegang tangan Gilang yang sakit dan mencengkram nya dengan kuat membuat pria itu merintih kesakitan. "Aaa... Iya iya .. becanda"
"Gak lucu! Kalau Una ngapa-ngapain kamu lagi aku gak akan nolong"cetus Elma pergi dari UKS dan meninggalkan Gilang sendirian di sana untuk beristirahat dan tidak melakukan kegiatan belajar terlebih dulu.
"Galak amat!"
Una diperintahkan untuk menunggu di UKS sebelum jam sekolah berakhir. Elma berniat untuk membawanya ke rumah sakit agar ia dirawat lebih intensif meskipun tidak mengakibatkan cedera patah tulang tapi ia khawatir jika perbuatan Una mencederai tubuhnya bagian dalam.
"Cieee ... Yang lagi deketin murid baru nih" nada mengejek dari Amel dan teman-temannya.
"Gak tahu diri banget sih, Lo mau anak orang jadi sama-sama gila kayak Lo!" Ucap Yunda teman Amel berambut pendek.
Elma males untuk meladeni mereka ia melengos begitu saja dan pergi melewati nya. Amel merasa tidak dihargai sama sekali mereka menarik Elma dan menyeretnya ke ruang kelas olahraga untuk menindas nya.
"Amel! Lepas!"
"Leadis.." titah Amel.
Amel, Yunda dan Fani mengambil sebuah tong sampah dan menaburkan nya ke seluruh pakaian Elma. "Jangan Mel, jangan!!"
"Biar Lo makin wangi oke"ucap Yunda seraya mengoles kan pembalut bekas anak-anak lain yang tengah berhalangan hingga pakaian Elma kotor dan berbau amis.
"Iuuuuhhhhh.... Yuk guys."ajak Amel kepada teman-temannya dan pergi meninggalkan Elma seorang diri disana. Ia menangis selalu saja menjadi bahan bully Amel dan teman-temannya padahal ia tidak pernah menyakiti mereka namun mereka selalu saja membuat nya menderita.
Elma segera mengemasi sampah-sampah itu dan membersihkan pakaiannya sebelum guru masuk kelas.
Dipojokan ruang ganti olahraga seseorang memperhatikan nya, Elma sudah menduga aroma yang terdapat ditubuh nya akan mengundang perhatian beberapa mahluk halus.
Elma tidak bisa lari lagi kali ini mahluk itu sudah berdiri didepannya dengan menatap tajam kearah Elma.
Sesosok kuntilanak yang selalu tertarik pada aroma amis apalagi darah haid yang kebanyakan siswa perempuan membuangnya sembarangan tanpa membersihkan nya terlebih dahulu sehingga mengundang banyak aroma yang membuat mereka semakin menyukai nya.
"Pergi!" Elma menutup matanya wajah kuntilanak hitam itu begitu menyeramkan banyak darah yang keluar dari wajahnya yang rusak juga belatung sehingga membuat Elma ketakutan.
"Pergi! Pergi! Jangan mendekat! Pergi sana!" Bentak Elma histeris mahluk itu semakin mendekati nya saat ini.
Tiba-tiba saja sosok itu tidak lagi bersuara maupun mendekati nya ia pergi dan menghilang. "Elma!" Panggil Gilang.
"Gak lepas! Pergi!" Ucap Elma masih menutup matanya.
"Elma! Ini aku buka mata kamu" ucap lagi Gilang meminta elma membuka kedua matanya.
"Gilang!"
"Pasti nenek sihir itu ya yang jailin kamu kayak gini"kata Una yang sudah menduganya.
Elma bergeming tubuhnya masih bergemetar hebat ras takut yang ia alami barusan cukup membuatnya syok.
"Pake jaket ku" memberikan jaket miliknya dan membaluti nya.
Una pergi secepat angin berhembus. Ia melihat Amel tertawa terbahak-bahak begitu puas sudah mengerjai Elma di ruang ganti olahraga.
Una pun membalas nya dengan melakukan hal yang sama. Una mengambil tong sampah yang sama berisikan beberapa sisa pembalutnya dan makanan basah yang sudah beraroma sangat menyengat dan menumpahkan nya tepat diatas kepala Amel, Yunda dan Fani.
"Aaaaaaaaaa..... Apa-apaan ini! Siapa yang ngelakuin ini sama gue, kurang ajar!"mengumpat.
"Rasain emang enak! Hihihi " Ucap Una cekikikan.