BRAK!~
Neoni menatap tajam seorang pria yang menatapnya dengan tatapan yang menusuk.
"Sudah ayah katakan berapa kali, neoni, Kemampuan mu sudah sangat bagus dan kamu harus lebih fokus pada tujuanmu"
Pria yang bisa disebut ayahnya, tersenyum puas seakan bangga memiliki anak seperti dirinya yang sangat mematuhi apa yang di perintahkan nya.
Pria itu menunjukkan sebuah tongkat panjang pada foto yang tertera di sebuah papan.
"Dia adalah target mulai, seperti yang sudah kuajarkan sejak usiamu kecil, seumur hidupmu akan dipertaruhkan untuk membunuhnya, apa kau mengerti, neoni? "
Gadis itu menggeram sebelum menatap tegas.
"Saya mengerti, ayah"
Satu bulan terlalu sejak hari itu.
Ketika neoni dalam perjalanan menuju tempat sesi pelatihannya, tiba tiba sebuah mobil hitam meluncur dihadapannya. Dua orang pria bertopeng mencengkram erat dari kedua sisi.
"Ugh!"
Neoni dengan cekatan segera menepis tangan mereka, dengan keras menunjukkan tepat di perut mereka berdua.
Dengan tatapannya yang tajam, neoni menepuk-nepuk tangannya menyingkirkan debu yang sedikit menempel.
"Siapa kalian?"
Tanya neoni dengan wajah datar, keduanya hanya terdiam sebelum salah satu dari mereka berbicara dengan nada mengejek.
"Kau sangat kurang ajar,ya"
Neoni terkekeh mendengar jawaban kedua orang misterius itu.
"Kalian yang kurang ajar,menyentuh wanita sembarangan"
Salah satu dari mereka membawa pisau miliknya ke leher neoni dengan cepat.
"Kita hanya melakukan pekerjaan"
Ujarnya, neoni hanya terdiam dan berpikir siapa yang berani memperkerjakan dua orang untuk menangkapmu. Jelas-jelas sudah banyak orang dari organisasi manapun yang tahu kalau neoni sangat sulit untuk dibunuh, karena neoni pun seorang pembunuh.
Jika mereka tidak membunuhku berarti, mereka hanya ingin menangkapmu kan, menarik.
"Siapa yang menyuruh kalian?"
"Tidak penting kau tahu siapa yang
menyuruh kami!"
Neoni menggelengkan kepalanya seperti orang bodoh
"Aku hanya akan pergi jika kau memberi
tahu bos kalian" Ujar neoni memelas.
Dalam perjalanan 20 menit yang di tempuh, neoni terus tersenyum seolah senang dibawa oleh orang yang tidak ia kenal.
"Kita sudah sampai"
Satu dari mereka keluar dari mobil dan membuka pintu untuk neoni dan membantunya keluar dari mobil sebelum mendorong neoni untuk berjalan ke dalam gedung besar yang terlihat sangat terbengkalai.
"Hmmm..."
Neoni menatap gedung terbengkalai itu. Gedung yang terlihat kotor yang tampak seperti akan runtuh kapan saja.
Saat neoni masuk kedalam gedung, ia melihat beberapa anggota keluarga yang sangat ia kenal berkumpul di ruang utama.
Mereka semua menatap neoni yang memasuki ruangan tersebut, beberapa dengan ekspresi penasaran dan beberapa dengan ekspresi dingin.
Seorang pria tampan berdiri di atas beberapa anak tangga, menatap neoni dengan mata hijau tajamnya. Neoni tersenyum dibalik raut wajahnya yang terlihat tampak sedih.
"Kenapa kau membawaku kesini?"
Keduanya melepas cengkraman pada neoni dan berjalan kebelakang pria tampan yang menuruni tangga dan mendekati neoni, mata hijaunya tak berhenti menatapnya.
"Karena aku ingin"
Ujarnya dingin. Saat neoni tidak merespon apapun, anggota keluarga itu mulai berbisik dan pergi meninggalkan mereka berdua. Neoni tersenyum saat pria itu menahannya dengan tantang yang besar.
"Halo,Atlas lionel,senang bertemu"
Atlas hanya tertawa sinis saat neoni memanggil dengan nama lengkapnya.
"Senang bertemu denganmu juga, neoni
alexiele-ku sayang"
Ujar Atlas sebelum tangannya turun meraih pinggangnya.
"Ada apa kau membawaku kesini?"
"Aku ingin berbicara denganmu"
Neoni terdiam sambil tersenyum menatap Atlas yang ada di hadapannya.
"Kenapa?" tanya Atlas penasaran dengan tatapan neoni
"Entahlah,sungguh tidak menyangka, padahal kupikir akan sangat lama untuk mengetahui keberadaanmu, tapi kau sendiri yang datang padaku"
Atlas mengerutkan keningnya, jelas penasaran dengan apa yang diucapkan neoni dan kenapa juga neoni berkata kalau neoni sedang 'mencarinya'
"Kalau begitu aku tidak akan segan lagi"
Neoni tersenyum sebelum menendang perut Atlas dengan keras, kemudian menarik tangannya dan dengan cepat melilitkan tubuh Atlas sebelum membanting tubuh Atlas ke tanah hanya dalam hitungan detik.
"Ck, kau ingin membuatku marah,ya?"
Ujar Atlas tegas sambil menarik lengan neoni dan mendekap neoni dengan tubuhnya.
Neoni pun tak ingin kalah, segera ia menepis dan meninju keras perutnya, tangan cekatannya mengunci kedua tangan Atlas, tak kalah kakinya pun ikut menekan perutnya.
Atlas yang terkejut saat neoni tiba-tiba menyerang dan membuatnya terjatuh di lantai dengan perutnya yang diinjak, sulit melawan saat neoni terus mengunci tangannya diatas kepala dia sendiri.
"Ah,aku suka saat kau berani seperti ini" ujarnya dengan nafas terengah entah
"Ho~ho~ bagaimana bisa semudah ini"
Neoni menatap senang, Atlas berusaha untuk tidak menunjukkan rasa terganggu saat neoni terus menatapnya dengan seringai. Sampai ia mulai berusaha untuk melepaskan tangan tangan neoni dari miliknya.
"Jangan berpikir kau akan berhasil dengan mudah"
Ujarnya dengan senyuman yang jahat
"E-eh? Tenanglah"
Ujarnya neoni sambil mengambil tapi dan mengikat tangan Atlas dengan sangat kencang. Tangan-tangan Atlas terikat dengan kuat, membuatnya sulit untuk bergerak.
"Hah!apa yang kau lakukan sekarang!"
"Hmm,aku boleh jujur,kan? "
Tanya neoni sambil mundur sedikit dari Atlas
"Siapa yang membolehkanmu untuk berbohong disini?!"
"Baiklah,aku punya misi"
Mata Atlas menatap tajam saat neoni mengatakan hal itu
"Misi apa?" Tanyanya hati hati.
"Membunuhmu, Atlas Lionel"
Wajah Atlas langsung menjadi lebih serius, tangan tangannya berusaha untuk bergerak.
"Benar saja,kamu ingin membunuhku?
Itulah kenapa kau menjadi pembunuh?"
"Tepat sekali,karena kau juga musuhku"
Atlas mencoba teta tenang meskipun dia tahu dia sedang dalam masalah
"Jadi begitu? Aku hanya musuhmu?"
"Yap, kau adalah musuhku dan aku adalah
Musuhku, selamanya akan seperti itu"
Ujar neoni sambil tersenyum kaki
"Omong omong,bagaimana mungkin seorang pria begitu lemah dalam keadaan terikat, membosankan."
Atlas terdiam sejenak sebelum tertawa sinis.
"Lemah? Aku tidak lemah, aku hanya tahu bagaimana cara menjaga diriku"
"Kau bahkan 'tidak bisa' menjaga dirimu sampai-sampai kau terikat begini"
Tangannya bergetar saat neoni mengatakan hal itu, tapi dia berusaha untuk tetap tenang.
"Aku bisa keluar dari ikatan ini kapan saja" katanya dengan keras kepala
"Oh,coba, masih ada waktu dua menit,
Jika tidak.. "
Neoni mengeluarkan pisau dari sakunya.
"Pisau ini akan tertancap sempurna
Di lehermu"
Mata Atlas langsung melebar saat neoni mengeluarkan pisau, ekspresi keras kepalanya mulai pudar
"T-tunggu, jangan lakukan itu!"
Tangannya berusaha untuk terlepas dari ikatan tali.
"Wah~ calon pemimpin mafia ketakutan, ya haha~"
"Itu tidak lucu! Aku hanya tidak ingin mati! "
Atlas menatap neoni dengan marah,jelas kesal dengan perkataan neoni yang menghinanya. Atlas berusaha keras untuk keluar dari ikatan, tapi dia hanya berhasil membuat dirinya lebih tertahan daripada sebelumnya.
*apa trikmu mengikat sekuat ini? Sampai aku sulit untuk membukanya"
"Lepas saja,atau kubunuh kau, padahal waktunya sudah habis loh, seharusnya kau berterimakasih karena aku belum membunuhmu"
"Kubilang jangan lakukan itu!jangan bunga aku!"
Ujar Atlas panik, Atlas terus mencoba untuk keluar dari ikatan dengan sangat keras, tapi hanya berhasil membuat dirinya sakit dan lebih putus asa.
Neoni hanya terdiam melihat Atlas yang kesakitan dengan tapi rahasianya.
"He-hentikan lepaskan aku.."
Neoni terkejut saat melihat Atlas yang meneteskan air mata yang perlahan terus berderai.
"Ha-hah!,seorang pria mafia, menangis?"
Saat neoni tertawa, air mata Atlas terus turun dengan deras, wajahnya sudah sangat merah akibat sangat frustasi dan malu.
"Jangan membuatku seperti ini"
Katanya dengan marah, namun suaranya masih gemetar akibat tangisannya
"Haaah...yang benar saja"
Ujar neoni sambil melepaskan ikatan tali ditangan Atlas dengan mudah.
Tubuh Atlas terkapar di tanah dengan lemas, entah apa yang membuatnya sangat lemas tapi ia merasa lega.
"Lemah"
Ucap neoni ketos, Atlas menoleh dengan mata yang tajam.
"Aku tidak lemah!"
Ucapnya dengan keras kepala meskipun jelas dia sedang dalam kondisi lemah sekarang.
"Oh, ya, kau menangis loh"
Dengan tatapan mengejek neoni menatap Atlas yang masih saja mengelak dengan kenyataan.
Wajah yang semakin merah, jelas sekali Atlas sangat malu diperlakukan seperti ini.
"Jangan bilang begitu!,aku tidak menangis"
Katanya dengan keras kepala sambil mencoba menyembunyikan air matanya yang terus mengalir.
"Ha ha ha,iya kamu menangis"
Ucap neoni yang menyolot,Atlas hanya tertunduk kepala saat neoni terus mentertawakan nya. Dia sudah sangat kesal dengan situasi saat ini.
"Berhenti tertawa, bodoh! "
"Kau yang bodoh"
Atlas mendongkak, kembali menatap neoni dengan tajam.
Tidak neoni kau yang bodoh!aku bukan seorang pria yang lemah!"
Katanya dengan keras kepala sambil berusaha berdiri dengan bantuan kedua tangannya, Neoni yang melihat nya seperti ini, benar benar ingin membuatnya lebih menangis lagi.
"Baiklah baiklah kau pria kuat, omong omong, kenapa kau membawaku ke tempat seperti ini?"
Neoni memperhatikan sekitarnya, tempat yang kumuh, hanya beberapa cahaya redup yang meneranginya.
"Ah, atau jangan jangan kau sengaja memudahkanmu untuk membunuhmu agar mayatmu pun ikut terbengkalai, ya? "
"Ck, tak ada alasan khusus,aku hanya ingin bicara denganmu"
Katanya sambil berdiri dengan tetap.
"Mau bicara apa kamu? "
"Aku ingin bicara sesuatu"
"Ya ampun, bertele tele sekali, lansung saja ke intinya! Bodoh"
Atlas berdecak kesal
"Jangan begitu keras dong!"
"Ya sudah katakan"
"Aku ingin tahu sesuatu darimu"
"Ya?"
"Apa yang membuatmu ingin menjadi pembunuh?"
Tanya Atlas dengan serius, neoni hanya terdiam dan memalingkan wajahnya
"Tidak akan memberitahuku?"
"Aku tak bisa memberitahu mu"
Ujar neoni yang kini menatap Atlas, sedang Atlas hanya terdiam saat neoni tak ingin memberitahu alasannya.
"Kenapa, neoni katakan?"
Dengan lembut Atlas bertanya, berharap neoni akan terbuka padanya.
"Aku hanya ingin hidup, Atlas. Aku menjadi pembunuh karena aku dilatih untuk membunuh seseorang,yaitu kamu"
"Lalu kau menerima pelatihan itu?"
"Kau pikir aku mau dilatih menjadi pembunuh seumur hidupku?"
Atlas kembali terdiam saat mendengar jawaban neoni yang terlihat marah juga tertekan.
"Kau terpaksa melakukannya?"
"Kenapa aku harus menjadi pembunuh jika aku bisa bekerja di bidang lain?, aku tidak punya pilihan,atlas.dan satu satunya jalan keluar dari Pakasaan itu adalah membunuhmu"
Ujar neoni keras, Atlas tahu kalau neoni benar atas ucapannya.
"Haah...lupakan saja. Jadi kau sendiri, kapan akan diangkat menjadi pemimpin mafia?"
Atlas hanya menghela nafasnya sebelum akhirnya menjawab dengan tegas
"Hanya beberapa minggu lagi, sebenarnya aku tidak mau menjadi pemimpin mafia, aku ingin hidup seperti orang pada umumnya. Dan,kapan kau akan membunuhku?"
"Ah..menyedihkan sekali,seseorang yang akan menjadi pria terhormat mendambakan kematiannya"
"....... "
"Atlas,dulu kau adalah temanku yang menjadi rekan,kini musuh. Mana tega aku membunuhmu.jadi jangan harap kau akan terbunuh olehmu"
"Tapi kenapa?,kau tau kan akalu aku adalah musuhku"
"Karena kau tak pantas terbunuh karena orang yang iri pada statusmu"
Hati Atlas seperti tertusuk tusuk, dia jelas tak menyangka mendapat jawaban yang seperti itu.
"Seingatku dari dulu aku memang seperti ini"
"Memang,makanya kau harus menjadi pria yang kuat"
Atlas mengangguk mantap
"Bagaimana kau bisa menerimaku padahal sekarang aku sudah menjadi musuhmu"
"Setelah aku gagal membunuhmu, akan ada banyak pembunuh yang pasti mengingatmu, aku akan menurut waktu sampai kau benar-benar menjadi pemimpin mafia"
Atlas tersenyum membelai pipi neoni lembut
"Terima kasih untuk tidak membunuhku meski aku musuhmu,neoni"
Katanya lembut
"Ck!, lepaskan tangan besarmu itu dariku,atau ku cium bibir mu"
"Oh!, kau mau? Kemarilah!"
Neoni mendorong wajah Atlas dengan tangannya
"Bodoh,jadilah kuat,jangan sampai mati"
"Tapi kau akan terus menjadi musuhku kan?"
"Hahaha, iyalah!"
Atlas kembali tertawa saat neoni tertawa
"Kalau begitu,aku akan membuat hidupmu lebih sulit daripada sebelumnya"
Ujarnya dengan nada jahil
"Pffttt!, senang sekali,tapi itu takkan terjadi"
Waktu berlalu dengan cepat, sudah sebulan sejak neoni dan dan Atlas bertemu.
Atlas yang kini sudah diangkat menjadi pemimpin mafia, kini membuatnya lebih kuat, Atlas pun sudah berhasil mengendalikan seluruh mafia, membuat semua orang tunduk padanya.
Atlas duduk di kursi kepemimpinan nya, dengan tatapan memimpin dia mengawasi setiap gerakan yang dilakukan para anggota, sampai salah satu anggotanya datang dengan tergesa.
"Tuan Atlas,menurut informasi mata mata,wanita yang di cari tahu tempo hari adalah seorang pembunuh"
"Itu memang benar,kau sudah melacak nya?"
"Sudah tuan,dia di jalan xx no xx rumahnya tepat di tempat organisasi musuh."
"Siapkan mobil dan kita segera kesana"
Pandangan tajam tertukubpada gedung mewah yang besar dipinggir jalanan. Sebelum neoni kembali menghela nafasnya.
"Baguslah dia sudah lebih kuat"
Neoni dengan pandangan kosong, kakinya berjalan hingga sampai di tempat yang sangat ia benci.
Dengan langkahnya yang cepat, ia ingin segera menyelesaikan masalah yang mengelilinginya.
"Neoni alexiele! Bagaimana kau bisa melalaikan misimu, apa sulitnya temukan keberadaan Atlas dan bunuh dia sebelum menjadi mafia!, lihatlah,bahkan sekarang dia sudah menjadi pemimpin mafia!"
"Bukannya itu bagus,jujur saya tidak bisa membunuhnya"
Ayah neoni yang tampak murka, manatap neoni dengan tajam
"Jangan kita dia teman kecilmu, kau bakan tak sanggup membunuhnya!?"
"Memang itu kebenarannya, ayah menyuruhku membunuhnya karena ayah ingin menguasai organisasi mafia nya, kan?"
Neoni menatap ayahnya datar
"Beraninya kau neoni!kau benar benar anakku yang durhaka!kau pasti akan menerima akibat dari gagal dalam membunuh!...ikat dan bunuh dia!"
Neoni meneteskan air matanya, bisa saja neoni pergi tanpa menyerahkan
Diri setelah gagal dalam misi, namun neoni tidak ingin terus menjalani kehidupannya dengan sembunyi sembunyi.
"Aku mencintaimu atlas,maka dari itu,
Atlas jangan sampai mati"
Gumamnya dan pisau tersayat keras di lehernya. Mengeluarkan darah yang mengalir hebat, mengambil nyawa nya semudah memetik setangkai bunga.
Bisa bisanya aku mempertaruhkan nyawa demi musuh, benar kata Atlas kan, yang bodoh adalah aku. Nyatanya aku juga yang lemah, tapi ya mau bagaimana lagi, aku tak bisa mengatakan kalau ini adalah nasib, tapi mungkin ini adalah takdir dari kelemahan hatiku terhadap Atlas, musuhku.
Meskipun begitu,tapi kenapa hati ini sulit jika ia mati begitu saja, sebenarnya siapa yang jahat?, musuhku atau pikakku?
Aku tidak mengerti...
BRAK!!!
Pintu terbuka keras saat Atlas melebar matanya melihat neoni yang terkapar tanpa nyawa di lantai.
Atlas segera menghampiri neoni dengan langkah besarnya, dengan hati hari ia membawa tubuh neoni ke dalam pangkuannya.
Menatap wajah neoni yang sudah tak bernyawa lagi dengan ekspresi sedih.
Tangannya yang kini menyentuh lembut dan mengusap kepala neoni seolah mencoba untuk memberikan perasaan saat neoni sudah tiada.
Atlas merasakan tangan neoni yang sudah dingin, ia merasakan sesuatu aneh di dalam dirinya seolah-olah ada sesuatu yang kosong saat neoni sudah pergi.
Setiap kali dirinya menatap wajah neoni, Atlas merasakan sesuatu yang membuat dadanya sesak.
Kepalanya tangan yang mendekap tangan dingin itu, perlahan air matanya turun, keheningan melanda ruangan membuat suasana menjadi lebih tegang.
"Neoni kenapa kau harus pergi begitu saja..?"
Suara lemah yang keluar dari bibirnya, ia tak percaya dengan apa yang telah terjadi.
"Kau tidak boleh pergi begitu saja neoni, aku belum membuatmu menderita seperti yang kukatakan saat itu, aku belum mengabulkan keinginan ciuman mulai saat itu... Aku bahkan belum sempat mengatakan kalau aku mencintaimu neoni"
Dengan hati yang sakit akhirnya Atlas menyadari bahwa dia sudah terlalu terlambat untuk mengatakan hal itu kepada neoni.
"Kenapa kau merelakan nyawamu demi aku. Padahal kau bisa tetap di sampingku jika begini akhirnya kan?aku bisa melindungimu, tapi kenapa kau lebih memilih jalan ini untuk keluar dari penderitaan mu itu"
Air mata terus mengalir, rasa sesal rasa rindu bercampur aduk dalam kekecewaan.
Tuhan,begitu besarnya rasa seseorang untuk membuatku tetap hidup, padahal dia sendiri adalah musuhku.
Jika saja waktu bisa diputar kembali, aku akan menempati mu disisiku selalu, agar tidak sekalipun kau meninggalkanku.
Juga bisa menyatakan cintaku.
Tuhan, apakah ini nasib yang kami perbuat sendiri karena kami sepasang musuh?
Ataukah takdir yang sudah tercatat bagi kami sepasang musuh?.
Ya,sepasang musuh yang saling melindungi..
Ah tidak, seorang musuh yang menyelamatkan musuhnya,
Ironis sekali...
------------- END -----------
story by_lisha
Written by_lisha