Di pinggiran desa kecil yang dikelilingi sawah, hiduplah seorang pemuda bernama Arga. Ia dikenal sebagai pemuda yang tampan dan baik hati, namun sayangnya, hatinya selalu kosong. Arga menghabiskan hari-harinya bekerja di ladang dan merawat hewan ternak, tetapi setiap malam, ia merasa kesepian. Ia mendambakan cinta sejatinya.
Suatu hari, saat Arga sedang berjalan di tepi hutan, ia bertemu dengan seorang nenek tua yang misterius. Nenek itu mengenakan jubah hitam dan memiliki tatapan tajam. "Anak muda, apa yang kau cari di sini?" tanya nenek itu.
Arga menjawab, "Aku mencari cinta, Nenek. Hatiku kosong dan aku ingin merasakan kasih sayang seseorang."
Nenek itu tersenyum, lalu berkata, "Jika kau ingin cinta sejati, kau harus mengucapkan lima mantra ini. Setiap mantra akan membawamu lebih dekat kepada cinta yang kau impikan."
Arga, yang penasaran, mendengarkan dengan seksama. Nenek itu mulai mengucapkan mantra pertama:
"Di bawah sinar bulan purnama,
Cinta datang menghampiri,
Dengan hati yang tulus dan suci,
Kau akan temukan kasih sejati."
Setelah mengucapkan mantra itu, Arga merasakan getaran aneh di dalam hatinya. Ia merasa seolah ada sesuatu yang berubah. Nenek itu melanjutkan dengan mantra kedua:
"Angin berbisik lembut,
Membawa namamu ke dalam hatiku,
Dengan setiap hembusan,
Cinta kita akan bersatu."
Arga menutup matanya dan membayangkan sosok wanita yang ia impikan. Ia merasakan kehadiran seseorang yang hangat dan penuh kasih. Nenek itu kemudian melanjutkan dengan mantra ketiga:
"Air sungai mengalir tenang,
Membawa cinta yang takkan pudar,
Dengan setiap tetesnya,
Kau akan temukan kebahagiaan."
Setelah mengucapkan mantra itu, Arga merasa seolah sungai di dekat desanya bergetar. Ia tahu bahwa cinta sejatinya sedang mendekat. Nenek itu melanjutkan dengan mantra keempat:
"Bunga-bunga mekar di taman,
Mewangi cinta yang abadi,
Dengan setiap kelopaknya,
Kau akan temukan jodoh sejati."
Arga membayangkan taman yang indah, penuh dengan bunga-bunga berwarna-warni. Ia merasakan harapan baru dalam hatinya. Nenek itu kemudian mengucapkan mantra terakhir:
"Api cinta menyala terang,
Menghangatkan jiwa yang sepi,
Dengan setiap nyala,
Cinta kita akan bersinar selamanya."
Setelah mengucapkan semua mantra, Arga merasa seolah dunia di sekelilingnya bergetar. Ia berterima kasih kepada nenek itu dan berjanji untuk mencari cinta sejatinya.
Beberapa hari kemudian, saat Arga sedang di pasar desa, ia melihat seorang gadis cantik bernama Lila. Lila memiliki senyum yang menawan dan mata yang bersinar. Arga merasa hatinya bergetar, seolah mantra-mantra yang diucapkan nenek itu mulai bekerja.
Dengan keberanian yang baru, Arga mendekati Lila dan mengajak berbicara. Mereka berbagi cerita, tawa, dan mimpi. Seiring waktu, Arga dan Lila semakin dekat. Setiap kali mereka bersama, Arga merasa mantra-mantra itu mengalir dalam hidup mereka, mengikat cinta mereka dengan kuat.
Akhirnya, di bawah sinar bulan purnama, Arga mengungkapkan perasaannya kepada Lila. "Aku mencintaimu, Lila. Sejak pertama kali melihatmu, hatiku bergetar. Aku percaya bahwa kita ditakdirkan untuk bersama."
Lila tersenyum, "Aku juga merasakan hal yang sama, Arga. Cintamu adalah yang kuimpikan."
Mereka berdua berpelukan, dan saat itu, Arga tahu bahwa cinta sejatinya telah datang. Mantra-mantra yang diucapkan nenek tua itu bukan hanya sekadar kata-kata, tetapi kekuatan yang mengikat hati mereka selamanya.
Sejak saat itu, Arga dan Lila hidup bahagia, saling mencintai dan mendukung satu sama lain. Cinta mereka adalah bukti bahwa dengan keyakinan dan sedikit keajaiban, cinta sejati bisa ditemukan di tempat yang tak terduga.