Selena dipaksa menikah dengan seorang miliarder kaya, Hades Alexander. Karena orang tua mereka dekat satu sama lain, namun Hades tampak tidak puas dengan pernikahan itu. Dan sayangnya Selena terlanjur memiliki perasaan padanya, seorang pria berhati dingin, yang tampak tidak tertarik dan tidak mempunyai perasaan apa pun terhadapnya.
Sekarang, Selena tinggal di rumah besar Hades hanya berdua, dan dia bertekad untuk melakukan apa saja untuk menjadi istri yang sempurna baginya. Akan tetapi, Hades tampaknya tidak mempedulikannya dan selalu bersikap kasar padanya.
Suatu ketika, Hades pulang kerja, dan Selena memperhatikan ekspresi wajahnya yang kelelahan. Dia hanya ingin mencoba membantunya atau sekedar mencurahkan kepeduliannya pada Hades, namun Hades yang melihatnya mendekatinya justru menatapnya tajam.
"Minggir dari hadapanku... Kau membuatku semakin lelah. Menyebalkan sekali." Hades berjalan melewatinya, mengabaikannya sepenuhnya.
'Sebegitu bencinya kah kau denganku?' tanya Selena dalam hati seraya menatapnya melenggang pergi dengan tatapan sedih.
Sekali lagi, Selena tersakiti dengan tindakan Hades, dia hanya ingin mengenal Hades lebih dekat. Namun ia tidak tahu bagaimana caranya untuk menyenangkannya.
Hades seolah-olah tertutup untuknya, tidak mau membiarkan dia masuk ke dalam hidupnya. Dia mulai lelah, rasa sakit yang ia terima bahkan sebelum ia mendapatkan kesempatan untuk mencoba sudah melewati batas kemampuannya, dan Selena ingin menyerah.
Keesokan harinya, Selena terbangun dengan perasaan murung. Dia tahu bahwa hari lainnya akan berlalu dengan Hades mengabaikannya atau memperlakukannya dengan dingin sekali lagi.
"haaahh.... aku sudah lelah" gumamnya lirih.
Ia keluar dari kamar tidurnya dan menemukan Hades sudah duduk di meja makan dengan memandang keluar jendela.
Hades seolah-olah menyadari kedatangan Selena, tapi tampaknya tidak tertarik untuk menoleh ke arahnya.
Selena hanya menghela napas pasrah dan berjalan menuju freezer untuk mengambil dua butir telur dan merebusnya, lalu menjadikannya sebagai isian roti dilengkapi irisan tomat dan keju lalu menghidangkannya diatas piring.
"Apa kau mau kopi juga?" tanyanya singkat seraya menyodorkan sandwich telur yang ia buat dihadapannya.
Hades menoleh padanya sekilas, seolah-olah sedang berpikir sesuatu sebelum akhirnya berujar dengan datar.
"Enggak."
Selena tersenyum pahit dalam hati. Ia tidak berharap Hades akan menerima tawarannya, tapi tetap saja rasa sakitnya tak mau hilang setelah menerima jawaban dingin itu.
"Aku mau keluar jalan-jalan, dan mungkin akan pulang malam." ucap Selena lalu mulai menikmati sandwich nya dalam diam.
Hades terdiam sejenak setelah mendengarnya, seolah-olah sedang mempertimbangkan sesuatu.
"Kalau begitu, jangan pulang terlalu malam. Aku tidak ingin tidurku terganggu." jawab Hades seraya bangun dari kursi. Ia mengambil tas kerja dan menuju ke arah keluar rumah.
"Haah... aku mungkin justru tidak akan pulang." sahut Selena lirih dan menghabiskan sarapannya.
Selena terdiam setelah menyadari apa yang baru saja dia ucapkan. Ia tahu bahwa Hades tidak akan peduli bahkan jika dia tidak pulang.
Sedikit demi sedikit, Hades membuatnya semakin merasa kalau tidak ada harapan sama sekali untuk hubungan ini.
Setelah semua, ia hanya ingin mengenal Hades lebih dekat atau setidaknya menjalin hubungan baik sebagai partner hidup. Tapi semua usaha yang telah ia lakukan hanya membawakan hasil nihil.
Malam hari datang dengan cepat, dan Selena belum kunjung pulang ke rumah. Ia pergi ke tempat nongkrong bar bersama beberapa temannya untuk bersantai setelah semua hari yang membuatnya frustasi di rumah.
Hampir tengah malam telah berlalu, sementara Hades duduk di ruang keluarga dengan mata terpejam, seolah menunggu seseorang.
Hampir satu jam telah berlalu sejak tengah malam, tapi Selena belum kunjung pulang. Hades pun mulai terlihat lebih gelisah sementara ia terus menunggu.
Selena baru pulang keesokan harinya saat matahari sudah memancarkan cahayanya. Ia masuk melalui pintu rumah dengan dengan santai, beban pikirannya nampak berkurang setelah menghirup udara dingin tadi malam.
Namun begitu masuk ruangan, ia mendapati Hades sedang duduk di atas sofa ruang keluarga dengan semburat marah di wajahnya.
"Darimana saja kau?" tanyanya dingin.
Selena sedikit terkejut karena ini pertama kalinya ia melihat Hades dengan ekspresi lain selain wajah datarnya. Namun ia hanya menghela napas pasrah.
"Aku cuma main ke bar dengan teman-teman alumni kuliahku" jawab Selena seadanya lalu melenggang menuju kamarnya.
Hades hanya terdiam setelah mendengarnya, tampak bingung antara ingin bertanya sesuakat lebih atau hanya diam saja.
Ia kemudian mencoba untuk mengendalikan kemarahannya dengan merogoh saku celana lalu mengambil sebungkus rokok. Ia hendak keluar untuk merokok, namun ia sempatkan untuk bertanya kepada Selena satu kalimat.
"Sudah hampir tengah hari. Apa kau sudah sarapan?" tanyanya dengan nada dingin.
"Aku nggak lapar." Jawab Selena dengan nada sama datarnya, tanpa menghentikan langkahnya.
Hades hanya melihat Selena melenggang pergi ke kamarnya dengan wajah datar, sementara tangan kanannya mengepal dengan erat.
Ia menghela napas kasar, lalu keluar dari rumah untuk merokok. Hades keluar dengan tergesa sembari menghisap rokok dengan cepat. Ia duduk di atas tangga teras rumah, sementara kepalanya dipenuhi dengan berbagai macam pikiran.
Selama beberapa hari, Selena tidak menunjukkan perubahan yang besar pada sikapnya kepada Hades. Ia hanya tampak lebih tenang dari sebelumnya.
Namun di mata Hades, ada hal yang berbeda dengan sikap Selena akhir-akhir ini. Ia tidak lagi menunjukkan kepedulian terhadapnya seperti sebelumnya. Ia hanya mengerjakan pekerjaannya di rumah dalam diam, tanpa memulai pembicaraan dengannya. Bahkan tidak menyambutnya pulang kerja seperti biasanya.
Selena sudah masuk ke dalam mimpi, tertidur dengan tenang dan dami. Rumah sudah sunyi dengan ketenangan malam yang menyelimuti.
Sementara itu, Hades yang belum juga tidur tengah duduk di atas sofa ruang keluarga. Ia sibuk dengan pikirannya sendiri sementara pandangannya terpaku ke arah kamar Selena.
Beberapa minggu berlalu dengan cepat, seolah-olah waktu melayang dengan mudah. Selena kini sudah terlihat lebih tenang. Ia tidak lagi ingin untuk mendekati Hades, dan tampaknya ia sudah menerima dn berdamai dengan takdirnya.
Hades, di sisi lain, hanya bisa mengorek-ngorek kepalanya dengan keheranan atas sikapnya. Namun ia juga tidak mencari-cari apa yang terjadi dengan Selena akhir-akhir ini.
Ia tidak terlalu memperdulikannya pada awalnya. Namun akhir-akhir ini, Selena lebih sering keluar malam dan nampaknya beberapa kali bahkan tidak pulang kerumah. Itupun tanpa sepatah katapun padanya, dan entah kenapa hal itu begitu mengusik Hades.
Hades akhirnya memutuskan untuk memulai percakapan dengan Selena, setelah beberapa hari di mana gadis tersebut lebih sering keluar malam daripada berada di rumah.
Hade menarik nafas dalam seraya mencoba untuk menyusun kalimat dalam kepala sebelum berbicara. Ia akhirnya berbicara dengan nada dingin.
"Selena."
Selena yang tengah duduk di sofa ruang keluarga ambil mengutak-atik handphonenya pun mendongak.
"Ya?"
Wajah Selena terlihat tenang ketika Hades memanggil namanya. Ia hanya diam, menatap ke arah Hades dengan wajah datar.
Hades menarik nafas sebelum akhirnya melanjutkan dengan nada yang agak dingin.
"Bukankah Kau terlalu sering keluar malam akhir-akhir ini? Dan kenapa kau tidak pulang kerumah kemarin, lalu beberapa hari yang lalu juga? Sebenernya kau pergi kemana, melakukan apa, dan dengan siapa?"
Selena terdiam sejenak setelah mendengar pertanyaan Hades. Ia kemudian mengerutkan kening sebelum akhirnya menjawab dengan nada datar.
"Aku keluar malam dengan teman-temanku seperti biasa. Dan aku menginap di rumah mereka beberapa malam terakhir." jawabnya kemudian kembali berkutat dengan handphonenya.
Hades hanya terdiam sesaat setelah mendengar respon Selena. Ia hanya bisa menghela nafas kasar sembari mengacak-acak rambutnya dengan frustasi, seolah-olah ingin mengatakan sesuatu namun masih bingung harus apa.
"Hampir setiap hari kau keluar malam, dan beberapa malam terakhir kau tidak pulang." gumamnya dengan nada kesal.
"Yeah." Sahut Selena acuh tak acuh
"**yeah?!!**" ulang Hades tajam
Hades menatap Selena dengan tatapan jengkel mendengar jawaban asalnya.
"Kau sungguh tidak mau menjelaskan sedikitpun padaku?!"
Wajah Selena mengerut saat mendengar nada suara Hades yang keras. Ia melirik sedikit ke arahnya sebelum kembali kepada handphonnya dengan acuh tak acuh.
"Aku kan sudah bilang, aku keluar malam dengan teman-temunku seperti biasa. Dan aku biasa tidur di rumahnya beberapa malam kalau tidak ingin pulang." jawab Selena dengan datar, tanpa menoleh ke arah Hades.
Hades hanya bisa menggertakkan giginya dengan kesal setelah menerima respon datar itu. Ia pun kemudian mencoba untuk kembali merapatkan suasana dengan memulai kembali percakapan.
"Berapa banyak temanmu? Tidak. Siapa nama teman-temanmu?" tanyanya dengan nada dingin.
"Haaah.... apa pedulimu" sahut Selena ketus lalu beranjak meninggalkannya.