Jatuh terjerembab dalam keputusasaan, Zero memilih pergi tanpa tujuan, ia mengubah rupa dan identitasnya.
Memainkan peran baru, mengisi kekosongan hatinya dengan bermabuk ria berlarian kesana kemari, menggoda, mencium tiap wanita yang ia temui.
Cinta dan Bumerang sungguh frustasi melihat kelakuan bajingan nya, namun secara diam-diam mereka terus memperhatikan gerak gerik Zero dari kejauhan.
Awalnya mereka tak percaya itu adalah Zero yang mereka kenal, dulu dia penuh mimpi dan harapan, tapi sekarang seperti orang gila yang tidak punya tujuan hidup. Namun waktu kebersamaan mereka bersama Zero lah yang membuat mereka berdua yakin siapa si pengembara tanpa nama ini.
"Kakak jangan sedih lagi, jangan pikirkan dia terus!" 😔
"Tapi dia lagi terpuruk, aku gak bisa abaikan nya begitu saja...." 🤧
"Udah kak! Jangan belain dia lagi, dia sudah menyakiti hati kakak." 😢
"Huwaaakkk...." 😭😭😭
Wanita mana yang tak tersiksa hatinya, melihat separuh jiwanya jatuh dalam lubang keterpurukan yang sangat dalam.
Siang harinya, Bumerang dan Cinta, mendatangi Zero yang sedang bersantai sambil memeluk botol minuman arak. Wajahnya merah karena mabuk, ekspresinya terlihat memuakan, membuat perut terasa mual-mual.
"Takdir itu sangat menyenangkan jika kau mengetahui seperti apa jalannya, Janganlah pernah beranggapan bahwa takdir itu tidak menyenangkan. Terkadang apa yang tidak kamu ketahui itu telah diketahui oleh pencipta alam, ada kemungkinan takdirmu tidak menyenangkan dimasa sekarang, tapi tidak dengan masa depan." tegur Bumerang.
Zero yang sedang santai membangunkan sedikit tubuhnya, dan duduk bersila menghadap mereka.
"Masa depanku ini sudah suram, dan masa laluku sangatlah gelap. dimana penerangannya? Sedangkan diriku sendiri sudah tenggelam dalam kegelapan. Setitik cahaya pun, tidak bisa menyelamatkanku, apalagi jika sudah terlalu dalam," ucap sang pengembara dengan gaya slengean.
"Setitik cahaya itu adalah sebuah harapan, jika kamu menyerah maka harapanmu memang tidak ada. Masa depan yang suram itu karena kau tidak mau berusaha, sedangkan masa lalu mu yang gelap itu sudah sepatutnya dilupakan," timpal Cinta dengan penuh kesabaran.
"Dunia ini tidak kejam! Tetapi diri sendiri adalah yang terkejam!" Sang pengembara berteriak pada mereka berdua.
"Jika kau menginginkan masa depan yang cerah, maka kejam lah kepada diri sendiri!" ucapan bumerang penuh penekanan.
"Aku memang suka cahaya bulan tapi aku tidak mau menggapainya, seperti aku menggapai mimpiku yang semua." ucap sang pengembara, sembari menutup wajahnya dengan topi usang.
"Sudah ku katakan, cahaya sebagai selimut. Jika mimpimu gagal, ubah aja jalurnya, jangan terus berada di jalur yang tidak dengan mimpinya!" kali ini bumerang naik pitam, kedua tangannya mengepal ingin menghajar Zero yang selalu ia anggap sebagai saudaranya sendiri.
"Sudah cukup! Hentikan kalian berdua!" Cinta tidak ingin dua orang yang seperti saudara saling baku hantam.
"Lihat dia Kak! Dia sangat keras kepala! Aku rasa batu meteor jatuh di kepalanya pun takkan mampu membuatnya pingsan." tutur bumerang, kini tangannya tidak lagi mengepal.
Cinta melihat sang pengembara memang sudah terjerumus jauh dalam kegelapan hatinya.
"Menggapai bayangmu dalam kesunyian, dadaku terasa sesak dengan semua ini." lirih Cinta menahan kesedihan.
Bumerang sekali lagi melihat sang kakak menangis histeris. Namun sang pengembara bersikap acuh tak acuh, ia sama sekali tak peduli pada cinta yang mengisi hatinya.
"Jangan kejar aku lagi, aku sudah muak pada kalian berdua!!" bentak sang pengembara, lalu pergi meninggalkan mereka tanpa sepatah katapun.
Zero tak lagi peduli pada dua orang yang dulu dianggapnya sebagai keluarga, hatinya sudah mati rasa, memilih mati dalam kesendirian. Ia sengaja meninggalkan luka lara di hati Cinta, dan memaksa bumerang menyaksikan kisah yang menjadi luka.