Berawal dari sebuah ketidak sengajaan yang dilakukan sang putri Azura hanya karena ingin merasakan kebebasan tanpa kawalan kerajaan, ia masuk kedalam guha yang gelap dan menemukan sebuah batu permata yang cantik dan berkilau dan memutuskan untuk mengambilnya dan membawanya kedalam kerajaan.
Setelah hari semakin gelap ia pun kembali dan berusaha untuk tidak diketahui oleh raja dan ratu jika ia sudah melarikan diri dari pengawasan pengawal raja.
Dengan cara mengendap-endap agar tidak diketahui oleh orang tua nya. Ia masuk melalui pintu belakang yang kebetulan pengawasan disana tidak terlalu ketat dan ia bisa masuk melalui gudang kerajaan.
Tiba-tiba "Azura!"
Langkahnya terhenti seketika ia mengerutkan wajahnya dan berusaha untuk tidak terlihat mencurigakan. "Kakak!" Nyengir kuda.
"Dari mana kamu?"penuh selidik.
Azura gelagapan untuk menjawab sang kakak yang sudah memergoki nya keluar dari pintu gerbang belakang secara mengendap-endap. "A..aku dari belakang. Iya, dari belakang mau mengambil makanan!" Menjentikkan jarinya.
Gurta sang kakak tahu betul sifat Azura dan ia tidak pernah bisa berbohong dengan baik didepan nya "Oh jadi kamu sedang mengambil makanan? Bukankah makanan mu sudah diantar pelayan kekamar. Apa kamu masih lapar?"
Azura hilang kata-kata didepan Gurta, ia memang tidak akan pernah bisa lepas dengan mudah setelah berurusan dengan Gurta.
Wanita itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia menunjukkan wajah memelas nya untuk mengijinkan nya segera masuk kedalam kamar nya saat ini. "Kak,"🙏
Tatap Gurta penuh selidik "Coba jujur lebih dulu padaku. Dari mana seharian ini kamu pergi?" Tanya Gurta.
Seketika Azura tertegun ternyata Gurta sudah mengetahui nya jika hari ini ia lagi-lagi pergi begitu saja dari pengawasan pengawal raja yang ia perintahkan sendiri untuk mengawasi Azura.
Azura diam seribu bahasa dan menatap Gurta seolah mengiba dan meminta belas kasihan darinya.
Sikapnya yang sudah terbaca jelas menunjukkan ia mengakui segalanya dan merasa bersalah namun tetap saja setiap kali ia melakukan kesalahan Gurta sendiri harus yang bertanggung jawab.
"Kalau sudah begini aku juga yang harus cari alasan pada yang mulia ibu dan ayah"memutar bola matanya malas.
Azura tersenyum menunjukkan barisan giginya yang putih. "Makasih kak"
Azura bergegas pergi dan masuk kedalam kamarnya sebelum diketahui yang mulia ayah dan ibunya.
Sementara Gurta harus mencari alasan atas tindakan Azura yang selalu membuat onar dan membuat ayah dan ibunya pusing sendiri.
Sifatnya yang selalu periang tak membuat raja dan ratu cemas ia selalu dibuat tersenyum dengan pertumbuhan putrinya yang kini sudah menginjak usia dewasa.
Namun terkadang sebagai orang tua mereka juga selalu dibuat pening kepala dengan tingkah nya yang selalu jahil bertindak sesukanya acap kali membuat para pengawal nya kewalahan.
Meskipun sudah menginjak usia 23 tahun Azura masih sering bersikap kekanak-kanakan bahkan ia belum sedikitpun memikirkan masa depannya untuk menikah dan memiliki anak, ia lebih suka menikmati hidup nya seperti sekarang.
Masih banyak keingintahuannya tentang dunia luar dibandingkan dengan sejarah kerajaan keluarga nya.
Keesokan harinya Azura terbangun dari tempat tidur nya dan segera berendam air hangat seperti keseharian nya. Bermain dengan bunga teratai kesayangan nya, ia sengaja menaruhnya dan memelihara nya disana.
Sejenak ia terdiam, ia melupakan sesuatu yang telah ia bawa dari guha tua di ujung hutan kemarin.
Ia mengambil nya dan membasuhnya dengan air. Benda itu bagai sebuah telur berbentuk bulat namun berkilau bagai permata.
Setelah beberapa saat benda itu menguar dan mengeluarkan cahaya gold seketika Azura silau menatap nya.
Permata itu pecah menjadi 2 bagian dan berisi sekor naga kecil berwarna emas. Reflek tangannya melempar benda itu yang ternyata sebuah telur kedalam air kolam.
"Na..naga!" Terbata-bata.
Azura masih tertegun melihat naga kecil itu meliuk-liuk didalam air dengan mengeluarkan cahaya gold yang indah terpancar.
Naga itu menghampiri nya seolah menganggap Azura ibunya.
"Hhaaaii..." Ucapnya masih berusaha untuk tetap tidak takut.
Naga itu menyukai nya ia terus menatap Azura dan memberikan kepalanya berharap Azura mau membelai nya. "Ternyata kamu telur aku kira batu permata. Kamu naga yang baik, bagaimana perasaan ibumu ya jika dia tahu salah satu telurnya sudah aku curi"ucapnya membelai kepala naga itu dengan lembut.
Tuktuktuk!
Ketukan pintu membuat ia terkesiap dan spontan menjatuhkan naga kecil itu hingga masuk kedalam kolam air.
"iya...."
"Azura! Kamu tidak apa-apa?"tanya Gurta.
Terbelalak."Kakak! .. i..iya aku tidak apa-apa. Aku sedang mandi kak"sahut Azura sedikit panik.
Ia takut jika Gurta melihat naga emas itu, ia akan membunuhnya.
"Cahaya apa tadi? Benar kamu tidak menyembunyikan sesuatu?"curiga.
"iya kak, tidak ada apa-apa. Dari tadi aku mandi disini tidak ada cahaya apapun. Pergilah! Jangan menggangguku, tidak sopan mengganggu orang yang sedang mandi. Dewa akan menghukum mu kak"Ucapannya seketika membuat Gurta termangu dan malu.
Ia garuk-garuk kepala. Dan sedikit menjauh dari pintu kamar mandinya. "Maaf! Ya sudah cepatlah bersiap kita harus latihan panah hari ini yang mulia ayah ingin melihat seberapa jauh hasih belajar mu" kata Gurta seraya meninggalkan ruangan tersebut dan semakin jauh.
Mendengar kata latihan wajah Azura menunjukkan rasa malas. "Malas sekali rasanya. Bukankah putri harusnya bersikap anggun ia cukup duduk diam dan memberikan perintah bukan?! Kenapa yang mulia ayah selalu memintaku melakukan hal itu. Apa aku disiapkan untuk perang! Aaaa... Tidak mau!" Mengoceh sendirian sembari Merengek.
Naga kecil itu terus memandangi nya penuh tanya. Namun sepertinya ia memang mengerti apa yang Azura katakan.
Naga itu gegas mengambilkan pakaiannya diatas tempat tidur ya g sudah disediakan oleh pelayan dengan kekuatan sihir sehingga pakaian nya terbang sendiri kearah nya.
Sontakembuat Azura semakin dibuat tidak percaya. "Bajuku"
Tanpa berpikir lama lagi. Azura gegas berganti pakaian didepan sang naga tanpa rasa malu. Namun naga itu menutup kedua matanya dengan ekor agar ia tidak melihat apa yang seharusnya tidak ia lihat.
Tuktuktuk!
Lagi ketukan pintu didepan ruangan itu terdengar suara nya seperti sang pelayan. Ia meminta Azura segera datang kelapangan untuk segera latihan sesuai perintah yang mulia.
Ia pun mengiyakan perintah itu namun tidak kunjung ia datang juga. Azura melakukan seperti kebiasaan nya ia hendak pergi melewati ruangan belakang seraya membawa naga kecilnya yang sengaja ia sembunyikan dibalik pakaian.
Dengan mengendap-endap ia berusaha lari dan keluar kerajaan berniat menghindari kegiatan yang membuatnya bosan.
Tiba-tiba hendak ia melangkah keluar gerbang, satu tangannya menarik telinga nya dengan keras "Eh.. kak Gurta! Hiii" nyengir.
Gurta menaikan alisnya "Mau lari kemana kamu?"
"Enggak! Aku cuma mau keluar sebentar.. hehe" tersenyum getir merasa kan sakit dibagian telinga nya.
Gurta menggeleng "Gadis nakal. Ayok ikut kamu harus dihukum"
Matanya membulat seketika itu Azura menangkupkan kedua tangannya dan meminta Gurta untuk tidak menghukum nya. "Ah .. kak Gurta tolong jangan hukum aku! Maaf ya.. gak akan aku ulangi lagi"
"Kali ini tidak ada lagi tipu muslihat mu. Kamu sudah sering membuatku dalam masalah, kali ini bersikap lah layaknya seorang putri paham!"
Gurta membawanya ke tempat latihan panah sesuai perintah ayahnya. Disana sudah terdapat ibu dan ayahnya tengah memperhatikan mereka.
"Yang mulia ayah.. hihi" nyengir.
"Azura, kali ini kamu harus serius latihan. Dan aku putuskan agar kamu tidak lagi keluar kerajaan untuk sementara" ucapnya sang Raja.
Azura mengangguk paham.
Mereka pun memulai latihan dengan serius. Sementara Azura yang masih pemula ia harus memperhatikan pegangan nya dan sasarannya agar tidak melenceng lebih jauh.
"Lihat sasaran mu, Azura. Jangan biarkan anak panah mu keluar dari titik pusat sasaran"titah Gurta.
Azura memulai nya ia menentukan titik pusat yang menjadi tujuan nya. Namun naga kecil yang kini tengah dibalik jubahnya membuat wanita itu kegelian sehingga salah melempar sasaran anak panah nyaris mengenai Gurta yang tepat berada di depannya. "Oh tidak!"menutup mulutnya
"Nyaris saja kamu membunuhku Azura"ucap Gurta menggeleng-gelengkan kepalanya.
Ups! "Aku tidak sengaja"
"Arahkan panahmu pada titik merah di sana, pegang busur itu dengan kuat dan lihat tujuan mu hanya satu titik merah didepan mu" ucap sang naga.
Azura terlonjak mendengar suara bergema ditelinga nya, ia tidak menyadari jika naga itu lah yang tengah memberikan arahan kepada nya.
"Ada apa?"tanya Gurta.
"Azura!" Panggil yang mulia ayah.
"Hah.. eh maaf yang mulia ayah"
Mereka kembali memulai latihannya, Azura mencoba mengikuti arahan dari seseorang yang ia dengan barusan. Tepat sasaran panah itu menancap dengan sempurna dititik merah tanpa melenceng sedikitpun.
"Wow!" Tertegun sesaat.
Azura melompat kegirangan untuk pertama kalinya ia berhasil membuat panah itu menancap di satu titik merah.
Semua orang tercengang melihat panah itu mendarat dengan sempurna termasuk sang raja Daan ratu memberitahukan tepukan tangan nya karena Azura sudah ada perkembangan dalam latihan nya.
Setelah selesai latihan Azura tersenyum senang karena telah mengalahkan Gurta dalam panah memanah meskipun ini pertama kali ia berhasil.
"Hei .. kamu dengar seseorang tadi bicara padaku? Berkat orang itu aku bisa memanah dengan sempurna." Ucapnya pada sang naga.
"Syukur lah."balas sang naga membuat azur terjungkal karena terkejut mendengar naga itu bicara.
"Kamu benar-benar bisa bicara.."memastikan dan benar naga itu mengangguk.
Azura pingsan dilantai. Untuk pertama kalinya ia mendengar sendiri seekor naga bisa bicara.
Tiba-tiba naga itu membesar dan mengeluarkan cahaya yang menyilaukan dan berubah menjadi manusia.
Ia membawa tubuh Azura keatas tempat tidur dan meletakkan nya dengan pelan. Naga itu tersenyum kecil melihat tingkah konyol Azura selama ini.
Sebelum seseorang melihatnya ia mengembalikan wujud aslinya ke bentuk naga dan tidur disamping Azura yang masih pingsan.
Setelah sekian lama Azura mulai terbiasa dan sering menghabiskan waktu dikamar dengan naganya. Ia berbicara layaknya manusia yang kini ia Anggao sahabat nya sendiri.
Sering kali Gurta memergoki nya beifara seorang diri dan merasa ada yang aneh dengan sikap Azura yang sekarang selalu banyak menghabiskan waktu sendiri dikamarnya.
"Azura!" Panggil Gurta.
Azura segera menutupi tubuh naga itu dengan selimut. "Iya kak?"
"Kamu bicara dengan siapa?"tanya Gurta penasaran.
"Tidak kak, mungkin pendengaran mu saja yang sedikit kacau"ucapnya seraya menggoda Gurta.
Gurta bertolak pinggang dan menarik nya"Enak saja. Sembarangan. Ayo kita latihan pedang hari ini."
"Akhh... Jangan lagi!!!" Merengek.
Mereka latihan didepan banyak pengawal dan tentunya didepan orang tua mereka yang tengah menikmati udara segar dipagi yang cerah.
Ibu dan ayah mereka melihat kekompakan diantara Azura dan Gurta setelah menyaksikan mereka tengah beradu pedang bersama.
Tanpa orang lain sadari seorang laki-laki berjubah emas tengah memperhatikan mereka dari kamar Azura. Melihat nya dari kejauhan latihan antara adik dan kakak itu berjibaku dengan senjata tajam.
Ia memperhatikan Azura dengan ras kagum meski pun ia selalu membuat para anggota kerajaan kelimpungan namun ada jiwa pendekar didalam dirinya.
Pria itu duduk diatas ranjang Azura dan bersila bermeditasi "Ayah kapan aku bisa kembali?" Ucapnya didalam hati.
"Kamu bisa kembali setelah menyelesaikan syarat-syarat berikut nya. Ingat lah ini pangeran kamu akan tetap tinggal dibumi sebelum melakukan 1000 kebaikan." Sahut seseorang begitu bergema namun hanya sang naga saja yang bisa mendengar suara itu.
Ia pun membuka mata nya. Pria itu tertegun melihat Azura sudah berdiri mematung menatap nya.
Pria itu segera beringsut dari sana dan mendekati Azura yang masih terpaku disana.
"Maaf aku mengejutkan mu, Azura!"
Suara itu masih ia kenali dengan jelas jika pemilik suara itu adalah suara naga miliknya.
"Ka.. kamu Seorang manusia!"
Seorang pria tampan kini benar-benar berdiri didepannya. "Iya..Aku seorang manusia aku pangeran dari langit. Seseorang mengubah ku menjadi naga dan memasukkan ku kedalam telur permata itu, karena satu kesalahan yang aku perbuat dan kini aku harus menjalani hukuman dibumi. Terimakasih sudah mengeluarkan ku"
Azura melangkah mundur ia berniat untuk berlari dan memberitahukan Gurta saat ini yang sekarang ia sedang berada diruangan yang mulia untuk berunding.
Secepat kilat pangeran naga menghentikan langkahnya dan menghalangi pintu itu dalam satu kali kedipan mata. "Aku takkan melukai mu, Azura. Aku masih teman mu sang naga emas."
Ia termangu. Sang pangeran kembali kewujud aslinya, naga. Azura masih belum bisa percaya apa yang dilihatnya saat ini.
Pria itu benar-benar jelmaan naga emas temannya.
Sang pangeran kembali kewujud nya menjadi manusia dan kini berdiri menatap wajah Azura yang masih syok.
"Kamu percaya?"
Azura mengangguk pelan.
Pria itu tersenyum lega akhirnya Azura mulai percaya padanya. Meskipun dari raut wajahnya masih menyimpan banyak tanya. Sang pangeran menawar kan sesuatu untuk nya dan segera meminta Azura duduk.
"Kamu menginginkan sesuatu?"
Azura termangu.
"Tidak, aku tidak menginginkan sesuatu. Aku akan menyejukkan tubuhnya terlebih dulu. Dan kamu tetap diam disini dan masuk kedalam cangkang telur mu."
Kernyit sang pangeran naga. "Apa sekarang kamu tidak ingin membawaku mandi bersama lagi"
"Tidak terimakasih"
Azura pergi meninggalkan pria itu seorang diri dikamarnya. Banyak perhiasan dan pakaian ia juga memperhatikan setiap benda didalam kamarnya tanpa mengubah wujudnya saat ini.
Hentakan kaki melangkah mendekati kamar Azura. Seketika sang pangeran naga panik dan segera bersembunyi dan mengubah wujudnya menjadi naga kembali.
Seorang perempuan cantik masuk begitu saja kekamar Azura dan dia seolah tengah mencari sesuatu dikamar itu.
Bahkan pangeran baru melihat nya di kerajaan ini. Selama ia tinggal bersama Azura wanita itu tidak pernah terlihat olehnya bahkan ia bukan bagian anggota kerajaan.
Tanpa izin dari pemilik nya wanita itu menelusup benda-benda dikamar Azura. Entah apa yang dicarinya namun pangeran naga seolah merasakan ada yang lain dari wanita itu.
Sebelum Azura kembali wanita itu sudah pergi tanpa meninggalkan jejak apapun disana.
"Siapa dia? Aku mencium ada kekuatan jahat didalam tubuhnya" larut dalam pikirannya.
Tanpa berpikir panjang ia menguntit dan mengikuti langkahnya pergi. Wanita itu menyamar sebagai pelayan disana.
Dengan cepat pengeran naga kembali kekamarnya dan memberitahukan berita itu pada Azura namun ia masih belum kembali dari tempat berendam.
Ia pun segera menghampiri nya, sang pangeran lupa jika Azura saat ini tengah mandi ia tiba-tiba masuk begitu saja tanpa seizin nya.
"Hei .. kenapa kamu kemari. Tidak sopan!" menenggelamkan tubuhnya yang tidak berbusana.
"Aku hanya ingin memberitahukan bahwa ada seseorang yang sedang menyamar di kerajaan ini. Aku mencium ada aura jahat ditubuhnya" ucap naga.
Azura Mengusap kasar wajahnya "tapi kan bisa nanti aku sedang mandi!"
"Azura!" Panggil yang mulia ibu.
Naga itu masuk kolam tanpa berpikir panjang bersembunyi dari sang ratu dan bersembunyi dibalik tubuhnya.
"I..iya ibunda" gugup.
"Segera pakai pakaian mu dan temui ibunda segera" ucapnya ibunda Azura.
"Baik!"
Wanita paruh baya itu pergi dan meninggalkan ruangan Azura. Akhirnya Azura bisa bernafas lega setelah ibunya pergi. Sementara itu sangat naga kembali kewujud manusianya ia tepat berdiri dibelakangnya Azura membuat wanita itu terlonjak.
"Aaaaaa... menutupi bagian tubuhnya"
Entah mengapa pangeran naga malah semakin tertarik untuk menggoda nya ia tersenyum dan mengunci pergerakan nya disudut kolam.
Azura menutup matanya dan menghindari tatapan pangeran tampan itu. Sedangkan pangeran naga mengangkat dagunya dan melihat wanita itu sedang menutupi rasa malu nya ketika ia tengah didepannya.
Cup!
Kecupan kilat seketika membuka matanya hingga membulat sempurna.
Pangeran itu sudah tidak ada dan pergi begitu saja berlalu dari hadapan nya.
"Ciuman pertama ku" bergumam dalam hati.
Azura diam mematung sosok naga kecil disampingnya tersenyum melihat raut wajah Azura diam-diam tersipu malu.
Sang pangeran mengira Azura akan marah dengan apa yang ia lakukan terhadap nya namun sepertinya ia juga merasakan perasaan yang sama.
Namun ia tak ingin terhanyut dalam kebahagiaan perasaan yang tengah mulai berbunga. Sang pangeran gegas pergi ia harus melakukan sesuatu pada seseorang yang sudah diam-diam menggeledah kamar Azura.
Ia pergi diam-diam dan mengawasi wanita yang sudah menyamar sebagai pelayan Kerajaan selama kejadian itu berlangsung dan selama itu pula tidak ada hal yang mencurigakan di kerajaan.
"Yang mulia ibu,"panggil Azura menghadap.
Azura masuk dan melihat sang ibunda sudah menunggu nya berserta Gurta.
"Azura duduk lah,"
Ia duduk wajah Azura terlihat tegang disana melihat kakak dan Ibunda nya seolah sedang mendiskusikan sesuatu.
"Azura kamu sudah dewasa yang mulia ayah dan Ibunda juga aku sebagai kakakmu berniat mengadakan sayembara untuk mu"ucapnya Gurta.
"Iya, ayah mau mengadakan sayembara untuk kamu dengan ijin atau tanpa persetujuan mu"tegas yang mulia ayah.
Azura terdiam mematung ia menunduk kan pandangannya. Sejujurnya hatinya masih belum siap dengan tradisi kerajaan yang selalu mengadakan sayembara untuk siapa saja yang memiliki anak perempuan dari keluarga kerajaan.
Gurta memperhatikan sikap Azura sepertinya ia memang sudah tahu apa jawaban dari Azura. "Apa pendapat mu tentang ini?"
Azura tersenyum getir. "Apa yang harus aku katakan kakak jika keputusan sudah yang mulia ayah yang menentukan"
"..Apapun yang ingin yang mulia ayah lakukan maka lakukan lah jika menurut kalian baik untuk ku."
Sang raja menghela nafas dan bersyukur dengan keputusannya yang sudah dihargai oleh putrinya.
"Tapi hanya aku yang memutuskan apa acara yang akan diadakan dalam sayembara ini, setuju yang mulia ayah?"ucap Azura penuh semangat. Sedangkan Gurta memandangi nya dengan serius, sepertinya kali ini Azura akan membuat masalah lebih besar.
Tatapan Gurta sudah disadari nya ia hanya melempar pandangan yang sama dengan tersenyum nakal.
Gurta menepuk jidatnya ia memang harus dengan ekstra menghadapi sikap adiknya yang memiliki sifat seperti Azura.
"Apa itu Azura?" Tanya ibundanya.
"Baik. Ayah setujui permintaan mu Azura"ucap sang raja.
Bibirnya tersungging ada makna tersembunyi dibaliknya dan hanya Gurta yang mengerti makna dibalik wajah nakal adiknya itu.
Mereka menunggu apa yang ingin ia berikan untuk para tamu sebagai sayembara untuk sebagai syarat agar dia antara mereka bisa menikahi putri Azura.
Azura pun meminta yag mulia raja untuk mendapatkan pengumuman sayembara itu di esok pagi. Ia pun masih belum pasti apakah ada orang yang mampu namun secara bolak-balik Azura berpikir keras jika apa yang ia inginkan nanti maka akan sulit untuk didapatkan oleh para pejuang manapun.
Tersenyum-senyum sendiri Gurta memergoki adiknya itu tengah merasa kegirangan entah apa yang dipikirkan anak itu ia pun berniat menghampiri nya.
"Bahagia ya, sampai melompat-lompat" goda Gurta entah itu mengejek adiknya yang sedang merencanakan sesuatu.
"Kak Gurta..hehe"
"Kamu sedang merencanakan sesuatu bukan?"tuding nya seketika membuat Azura bergeming tak bersuara.
Ia tahu jika Azura takkan bisa berbohong didepan kakaknya.
Tiba-tiba seseorang tidak sengaja menabrak Gurta, seorang pelayan Kerajaan yang baru pertama kali ia lihat dilingkungan kerajaan nya.
Wanita itu begitu cantik dan mempesona membuat Gurta termangu menatap wajah wanita itu.
"Kamu pelayan baru ya?"tanya Azura.
Wanita itu mengangguk. "Iya yang mulia putri"
"Siapa nama kamu?tanya Gurta.
"Xara ..."
"Unik sekali. Emm .. tolong nanti bawakan minuman jahe merah keruangan ku ya Xara"
Azura segera berlalu dari hadapan Gurta. Gurta malah semakin terpesona dengan daya tariknya yang mempesona. Xara berhasil membuat Gurta jatuh cinta dipandangan orang nya.
Namun ia tidak menyadari jika wanita itu ternyata orang asing yang tengah diselidiki oleh pangeran naga.
Azura bersenandung kecil berjalan menuju kekamar nya namun sebuah cahaya merah mengalihkan perhatian nya di ruangan yang tidak pernah ia kunjungi.
Sebuah tempat penyimpanan senjata yang selalu dilarang oleh maha raja agar tidak ia dekati dengan alasan berbahaya.
Sebuah kepulan asap hitam gelam seketika membuat Azura terkejut dan gegas berlari Setelah melihat sesosok monster bermata merah.
"Ada apa?"tanya pangeran naga melihat Azura terengah-engah berlari dengan terburu-buru.
Jarinya menunjukkan kearah luar pangeran naga secepat kilat berubah menjadi naga kecil dan pergi ketempat yang dimaksud oleh Azura namun tidak menemukan apapun.
"Tidak ada apa-apa" setelah kembali pangeran naga melihat wanita itu bersembunyi dibalik selimut nya.
Keringat sebiji jagung keluar memenuhi dahinya yang kian memburu akibat ketakutan.
"Azura tidak ada apapun diluar"
"Dia ada di ruang sengaja, tubuhnya besar dan mengerikan dia memiliki mata yang merah menyala"ocehnya.
Sang pangeran terdiam mematung. Ia merasa aura jahat disana namun tidak bisa menemukan apapun. Sosok itu berhasil membuat Azura ketakutan sedemikian rupa.
Bergumam "Apa dia .."
Pangeran menenangkan Azura yang masih ditutupi selimut. Ia membuka perlahan kain itu dan meyakinkan Azura jika semuanya masih baik-baik saja.
"Tuan putri .."
"Naga kecil aku melihatnya sendiri sosok itu menyeramkan. Kamu pikir aku berbohong?"
"Tidak bukan begitu tuan putri tapi memang disana tidak ada apa-apa"ucapnya.
Azura merengut malas karena pangeran naga seolah tidak mempercayai nya dan mengira jika ia hanya tengah tidak fokus sehingga berimajinasi.
Pangeran memeluk nya dan membelai rambut panjang Azura yang menjuntai. Ia mulai tenang dipelukan sang naga tatapannya begitu dalam saking terhanyut dalam perasaan pangeran naga itu menyentuh bibirnya dan menautkan kedua tanpa menerima penolakan dari Azura.
Pemandangan itu terlihat oleh seseorang yang sudah lama memperhatikan mereka. Sang pangeran sudah menyadari ada yang tidak beres ia mengarahkan tangannya ke arah pintu dan menyerang seseorang yang tengah menguntit nya.
Dengan sengaja pangeran naga mengalirkan kekuatan sihir kedalam mulutnya dan membuat Azura tertidur malam itu.
Ia sendiri memastikan jika yang telah ia serang dibalik pintu kamar Azura adalah orang yang memiliki aura jahat yang cukup kuat.
"Akhirnya kamu menunjukkan dirimu pangeran Kimura sang penguasa angin"ucap Xara.
"Siapa kamu?"
"Aku Xara. Aku diperintahkan untuk membawamu kehadapan rajaku" ucapnya.
"Siapa rajamu? Mengapa dia menginginkan ku?"
"Tentu nya kamu kenal dengan baik siapa dia. Raja kegelapan iblis terkuat sang pemilik malam Raja Demon."
Xara menyerang sang pangeran naga mereka bertarung dengan gagah berani menggunakan sihir mereka. Kimura menggunakan kekuatan naganya dan berusaha mengalahkan Xara yang kini berubah wujud menjadi ular hitam.
Sayangnya kekuatan Xara dibawah pangeran naga ia terluka parah dan segera meninggalkan kerajaan Azura.
Cukup lama ia tidak bertarung kekuatan itu muncul begitu saja dengan luar biasanya untuk memulihkan kembali tenaga nya tmyag hampir terkuras habis ia pun kembali kewujud naganya dan bermeditasi didalam cangkang telur yang selama ini susah menahan nya sangat lama.
Keesokan harinya Azura bangun lebih cepat dan menemukan Kimura disampingnya sembari memeluk erat tubuh nya dalam keadaan tidur.
Azura melepaskan pelukannya dan mengendap-endap pergi secara perlahan namun cara itu gagal ia membangun kan Kimura dan membuatnya tidak bisa lepas dari naga kecil itu.
"Temani aku tidur sebentar lagi" ucapnya.
"Hei naga kecil. Hari ini hari penting jangan bermanja padaku"ocehnya Azura.
"Memangnya ada acara apa?" Kernyit Kimura membuka matanya.
"Hari ini ayahanda akan membuat pengumuman sayembara untuk ku"sahutnya Azura.
Naga itu melepaskan pelukannya ia tidak tahu apa yang dirasakan hatinya namun mendengar hal itu ia memang tidak suka.
"Dan kamu setuju."
Azura mengangguk "Akan tetapi dengan syarat tentunya"
"Apa itu?"panasaran.
Wanita itu engga memberitahukan nya namun ia meminta sang naga untuk bangun dan mengetahui nya sendiri apa yang menjadi syarat sayembara untuk perjodohan nya.
"Apa? Kamu gila Azura itu kan cuma legenda" ucap ayahnya dan Gurta.
"Ya sudah"
"Bagaimana mungkin Azura. Apa tidak terlalu berat untuk mereka untuk mengalahkan nya" kata ibundanya.
Azura menerapkan syarat dan ketentuan ini memenangkan sayembara itu. 'Siapapun yang mampu mengalahkan naga emas, membawa nya kedepan raja dan menjadikan nya sebagai mahar maka dia berhak untuk mempersunting putri raja.
Sang raja pun mengakui kecerdikan nya ia sendiri tahu betul putrinya masih tidak mau untuk melaksanakan sayembara dengan alasan belum siap.
Akhirnya dengan cara itulah ia ingin menunjukkan kepada nya jika ia mampu melakukan apa yang dia mau.
"Kamu terlalu pintar Azura. Menginginkan ku untuk menjadi mahar di pernikahan mu dan itu tidaklah mudah dan tidak mungkin karena aku sudah berada ditangan mu" ucap sang pangeran diatas meja.
"Karena itulah aku tidak akan menikah dengan siapapun. Karena aku tahu takkan ada yang mengetahui keberadaan mu"tawa tipis menghiasi wajahnya yang bersemu merah. Namun jauh didalam lubuk hatinya ia memang merasa senang karena mengira seluruh pangeran dan raja di Kerajaan tetangga takkan mampu memenuhi syarat yang ia berikan.
Namun sang pangeran naga tahu akan ada seseorang yang mampu melawan nya nanti setelah kemunculan Xara. Maka Demon lah yang akan muncul dan mencarinya.
Sang pangeran terdiam mematung jika kali ini bukan ia saja yang menjadi tujuan nya akan tetapi kerajaan dan Azura gadis yang membuat ia terlepas dari telur itu lah yang akan menjadi incaran selanjutnya untuk membuat sang pangeran naga takluk dan menyerahkan diri.
....
Bersambung...
(Otakku usah mentok)🤣