Villain Destiny
Author: £rðzêñ Hêår†§
TimeTravel
Kehidupan keseharian dari Pangeran Nyxian sebagai pewaris tunggal dari kerajaan Celestia bagaikan dongeng, semua permintaannya selalu dikabulkan oleh kedua orang tuanya tanpa bertanya, dia di manjakan, dicintai dan selalu mendapatkan kebahagiaan mutlak dalam hidupnya seakan tengah berada di surga.
Sore itu tepat ketika hari ulang tahunnya hujan turun membasahi jalan dan semua permukaan tanah serta membawa angin dingin, awan gelap kian menutupi cahaya mentari terdengar seperti sebuah melodi bagi telinga, meski begitu tak menghentikan orang dalam melaksanakan tugas mereka sepanjang hari.
Untuk menyampaikan keinginannya pada kedua orang tuanya Nyxian mengenakan pakaian berkilau serta berlapis emas juga berlian, meski saat itu dia menyadari bahwa dia diajak untuk melihat keadaan dalam kerajaannya tersebut, setiap kali permintaannya di kabulkan muncul kesombongan dalam dirinya.
“Selamat pagi, pangeran Nyxian.” ucap seorang pemuda yang mungkin seumuran dengannya. “aku adalah Mikha salah satu penjaga dari toko barang antik ini, kalo berkenan boleh melihat sekeliling sebentar.”
Ketika mendengar hal tersebut seketika seperti sebuah sambaran kilat di kepala Nyxian, ingatannya seakan bercampur aduk dan saling tumpang tindih satu sama lain, seolah mengetahui apa yang akan dikatakan oleh para NPC.
”Pangeran Nyxian, anda gak apa-apa? Mau aku panggilin dokter?“ tanya orang itu tampak kenaikan di wajahnya.
”Gak usah mikirin hal itu.“ Nyxian berdiri dan berakting seolah tak ada masalah terjadi. ”aku harus bertemu orang tuaku, jadi permisi.“
Setelah mengatakan hal tersebut Nyxian berbalik dan ingin meninggalkan toko tersebut, namun perasaannya seakan menariknya untuk melihat sekeliling tempat tersebut, walau dirinya sedikit risih ketika harus mendengar ocehan para NPC yang hampir tidak ada bedanya setiap kali ada orang memasuki toko.
”Aku bisa kok nemenin pangeran buat jalan jalan.“ ucap orang itu, wajahnya tampak ramah dan tanpa ada rencana tersembunyi di balik kebaikannya. ”semua ini adalah barang yang gak bakal bisa ditemuin saat ini di tempat lain.“
Saat sedang berbincang bincang, seorang gadis berambut pirang berjalan di depannya, dan seketika Nyxian tahu identitas dari gadis tersebut. ”Xiao Mei Chan.“ entah kenapa nama itu seakan terlintas begitu saja.
Mei Chan yang mendengar namanya di sebut menatap sosok di belakangnya. ”jangan harap kalo kamu tahu nama aku bikin aku hormatin manusia songong kayak kamu.“
Namun sebelum mengucapkan sesuatu, pemilik toko tersebut sudah membuka suaranya. ”Tolong Maafin anak aku Mei, dia masih terlalu muda untuk meninggal.“ ucap pemilik toko tersebut, kali ini suaranya lirih.
”Tenang aja karena aku gak ada niat buat lakuin hal semacamnya itu.“ ucap Nyxian dan langsung meninggalkan toko tersebut apalagi rasa penasarannya seakan telah terbayarkan, dia lalu melanjutkan perjalanannya hingga lupa tujuan awalnya adalah mengingatkan kedua orang tuanya untuk memberikan kado ulang tahun.
Namun saat berada di rumah Nyxian menatap ke arah balkon, di sana kedua orang tuanya tengah berdiri dan menatap tajam seolah dia baru saja melakukan sebuah kesalahan besar.
Ratu Felicia sekaligus ibu dari Nyxian berdiri sambil menghentakkan kaki ke lantai. ”bukannya sudah ibu kasih tau sebelumnya buat selalu bawa seorang penjaga kalo kamu keluar dari istana?“ ucapnya sambil berteriak dengan suara tinggi. ”ini semua tuh demi kebaikan kamu juga, gimana kalo di luar sana ada kelompok organisasi pemberontak? Ato orang dengan niat jahat sama kamu?“
”Aku benar-benar minta maaf, bunda.” Nyxian menundukkan kepala seakan merasa bersalah, walaupun sebenarnya dia hanya tidak ingin melakukan kontak mata, atau kebohongannya mungkin akan terlihat.
Raja Arnold menepuk pundak anaknya sambil berkata. ”kami gak ada maksud bikin kamu merasa bersalah, tapi itu adalah bentuk cinta kami kepada kamu, dan kalo kamu udah lebih tenang bisa gak temuiin kita di aula pertemuan?“
Setelah mengatakan hal itu mereka pun pergi meninggalkan balkon, sementara Nyxian yang masih belum menerima kenyataan pergi ke arah kamarnya, salah satu tempat kesayangannya dan sering curhat, apalagi ketika orang tuanya sedang sibuk dan dia hanya sendirian.
Di satu sisi Nyxian merasa bahagia setelah mendapatkan kesadarannya, meski di lain sisi hal iti semacam kutukan yang membawa dampak buruk baginya, mengetahui sesuatu hal tabu bukanlah sebuah pencapaian.
Hidupnya kini terasa seperti sebuah sebuah ilusi dari sebuah kisah yang jalan cerita atau bahkan pilihan dan pemikirannya tertulis serta telah di tentukan, hatinya terasa sakit meski hanya bagian dari kisah fantasi.
Dengan sebuah pulpen dan kertas di tangannya, Nyxian mulai menuliskan kegiatannya sepanjang hari secara detail termasuk jam serta detiknya, bahkan hampir separuh dari perkataan para NPC bisa dia hafal meski tak secara rinci, karena mereka selalu mengucapkan kata yang sama.
'𝘒𝘢𝘭𝘰 𝘬𝘦𝘯𝘺𝘢𝘵𝘢𝘢𝘯 𝘤𝘶𝘮𝘢 𝘬𝘢𝘺𝘢𝘬 𝘪𝘭𝘶𝘴𝘪, 𝘵𝘦𝘳𝘶𝘴 𝘢𝘱𝘢 𝘢𝘳𝘵𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘦𝘣𝘶𝘢𝘩 𝘪𝘭𝘶𝘴𝘪 𝘪𝘵𝘶?' gumam Nyxian. '𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘬𝘶 𝘢𝘯𝘨𝘨𝘢𝘱 𝘱𝘦𝘯𝘵𝘪𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘢𝘩𝘬𝘢𝘯 𝘭𝘦𝘣𝘪𝘩 𝘮𝘪𝘳𝘪𝘱 𝘥𝘢𝘶𝘯 𝘫𝘢𝘵𝘶𝘩 𝘬𝘦𝘵𝘪𝘬𝘢 𝘥𝘪𝘵𝘪𝘶𝘱 𝘢𝘯𝘨𝘪𝘯, 𝘪𝘯𝘪 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢 𝘬𝘢𝘺𝘢𝘬 𝘭𝘢𝘨𝘪 𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘶𝘳𝘶𝘵𝘪 𝘬𝘦𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘱𝘦𝘯𝘶𝘭𝘪𝘴 𝘤𝘦𝘳𝘪𝘵𝘢 𝘥𝘪 𝘭𝘶𝘢𝘳 𝘴𝘢𝘯𝘢?'
Nyxian tampak sedikit lelah akan semua hal baru saja dia ketahui, kepalanya seakan di penuhi oleh berbagai macam pengetahuan yang selama ini tak dia ketahui, dia memejamkan mata sambil mencoba mengingat beberapa teknik sihir miliknya, namun bukan berarti dia bisa menguasainya dalam waktu beberapa jam saja.
Meski sebenarnya Nyxian ingin meminta bantuan dari kedua orang tuanya tapi ada masa ketika dirinya ingin menjadi sukses, meski tanpa di bantu oleh orang lain termasuk keluarganya sendiri, hingga sesuatu terlintas di kepalanya.
Nyxian berjalan mengelilingi kamarnya selain untuk mencari tahu tentang sejarah kerajaan Celestia tapi juga untuk menguak misteri di balik kesadarannya, apakah semuanya hanya kebetulan atau takdirnya untuk mengubah masa depan.
Meski rasa kantuknya kian bertambah karena selama beberapa hari terakhir dia selalu memikirkan tentang acara ulang tahunnya, hingga tak tidur nyenyak dan membuatnya hampir tidak bisa menyelesaikan tugas sebagai seorang pangeran, walau sebenarnya dia ingin memiliki seorang adik tapi tak mungkin hal itu akan di kabulkan.
”Kalo aku tidur selama beberapa menit aja, mungkin aku bisa ngerayain acara ulang tahun dalam kondisi prima.“ Nyxian berjalan ke arah kasurnya lalu merapikan beberapa barang sebelum menyandarkan kepalanya di atas bantal.
Sebelum akhirnya berada di alam mimpi, Nyxian merasa seperti ada orang yang memanggilnya meski suaranya dekat tapi terlihat begitu jauh, dan seketika dia pun tertidur tepat di hari ulang tahunnya, serta melewatkan keindahan serta kemeriahan acara tersebut.
”Selamat ulang tahun untukku—“ pandangannya seketika melihat bahwa hari itu telah pagi.
Hangatnya sinar matahari pagi seakan masuk melewati jendela, serta mberikan kehangatan serta ketenangan meski hanya sesaat, Nyxian mengusap mata sembari bersiap untuk menemui kedua orang tuanya, dan seketika membuatnya tersadar bahwa selama ini dia belum melepaskan pakaian glamornya ketika beristirahat tidur.
Mungkin karena Nyxian berharap bahwa dia hanya akan tertidur sebentar, dan dengan langkah pasti dia berjalan melalui lorong hingga sampai ke ruang aula pertemuan, dan nerharap bahwa hadiah ulang tahunnya lebih meriah dari tahun sebelumnya.
Dalam lamunannya Nyxian menatap langit-langit kamar, namun rasa penasaran terhadap ingatan yang kian tumpang tindih seakan mempertanyakan identitasnya sebagai seorang pangeran, apakah dirinya benar nyata atau hanya ilusi ciptaan seseorang, satu kata seolah terngiang dalam kepalanya diikuti oleh ingatan ketika dirinya di bunuh oleh sang karakter utama menggunakan pedang 'anti sihir'.
”Apa ini? Villain? Aku? Tapi?“ seketika dunia Nyxian seakan terhenti bahkan kepalanya menjadi sakit. ”kenapa semua perkatan qku ada di sini? Kenapa? Apa ada seseorang yang mematai kegiatanku? Dan lagi siapa Eleazar ini?“
Seketika Nyxian merasakan sakit tak tertahankan di kepalanya, seakan seluruh dunianya menjadi runtuh ketika dirinya sadar hanyalah bagian dari sebuah kisah fantasi dari orang tak pernah ditemui atau dikenalnya, sementara di depan pintu kamarnya terdengar suara ketukan pintu yang memanggilnya untuk segera bertemu dengan kedua orang tuanya.
"Aku harus bersikap seperti biasa." ucap Nyxian pada dirinya sendiri.
Setelah selesai berganti pakaian Nyxian menyusuri lorong dan akhirnya sampai di tempat pertemuan yang biasa di gunakan oleh keluarganya, namun kali ini ada sesuatu tampak berbeda karena ada seorang anak berdiri di sana dengan pakaian lusuh.
"Kau sudah datang, Nyx." ucap ayahnya atau Raja Ferdinand.
"Jadi ada perlu apa denganku, ayah?" tanya Nyxian.
"Karena kau selalu sendiri maka ayah juga ibu memutuskan mengadopsi seorang anak bernama Eleazer sebagai adikmu." jelas ayahnya sambil memperkenalkan anak di samping.
"Semoga kalian akrab." lanjut ibunya.
"Tapi aku bahagia kok sendiri." ucap Nyxian sambil tersenyum.
"Tapi setidaknya berikan kesempatan ya." ucap ayahnya namun seketika ekspresinya berubah ketika melihat ada sesuatu yang berbeda pada sikap anaknya. "Nyx, apa kau baik baik saja? Wajahmu tampak pucat loh."
"Aku benar benar tidak apa-apa kok." jawab Nyxian sambil menyembunyikan perasaannya
"Kalau begitu bagaimana kalau kalian berkeliling di sekitar taman? Mungkin kalian bisa mempererat hubungan sebagai kakak adik." ucap ayahnya.
"Tentu saja akan kulakukan." Nyxian berjalan dan berhenti di depan anak itu lalu mengulurkan tangannya. "ayo ikut aku."
Tanpa perasaan curiga sama sekali Eleazar pun mengikuti Nyxian menuju ke taman, dan terlihat bahwa mereka tampak dekat setelah membicarakan sesuatu yang mungkin tidak punya hubungan sama sekali.
'Bicaramu cukup baik sih, tapi aku tetap membencimu bahkan akan kurebut semua milikku.' batin Nyxian sambil menyembunyikannya dalam sebuah senyuman palsu
Cuaca saat itu sangat panas dan seorang pelayan membawakan minuman es ke arah mereka yang di tanggapi dengan senyuman menghiasi wajah mereka walau untuk alasan berbeda.
Setelah melihat bahwa mungkin itu adalah kesempatan baginya, Nyxian merapalkan mantra dan seketika minuman itu terjatuh lalu membasahi pakaian dari Eleazar, namun ada satu hal membuatnya penasaran dan mencoba mengingat tentang kejadian di taman tersebut, tapi sebelum itu ia memutuskan melakukan akting agar terlihat natural.
"Kamu gak apa-apa kan, adik?" Nyxian mengambil kain dan mencoba membantu menggeringkan pakaian adiknya. "ini pasti salah dari pelayan ini, gak punya mata kali."
"Gak apa-apa kok, lagian ini cuma kain ntar juga nodanya ilang abis di cuci." ucap Eleazar sambil membersihkan pakaiannya
"Waduh maaf tuan, karena salahku—"
"Itu bukan masalah besar kok." ucap Eleazar, tampak wajahnya tengah bahagia meski sedang mengalami kesulitan.
'Kita lihat sampai sejauh mana kebaikanmu itu bisa bertahan.' gumam Nyxian pada dirinya. 'akan kupastikan bahwa suatu hari kau tidak akan pernah bisa tersenyum lagi.'
Melihat adiknya sedang pergi mengganti pakaian, Nyxian memejamkan mata sambil memikirkan rencana selanjutnya agar sang adik bisa segera menghilang dari kehidupan damainya.
"Apa aku harus mengatakan permintaan maaf? tapi itu adalah hal yang tidak akan pernah kulakukan." ucap Nyxian sambil menatap ke arah taman kerajaan. "apa rencana adikku untuk mengalahkan rencana sempurnaku."
Namun selama Nyxian memandang ke arah adiknya pergi, sekilas ingatan masa lalu Eleazar terlintas dalam kepalanya dan hampir membuatnya menitihkan air mata, meski segera dia hapus agar tak membuat kesalahpahaman.
Saat itu Nyxian mendapati dirinya berada di dalam sebuah panti asuhan kecil, dan tentu saja hal itu di ketahuinya karena dari semua hiasan dinding pasti itu adalah bagian kecil dari ingatan sang adik, di depannya berdiri dua orang sepasang suami istri, kelihatannya adalah keluarga lama dari Eleazar.
Namun sebelum melihat lebih jauh ke dalam ingatan sang adik, Eleazar datang sembari membawa nampan berisi makanan, dengan sebuah senyuman lembut nan hangat tanpa kecurigaan menawarkan kue tersebut kepada kakaknya.
'Pasti dia menaruh racun di dalamnya.' Nyxian menatap kue di depannya tapi tetap waspada. 'aku yakin semua ini untuk balas dendam saja.'
"Kak Nyx? Apa ada masalah? Ntar kalau gak makan kuhabisin semua kuenya loh." ucap Eleazar sambil bercanda.
"Tentu saja akan kumakan." Nyxian tertawa namun ia menggunakan sihir tipe scan untuk mencari tahu bahan dari kue itu.
Namun walaupun telah menggunakan kekuatan sihirnya beberapa kali tidak di temukan ancaman atau bahaya yang terkandung di dalamnya, tapi hal itu tidak membuatnya senang justru sepertinya sebuah ide tersirat di kepalanya.
Dengan satu lambaian tangan Nyxian meniru sihir yang pernah di gunakan oleh para ksatria raja iblis, dan tentu saja ketika memakan kue tersebut membuat perutnya menjadi sakit tak tertahankan.
"Kak Nyx, apa baik-baik aja? Mau kupanggilkan dokter?" Eleazar berjalan mondar mandir bahkan keringat bercucuran dari kepalanya. "apa itu karena makanan yang aku bawakan? Kak, tolong tunggu di sini aku akan segera kembali."
Secepat kilat Eleazar berlari melewati taman dan mencari keberadaan dari dokter atau penyihir meski kakinya seakan hampir terlepas dari tubuhnya namun dia berusaha agar bisa menemukan seseorang yang bisa menyembuhkan semua penyakit, hingga akhirnya ia berhasil bertemu dengan seorang gadis setelah perjalanan seperti satu abat itu."
"Permisi." ucap Eleazar, nafasnya terengah engah.
"Ada apa?" tanya gadis itu sambil menatap, meski dia sudah tahu tujuan pemuda itu menemuinya.
"Kakakku mengalami sakit tak tertahankan, tolong sembuhkan dia." air mata mengalir dari sudut mata Eleazar seakan tidak ingin kehilangan apapun yang ia miliki.
"Berikan obat ini dan dijamin kakakmu akan segera sembuh." gadis itu menberikan sebuah botol ramuan. "harganya 150 keping emas."
"Tapi aku tidak punya uang sebanyak itu." ucap Eleazar. "bisakah aku menyicil?"
"Asal kau membayarnya, karena jika tidak maka nyawamu yang akan menjadi bayarannya." ucap gadis itu.
"Kau bisa pegang kata-kataku." jawab Eleazar.
Tapi ketika akan pergi gadis itu menahan tangannya. "kalungmu sepertinya berharga, bayar pakai itu saja."
"Ini adalah pemberian dari Raja juga Ratu, tak mungkin aku memberikannya—"
"Jadi nyawa kakakmu tidak lebih dari kalung itu?" tanya gadis itu. "bulatkan tekadmu, jika kau benar-benar ingin menyelamatkan seseorang maka bersiaplah untuk kehilangan sesuatu yang setara."
Di landa oleh dilema Eleazar menatap kalungnya serta botol di tangannya, ia tampak bingung akan pilihan yang akan di buat. "kalau begitu ambil saja kalungnya—"
"Maaf aku hanya bercanda tadi." gadis itu melepaskan hoodie yang ia kenakan. "sebelum kita mengobrol lebih jauh, perkenalkan namaku Esterlitha Frans, kau bisa memanggilku apa aja."
"Kalau gitu terima kasih kakak Itha, aku berjanji akan membayar uang dari obat ini." ucap Eleazar sembari berlari ke tempat dari kakaknya menunggu.
Saat Eleazar berlari kembali menuju tempat Nyxian berada sambil membawa ramuan yang ia dapatkan sebelumnya, fikirannya penuh dengan kekhawatiran serta kecemasan akan kesehatan sang kakak, bahkan ia tidak ingin berhenti sebentar hanya untuk beristirahat. Langkah kakinya seolah mengatakan bahwa ia harus segera sampai, meski harus melawan waktu.
"Kak Nyx." Eleazar mencari sekeliling area taman, hingga pandangannya terhenti ketika melihat kakaknya.
Sementara itu Nyxian yang masih merasa sakit karena perbuatannya sendiri hanya bisa memegang perutnya, sambil memikirkan rencana untuk menyingkirkan serta melenyapkan adik angkatnya tersebut.
"Ini obatnya." Eleazar memberikan ramuan di tangannya sambil membantu kakaknya berdiri.
"Terima kasih." ucap Nyxian sambil meneguk ramuan tersebut. "kau memang baik sekali padahal kita baru saja bertemu hari ini."
"Kakak adalah keluarga baruku, dan itu berarti kita harus saling melindungi." Eleazar tersenyum polos seakan tak menyembunyikan sesuatu. "tapi maaf ya karena kue buatanku kakak menjadi sakit seperti ini."
Semakin memikirkan kesalahannya membuat Eleazar menjadi sedih bahkan ia sampai menangis. "aku tidak ingin kehilangan keluarga lagi."
"Begitu ya, aku juga senang bisa memilikimu sebagai adik." namun dalam fikiran Nyxian adik angkatnya hanyalah sebuah penghalang.
Melihat adiknya menangis membuat sesuatu dalam diri Nyxian seperti bahagia, walaupun itu hanyalah sebagian kecil dari rencananya karena semua hal yang terjadi adalah awal dari rencana awal.
Mereka mengobrol sebentar tentang kehidupan si tempat baru serta keindahan di taman tersebut, yang tentu saja semua itu membuat Eleazar melupakan semua kejadian menyedihkan, mereka tampak dekat selayaknya kakak adik.
'Jangan kira kau bisa meluluhkan hatiku dengan senyuman palsumu, karena sebentar lagi semua yang kau miliki akan kurebut satu-persatu.' gumam Nyxian pada diri sendiri. 'dan kalau tidak salah dalam buku tertulis bahwa kau akan bertunangan dengan putri Amanda.'
"Kak Nyx, gak apa-apa?" wajah Eleazar tampak begitu khawatir. "mau kuambilkan obat? Atau meminta seseorang untuk—"
Sebelum melanjukan perkataannya seorang pelayan berdiri di depan mereka seperti akan mengatakan sesuatu namun tidak ingin mengganggu kegiatan dari kedua pangeran tersebut.
Menyadari bahwa ada orang berdiri di samping Eleazar menatap. "ada perlu apa ya?"
"Perintah dari Yang Mulia bahwa kalian di tugaskan untuk pergi ke kerajaan tetangga." pelayan itu membungkuk ketika berbicara.
"Sekarang juga?" Eleazar menatap sekeliling dan tampak panik.
"Iya, dan kendaraannya telah di persiapkan." pelayan itu mundur beberapa langkah ke belakang dan menunjukkan sebuah kereta kuda.
"Kenapa kudanya berwarna hitam?" Nyxian tampak tidak senang akan hal itu. "pergi dari hadapanku dan ganti dengan yang lebih baik."
"Tapi, tuan Nyx—"
"Apa katamu? Sepertinya kau sedang habis menelan sabun hingga tidak mengetahui tempatmu ya?" Nyxian tampak kesal dan geram karena merasa tidak di hargai.
"Sudahlah kakak, mungkin dia hanya ingin agar lebih akrab dengan kita." ucap Eleazar berharap agar kakaknya sedikit bersabar.
'Sial, aku malah mengikuti skrip dalam buku sialan itu.' gumam Nyxian. 'aku harus terlihat baik di depan semua orang terlebih khusus adikku yang bodoh ini.'
Setelah berdebat dengan fikirannya Nyxian tersenyum. "Mungkin aku sedikit berlebihan, pasti karena efek panas saat ini." ucapnya sembari menahan rasa kesal. "kalau begitu, terima kasih telah menyediakan kereta ini karena kuyakin pasti sulit."
"Tidak juga kok, tuan." ucap pelayan itu.
Namun ketika pelayan itu akan pergi Eleazar menahan bahunya. "tunggu, kau belum memperkenalkan namamu?"
Merasa aneh Nyxian bergumam. "buat apa kita tahu nama dari karakter gak penting, mereka hanyalah NPC."
"Annette Linda." ucapnya sambil menundukkan kepalanya.
"Nama yang bagus Anne." ucap Eleazar sembari tersenyum manis. "kalau begitu kami pergi dulu."
Mereka pun berjalan ke arah kereta tersebut namun langkah Nyxian terhenti ketika melihat roda serta kemudinya, tampaknya ia masih belum mempercayai orang lain jadi semua roda di periksa secara seksama bahkan isinya pun tidak luput dari pencarian.
"Kayaknya aman deh, kita bisa berangkat." ucap Nyxian lalu duduk di samping adiknya.
"Kakak Nyx ngapain ya? Kok sampai segitunya memeriksa kereta ini." tanya Eleazar yang tampak tidak mengerti.
"Kau akan tahu jika waktunya tepat." ucap Nyxian sambil menyembunyikan kebencian.
Saat di tengah jalan sepertinya ada sedikit kemacetan hingga membuat Nyxian menjadi kesal bahkan sampai menghentakkan kaki di dalam kereta.
"Panas banget hari ini." Nyxian tampak tak sabaran ingin bertemu dengan pacar masa depan adiknya.
"Mungkin saja ada masalah di tempat tujuan, sebaiknya kita bersabar sejenak." ucap Eleazar.
Tak lama kemudian kereta tersebut pun berjalan hingga angin sejuk mulai memasuki ruangan dalam kereta, hingga membuat Nyxian sampai ketiduran, tanpa di sadari mereka telah sampai di tempat tujuan.
"Permisi, kita sudah sampai." ucap seorang pria yang membawa kereta tersebut.
"Apa iya?" Nyxian langsung terpanah ketika melihat air mancur indah dan sangat harum. "inikah kerajaan Nightshade?"
"Terlihat indah dan udaranya tak terlalu panas juga." ucap Eleazar seraya menikmati pemandangan di sana. "sayang banget kita gak lihat pas perjalanan ke sini."
"Dan aku malah ketiduran." Nyxian tampak kesal serta merasa itu adalah sebuah kelalaian. "tapi lain kali pasti berhasil."
Mereka lalu memasuki kerajaan itu yang di penuhi oleh berbagai macam orang lalu lalang dan tampak bahagia dengan kegiatan mereka, seperti sebuah tempat makmur, bahkan hal itu jarang di temukan di kerajaan mereka.
Awalnya mereka berniat untuk pergi langsung ke istana kerajaan namun langkah kaki mereka terhenti di depan sebuah rumah makan yang terletak samping sebuah sungai, serta hampir tak ada satu sampah terlihat.
"Gimana kalau kita mampir sebentar?" Eleazar menatap penuh harap. "sebentar aja, boleh ya?"
"Kayaknya gak usah deh, sampe di sana pasti kita bakal dikasih jamuan." ucap Nyxian. "ntar gak bisa makan lagi kalau udah kenyang."
"Tapi aku lapar banget." Eleazar tampak kecewa namun ia juga tak ingin membuat keributan.
Wajah Eleazar tampak murung dan sangat sedih, hingga membuat kakaknya menjadi tidak enakan. "ya udah kita mampir buat beli roti doang."
"Beneran? Makasih ya kakak Nyx." Eleazar memeluk erat kakaknya dan tampak begitu senang. "kau adalah kakak terbaik di dunia."
"Tentu saja aku akan mengabulkan permintaan dari adikku tercinta." Nyxian tersenyum namun di baliknya tersembunyi sebuah rencana baru.
Wajah Eleazar pun menjadi berbinar binar ketika melihat dekorasi di rumah makan tersebut dan bahkan mengingatkannya dengan suasana rumahnya yang dulu.
"Wah keren." ucap Eleazar.
"Mau duduk di sini aja?" Nyxian menujuk ke arah meja dekat pintu.
Eleazar hanya mengangguk tanpa mengatakan apapun dan datang seseorang sembari membawa kertas serta pulpen. "mau pesan apa?"
'Entah kenapa tapi perasaanku berkata bahwa pelayan ini seperti menyembunyikan sesuatu.' Nyxian tampak waspada pada orang di depannya meski orang itu tersenyum ramah.
Rasa waspada dalam hati Nyxian perlahan semakin tingggi hingga membuatnya memperhatikan sang pelayan tersebut dengan tajam tapi berusaha menyembunyikan kecurigaannya di balik senyum tipis.
Sementara itu, Eleazar tampak antusias wajahnya berbinar binar penuh kebahagiaan karena merasa kangen dengan suasana rumahnya hingga berada di sana memberikan kesan hangat dan ramah jauh dari kerumitan istana.
"Aku mau pesan roti lapis isi sayur." ucap Eleazar sembari mengoyangkan kaki karena kegirangan. "kalau kakak Nyx?"
"Aku? Sama aja dengan pesananmu itu." ucap Nyxian yang masih saja menatap pelayan tersebut.
Dalam hati Hiziel ia menatap semua orang memiliki rencana buruk terhadapnya bahkan dengan orang yang baru saja di temui, hal itu termasuk juga untuk adiknya, semua orang pasti memiliki niat buruk di balik sebuah kebaikan.
Itulah sebabnya Nyxian tidak punya teman dan selalu menyendiri, namun bukan berarti dirinya sering di bully malah justru sebaliknya karena siapapun yang menyentuhnya bakal pergi ke rumah sakit akibat trauma, namun anehnya orang2 tersebut gak pernah sekalipun menyebut namanya.
'Cengar cengir aja kamu, sat.' gumam dalam hatinya sambil menatap wajah polos sang adik. 'bikin kesal aja kamu.'
"Kakak Nyx bosan ya nungguin?" tanya Eleazar. "tapi kesabaran adalah bagian dari hidup, itu yang mama aku ajarkan."
'Kamu lihat mukaku gak? Emang aku peduli ama hidupmu? Persetan dengan kau.' Nyxian tetap berusaha tersenyum meski aslinya ia sangat kesal. 'lihat aja nanti sok baik, semua senyuman di wajahmu akan menghilang di gantikan perasaan sedih mendalam.'
Tak lama kemudian pelayan tersebut membawa dua buah nampan berisi roti yang mereka pesan dan di letakkan di atas meja lalu tersenyum. "silahkan nikmati makanannya." ucapnya kemudian beranjak pergi.
"Cih, sok baik." gumam Nyxian.
"Wah tampaknya lezat." Eleazar tak bisa mengalihkan pandangannya dari makanan di depannya."
Dengan sebuah senyuman Nyxian menatap ke arah sekeliling untuk memastikan tidak ada orang yang mengawasi atau melihatnya, ketika di lihat keadaan aman ia pun mengambil botol saos dan berpura-pura memberikannya pada adiknya namun berakhir malah memberikan semua isi dari botol tersebut.
"Waduh aku sungguh minta maaf, aku tidak berniat memberikan semua saosnya." ucap Nyxian sambil membantu adiknya menyingkirkan kelebihan dari saos tersebut. "kau bisa mengambil roti milikku."
"Gak apa-apa kok aku suka makan pedas, makasih ya udah bantuin." ucap Eleazar sambil memasukkan roti tersebut ke dalam mulutnya.
Meski begitu wajah Eleazar tampak begitu merah seperti tomat matang, namun ia tetap berusaha agar kakaknya tidak terlalu mengkhawatirkan dirinya atau merasa bersalah akan kejadian barusan.
Padahal di sisi lain Nyxian tampak senang, kini ia terlihat begitu menikmati roti lapis, bahkan ia memejamkan mata sambil membayangkan hal baik yang mungkin terjadi jika adiknya tidak ada, namun karena adiknya kepedasan ia sengaja menghabiskan semua air minum dari ketel.
"Pedesnya." gumam Eleazar namun masih terdengar jelas.
"Waduh maaf aku lupa kalau kamu kepedasan." Nyxian berkata menunjukkan wajah bersalahnya. "aku akan meminta pelayan untuk mengambilkan air."
"Gak apa-apa kok." ucap Eleazar. "begini doang mah aku bisa tahan."
'Sial banget nih brengsek.' Nyxian menggenggam tangannya dan membuat garfu di tanggannya menjadi bengkok. 'kalau gitu kita pergi ke istana aja deh.'
Sebelum pergi mereka berjalan ke arah kasir lalu membayar semua makanan, lalu berjalan ke arah pintu depan hingga seseorang berdiri di depan mereka menghalangi jalan.
'Minggir, sialan.' Nyxian mencoba tersenyum namun perasaan kesalnya semakin bertambah.
"Cokelat ini untukmu, karena kau kelihatan sangat menderita." gadis itu menyerahkan sebuah cokelat kepada Eleazar lalu berlari pergi.
"Terima kasih." ucap Eleazar sambil memegang cokelat di tangannya.
"Apa kau tidak merasa aneh jika ada orang asing memberikan sesuatu?" Nyxian tampak risih ketika adiknya mendapat perhatian lebih di bandingkan dirinya. "bagaimana kalau ada racun—"
Tapi sebelum menyelesaikan perkataannya Eleazar ternyata telah menghabiskan semua cokelat itu tanpa tersisa sedikitpun, hanya tertinggal sebuah plastik kosong tempat yang di gunakan membungkus cokelat tersebut.
Melihat itu membuat Nyxian terdiam. "kamu dengar perkataanku gak sih? Kok makan gitu aja? Gimana kalau ada racunnya?"
"Tapi kayaknya gadis itu baik banget deh, wajahnya aja terlihat polos." ucap Eleazar sambil membayangkan wajah baik gadis asing yang membantunya. "tapi salahku sih harusnya aku membaginya dengan kakak."
"Kayaknya itu bukan masalah besar deh, kereta kita udah nungguin nih." seperti biasa Nyxian berhenti di depan roda seraya mengecek keadaannya. "ok, aman."
"Kakak terlalu teliti deh, santai aja kali." ucap Eleazar sambil menepuk pundak dari kakaknya.
Namun hal itu tidak membuat Nyxian menjadi tenang malahan sebaliknya fikirannya menjadi sangat panik hingga membayangkan bahwa sebenarnya semua orang di sekelilingnya merencanakan sebuah keburukan dan mungkin berniat menyingkirkan dirinya.
'Kenapa kau selalu tersenyum setiap saat.' gumam Nyxian. 'kamu gak tinggal di dalam dunia fantasi— eh tunggu bentar kita kan emang di cerita novel dan kau pusatnya sebagai peran utama.'
Sementara Eleazar mengagumi pemandangan di sepanjang perjalanan mereka, Nyxian merencanakan sesuatu agar bisa menghilangkan senyuman dari wajah adiknya hingga membuatnya tidak bisa melihat keindahan alam.
Perjalanan mereka ternyata lebih lama dari dugaan karena saat tiba di istana waktu telah menunjukkan malam hari, bintang juga bulan pun telah menunjukkan wajahnya.
"Permisi, tapi kita telah sampai di istana kerajaan Nightshade." ucap pria itu sambil membantu membukakan pintu.
'Palingan cuma kegiatan seperti acara pertunangan saja.' Nyxian berjalan menuju ke arah pintu. 'bahkan mereka tidak membukakan pintunya, cih.'
"Apa mungkin mereka tengah mempersiapkan kejutan untuk kita? Gak sabar deh mau lihat apa itu." Eleazar tampak begitu bersemangat bahkan ia melompat kegirangan.
"Di dalam kepalamu apa hanya ada kebaikan saja?" Nyxian tampak bingung melihat ada orang naif kelewatan. "mereka itu ngundang kita tapi malah buat kita menunggu sampai keriputan."
"Kakak ternyata bisa membuat lelucon juga ya." Eleazar tertawa terbahak bahak karena berfikir mungkin kakaknya hanya menyembunyikan kebaikan dalam hati.
Karena kesal Nyxian menghentakkan kaki ke lantai sembari menatap langit, fikirannya bercampur aduk antara kesal, geram, marah, benci dan bosan.
"Bulan dan bintangnya indah ya?" Eleazar tampak tenggelam dalam keindahan alam. "kadang hidup akan indah jika kita bisa bersabar memghadapinya."
'Sok tahu kamu, kebaikan apanya? Kita aja udah kayak orang orangan sawah.' gumam Nyxian dalam hatinya.
Tiba-tiba dari belakang mereka terdengar suara langkah kaki yang kian lama semakin dekat, namun tidak diperhatikan oleh mereka berdua karena saat itu mereka sedang terlarut dalam fikiran mereka sendiri.
"Permisi." ucap orang asing yang berdiri di belakang mereka. "apa kalian perwakilan dari kerajaan Ediora?"
Merasa tengah di perhatikan Nyxian memutar tubuhnya dengan gerakan cepat, wajahnya memancarkan kewaspadaan tinggi seolah siap akan situasi terburuk, matanya memicing tajam seperti ingin mematahkan siapapun.
Di sisi lain Eleazar yang berdiri tampak tak mengerti situasi saat itu, ia hanya tersenyum seperti biasa polos, ramah tanpa memikirkan hal buruk.
"Kau siapa?" Nyxian mengepalkan tangannya seakan bersiap untuk mengeluarkan sihir. "beraninya datang dari belakang, gak tahu malu ya? Pengecut rendahan."
"Kakak Nyx, bukannya dia anggota kerajaan? Bahkan pakaiannya saja—"
"Lambang itu, mereka anggota dari pemberontak." ucap Nyxian tanpa menurunkan kewaspadaannya. "mereka menganggap bahwa teknologi lebih hebat dari sihir dan berniat menghancurkan semua pengguna sihir."
Orang yang sedari tadi tersenyum kini tertawa terbahak bahak seolah rencananya telah terbongkar, namun ia tidak merasakan gemetar sekalipun malah sebaliknya, orang itu mengeluarkan beberapa senjata dan mengklaim sebagai 'anti sihir'.
"Kerajaan Nightshade adalah tempat sihir tidak di perlukan, karena apapun yang kalian sebut energi sihir adalah kebohongan." ucap orang itu sambil menembakkan beberapa peluru.
Namun seberapa pun cepat peluru itu di tembakkan tidak bisa mengalahkan kecepatan dari Nyxian ketika menghindarinya sekaligus membantu adiknya agar tidak terluka.
"Sepertinya aku terlalu meremehkan pengguna sihir, kau bahkan bisa lolos dari semua peluruku—" orang itu menghentikan perkataannya sembari tertawa lepas.
"Berhenti tertawa karena tidak ada yang lucu di sini." bentak Nyxian yang tampak sangat kesal. "kau fikir bola kerikilmu bisa menggoresku? Mimpi saja sana."
"Apa begitu?" orang itu menatap sembari tersenyum licik. "perhatikan langkahmu sebelum bicara."
"Apa? Sial." Nyxian merasa sakit di sekujur tubuhnya seolah setengah kekuatan sihirnya lenyap.
"Bukankah sudah kuberitahu kalau sihir hanyalah sebuah bualan." ucap orang itu sambil tertawa seolah telah mendapatkan kemenangan.
Namun ketika orang itu menghampiri Nyxian serta Eleazar, dan pintu gerbang istana pun terbuka, di depan mereka berdiri seorang gadis berambut merah terang dengan rambut tergerai serta mata hijau zamrut mengenakan gaun keemasan.
"Maafkan keteledoran kami, karena membuat kalian menunggu di depan pintu." ucap gadis itu sambil tersenyum manis.
Tapi dalam fikiran Nyxian tidak ada orang yang penting selain putri Amanda, jadi ia hanya tersenyum seadanya dan tampak tidak tertarik dengan orang di depannya.
Dengan ramah putri itu bergeser ke arah tepi pintu dan mengizinkan Nyxian serta Eleazar untuk masuk ke dalam aula pertemuan, lalu berjalan mengikuti dari belakang.
Sesaat sebelum berada di dalam ruangan aula Nyxian teringat akan orang yang menyerang sebelumnya, namun di sana tidak tampak seseorang di sana hanya seorang kurir kerera duduk sambil menunggu dan beberapa saat seseorang menghampirinya dan berbincang sebentar.
"Apa ada masalah? Pangeran Nyxian?" Putri itu bertanya, wajahnya terlihat begitu khawatir.
"Aku tidak apa-apa." ucap Nyxian tanpa menatap wajah putri itu.
Mereka lalu berjalan dan berdiri di hadapan penguasa dari kerajaan Nightshade yaitu Raja Azarya Jarvis juga Ratu Elisabeth Sophia.
"Aku yakin kalian tahu tujuan kami memanggil kalian ke sini, benar kan?" tanya Ratu Elisabeth.
'Haruskah aku berkata kalau mereka berniat menjodohkan adikku dengan putri Amanda?' gumam Nyxian dalam hati. 'tapi kalau di tanya bagaimana aku mengetahui hal itu, yakali aku jawab dari buku misterius tua.'
"Tujuan kami memanggil kalian adalah menggabungkan teknologi dengan sihir." ucap Raja langsung pada intinya. "dan sebagai simbol kalian akan menikahi salah satu putri kerajaan kami."
"Klise banget gak sih tipikal novel romantis, udah mainstream kalau cerita kayak gini, udah basi" ucap Nyxian yang tanpa sadar mengucapkannya dengan suara lantang.
Semua orang di sana menatap Nyxian setelah perkataannya yang menyinggung dunia novel, mereka tampak asing dengan hal seperti itu bahkan mengira bahwa mungkin itu adalah bagian dari sihir, mereka berbisik satu sama lain padahal terdengar di seluruh aula.
"Harap tenang." ucap Ratu Elisabeth sambil menepuk salah satu tangannya di sisi kursi.
Mengetahui bahwa sang Ratu telah marah karena kegaduhan yang telah mereka buat sendiri, dan ketika keadaan mulai tenang Ratu menatap Nyxian dengan wajah bingung. "Apa maksud dari perkataanmu itu?"
"Aku minta maaf, sepertinya lidahku kepeleset hingga mengatakan hal yang tidak-tidak." ucap Nyxian sambil membungkuk tanda bahwa ia menyesal.
"Kurasa kalian pasti kelelahan setelah perjalanan jauh ini, jadi—"
Ratu Elisabeth menjentikkan jarinya dan seketika orang-orang datang membawa jamuan makan malam.
"Wah kayaknya semua ini lezat, ya?" ucap Eleazar ketika melihat makanan di depan matanya.
'Sepertinya aku sudah membuat adikku yang bodoh ini mempercayaiku, dan ketika ia lengah maka kebahagiaannya satu persatu akan kuambil.' Nyxian tersenyum penuh arti. 'untuk sekarang kita cosplay menjadi malaikat dulu, lalu tunjukkan tanduk di baliknya.'
Eleazar tampak bahagia karena ketika ia merasa terancam kakak tercintanya mencoba melindunginya bahkan hampir melukai dirinya sendiri, walau ia tidak tahu bahwa semua itu hanyalah topeng semata.
Selesai makan Ratu berdiri lalu memerintahkan kepada kepala pelayan untuk memberikan kamar untuk Nyxian juga Eleazar, awalnya di kasih dua kamar namun ditolak dengan alasan lebih baik bersama.
"Kalau begitu, kita lanjutkan pembicaraan tentang acara untuk besok hari." ucap Ratu Elisabeth yang langsung berjalan meninggalkan takhta di ikuti oleh Raja Azarya.
Ketika melihat takhta yang kini kosong mebuat sesuatu dalam diri Nyxian merasa terpanggil, keinginan yang awalnya hanya untuk merebut kebahagiaan adiknya kini menjadi lebih tinggi yaitu menguasai seluruh dunia manusia bahkan elf juga kerajaan iblis.
Senyum di wajahnya seakan tidak akan terhapus sampai rencananya tersebut tercapai, bahkan dalam fikirannya masih terlintas untuk menyingkirkan siapapun yang melawan ke absolutan kepemimpinannya kelak.
"Kakak Nyx—" ucap Eleazar ketika mereka telah tiba di depan pintu ruangan yang akan menjadi kamar tidur mereka untuk beberapa saat.
'Kayaknya di dunia ini kebanyakan NPC deh.' gumam Nyxian pada dirinya. 'tentu saja adikku yang paling pertama terhapus dari sini, secara di hanya adik angkat doang.'
Tanpa mereka sadari mereka tengah di ikuti seseorang, bahkan sampai ketika mereka akan pergi beristirahat.
"Kakak Nyx, apa sebenarnya kakak takut sendiri? Tapi sewaktu di rumah kan kamar kita sendiri-sendiri." ucap Eleazar kebingungan.
"Kau gak bakal tahu apa yang ada di sini, jadi lebih baik mencegah segala kemungkinan buruk." ucap Nyxian sembari menepuk pundak adiknya. "kau tidak akan bisa tahu isi hati serta fikiran seseorang."
"Begitu ya? Tapi kenapa kita masih di depan pintu saja?" tanya Eleazar. "aku udah sedikit ngantuk, jadi bisakah kita tidur sekarang?"
"Tentu saja." Nyxian membungkuk lalu membuka pintu kamar tersebut.
Namun sesuatu tak ia beritahu pada adiknya. 'aku merasa seolah ada yang mengawasi, kenapa selalu saja ada orang jahat di dunia ini? Heran deh, kerjaannya cuma ngikutin orang aja.'
"Kakak Nyx, ayo masuk." ucap Eleazar sambil menarik lengan kakaknya
Nyxian mengikuti tarikan adiknya dan masuk ke dalam kamar yang telah disiapkan oleh pihak kerajaan Nightshade, meski ruangan tersebut luas dengan jendela tepat menghadap ke arah taman istana, di hiasi oleh tirai berwarna aestetic serta ukiran antik di sepanjang tempat itu. Cahaya lilin menerangi sudut ruangan memberikan suasana hangat namun juga mencurigakan
Namun apapun situasinya bagi Nyxian semua terasa hampa dab bahkan seperti sebuah jebakan yang di pasang khusus hanya untuk dirinya, di sisi lain adiknya langsung melompat ke arah kasur dan tampak begitu menikmati situasi damai serta tentram.
"Kakak Nyx, kenapa gak tidur? Besok kita masih punya pertemuan dengan Raja juga Ratu." ucap Eleazar yang tampak tampak acuh tak acuh.
"Apa kau merasa aneh dengan putri berambut merah itu? Kenapa warna matanya begitu—" Nyxian memegang kepalanya seolah kata-kata dalam fikirannya menjadi kosong. "aku bingung menjelaskannya—"
Tapi ketika melihat adiknya yang telah tertidur membuat Nyxian sadar bahwa selama ini tengah berbicara kepada dirinya sendiri, walau pun begitu tampaknya itu adalah waktu yang tepat untuk melancarkan rencananya.
Ketika akan menulis ternyata meski ruangannya begitu luas tapi tidak ada bangku ataupun meja, jadi Nyxian menggunakan kemampuan sihirnya dan membuat kertas di tangannya melayang di udara, dengan cermat ia menulis kegiatannya selama perjalanan menuju ke kerajaan Nightshade serta kesulitannya ketika bertemu dengan para anggota 'anti sihir'.
Namun sepertinya ada sesuatu yang kurang belum di tulis, tapi hal itu pun masih tidak di ketahui olehnya, ia lalu berencana mengambil buku 'Phantom Stage' namun betapa terkejutnya ia karena ternyata bahkan ransel yang ia bawa tidak ada di sana.
Fikiran Nyxian menjadi kacau, biasanya ia selalu menjadikan buku itu sebagai cara agar rencananya itu tidak bisa di prediksi oleh sang tokoh utama yang tidak lain adalah adiknya, merasa depresi ia lalu berjalan menuju ke arah jendela untuk melihat taman.
Entah kenapa di pojok taman berdiri siluet seorang wanita namun walaupun dalam kegelapan wajahnya terlihat begitu jelas, hingga membuat Nyxian menjadi kaget karena sosok itu tampak begitu dekat.
Karena kaget Nyxian mundur ke belakang lalu menutup tirainya agar tidak lagi melihat sosok aneh, namun bayangan orang itu terus melintas seolah sedang membayanginya.
"Di mana aku pernah melihatnya?" Nyxian menggigit ujung kukunya hingga ia teringat sesuatu. "itu putri yang kita temui beberapa waktu lalu kan? Kalau gak salah dia adalah saudara kembar dari putri Amanda."
Seketika Nyxian berfikir untuk mencari tahu latar belakang tentang kerajaan Nightshade, karena selama beberapa tahun terakhir ini dalam buku pelajaran ataupun buku sejarah dirinya tak pernah menemui nama dari kerajaan itu.
Dengan menggunakan sihir andalan miliknya Nyxian merapalkan mantra pada kertas lalu memunculkan beberapa tulisan yang membuatnya sedikit tersenyum seolah baru saja mendapatkan sebuah ide baru walaupun sedikit gila.
Dalam buku tersebut tertulis bahwa kerajaan Nightshade dulunya adalah wilayah dari kerajaan yang dipimpin oleh Raja Naga, lalu seorang pahlawan bernama Pedro menawarkan untuk bekerja sama serta membuat pernyataan damai, yaitu kedua pihak di larang menyerang atau membuat kerusuhan.
Hal tersebut di terima baik oleh pihak kerajaan Naga karena mereka ingin berbaur dengan manusia, namun beberapa tahun berlalu wilayah yang awalnya adalah milik bersama kini di klaim oleh pihak kerajaan manusia, bahkan dari sisi manusia membuat sebuah senjata ampuh untuk melawan pengguna sihir.
Sebelum melanjutkan isi dari tulisan tersebut terjadi semacam distorsi, dan muncul sebuah peringatan. "Jika kau mencari tahu lebih dalam tentang kerajaan Nightshade maka bersiaplah berada di dalam kegelapan tanpa ujung."
Hal itu membuat Nyxian menjadi panik, namun meski begitu rasa penasarannya tak bisa di hilangkan begitu saja, bahkan rasa kantuk pun tak ada hanyalah keingintahuan, tapi meski ingin membaca lebih jauh tidak ada informasi lain yang tertulis jadi semuanya sia-sia.
Dalam satu jentikkan jari Nyxian mengambil beberapa bahan dan membuat semacam ramuan yang akan di gunakan ketika waktunya tiba, efek dari ramuan itu membuat semua orang melihat semacam ilusi tak nyata di hadapan mereka.
Dengan senyuman licik di wajahnya Nyxian menyimpan ramuan itu lalu berbaring di atas sofa, perasaan nyaman membuatnya terlelap dan menuju ke alam mimpi.
Keesokkan harinya Nyxian yang selalu bangun lebih awal berjalan menuju ke arah jendela lalu membuka tirai hingga cahaya mentari hangat mulai memasuki ruangan itu, ia pun sepertinya telah puas akan rencana miliknya seraya berharap itu akan berjalan baik sesuai imajinasinya.
"Selamat pagi— kakak... Nyx." sapa Eleazar sambil mengusap matanya.
"Adik, kau udah bangun? Kayaknya kita harus segera bersiap untuk bertemu dengan Raja juga Ratu." ucap Nyxian, senyum di wajahnya seakan tak pernah mengilang.
"Jam berapa sekarang?" Eleazar tampak panik dan seperti orang yang baru saja terlambat pergi ke sekolah.
Dengan cepat Eleazar melompat dari kasurnya lalu berdiri dan berjalan menuju ke arah pintu, namun ternyata ia tidak mengenakan sendal jadi ia berbalik ke arah samping tempat tidur, merasa sudah lengkap ia berjalan ke pintu lagi namun kali ini ia lupa mengganti payama dengan pakaian formal.
Beberapa kali Eleazar pergi ke pintu namun kembali lagi karena lupa sesuatu, kakaknya yang melihat itu menjadi sedikit geram karena melihat ada cosplay dari setrika.
"Berhenti bolak balik." teriak Nyxian, matanya tampak memicing. "kalau mau pergi gak usah balik napa?"
"Soalnya tadi lupa." ucap Eleazar sambil menepuk kepalanya. "tapi pas di samping kasur jadi lupa tadi aku mau ambil sesuatu, tapi apa makanya balik siapa tahu ingatanku kayak dikit lambat."
'Alasan aja mulu kau itu, bilang aja pelupa susah amat.' gumam Nyxian melihat kelakuan adiknya yang seperti orang bodoh. 'asli dah malu akuin kamu sebagai adik, tapi kamu kan cuma adik angkat."
Setelah beberapa waktu Eleazar akhirnya memilih berdiri di depan pintu sambil mencoba mengingat kembali semua keperluan yang akan ia butuhkan ketika menghadap Raja juga Ratu, bahkan berlatih mengucapkan beberapa kata agar tidak membuat keributan atau bebrapa pihak sakit hati.
"Kamu gak usah fikirin para NPC itu, lagian pasti mereka bakal lupa kalau kita di sini." ucap Nyxian sambil meregangkan badan. "dan kayaknya kita butuh olahraga juga—"
"Woa, kok bisa—" Eleazar yang awalnya berada di depan pintu kini berdiri di depan kakaknya. "kirain kakak itu pemalas dan gak mau olahraga, kok bisa berotot gitu?"
"Apa maksud perkataanmu itu?" Nyxian menatap tajam seolah dirinya di ejek.
"Aku juga ingin memiliki body bagus kayak kakak." Eleazar berjalan ke arah pintu untuk memulai hari.
Namun tampaknya Nyxian merasa bahwa ada yang tidak beres dengan tempat itu, ia pun berlari ke arah adiknya sambil berteriak. "pintunya jangan di buka."
Namun suara Nyxian tampak tak tersampaikan pada adiknya yang saat itu telah menggenggam erat gagang pintu serta membukanya, langkah kakinya seakan terhenti ketika dari balik pintu berdiri seorang gadis berambut merah dengan kepulan asap di sekelilingnya.
Gadis itu masuk ke dalam ruangan lalu memukul kepala Eleazar hingga membuatnya jatuh dan membentur kerasnya lantai, ia lalu memandang sekeliling ruangan tersebut.
"Siapa kau?" Nyxian berjalan ke arah pintu untuk memastikan keadaan adiknya.
"Lumayan tapi tidak terlalu bagus." ucap gadis itu sembari mengibaskan rambutnya. "jika kau ingin bermain sebagai villain utama maka kau harus berusaha lebih keras lagi."
"Kau bukanlah putri dari kerajaan Nightshade, jadi siapa kamu sebenarnya? Dan di mana putri yang asli?" tanya Nyxian sambil menatap gadis di depannya.
"Apa aku harus mengatakannya?" gadis itu mengerutkan keningnya lalu berhenti sejenak. "aku adalah Valeria Stromedge, putri dari kerajaan Naga."
"Sudah kuduga sejak malam pertama aku dan adikku ke sini, kau tampaknya sedang menyamar." ucap Nyxian. "apa tujuanmu?"
"Aku punya sebuah tawaran, bagaimana jika kau mengikuti rencanaku dan dengan begitu semua keinginanmu akan terkabul." ucap Valeria sambil tersenyum lebar, menunjukkan gigi putihnya serta taring tajam si kedua sisi.
"Kau bahkan belum menjawan pertanyaanku." Nyxian menatap tajam, tangannya bersiap seolah akan mengeluarkan sihir.
"Apa iya?" Valeria mengerutkan kening mencoba mengingat lalu menjentikkan jari. "putri Clarissa sedang berada dalam dungeon di salah satu gua, dan untuk tujuanku tentu saja untuk merebut kerajaan ini kembali, apa lagi alasannya selain itu?"
"Kau berkata seolah—" seketika Nyxian bingung dengan apa yang akan ia katakan.
"Ayo kita bekerja sama, karena tujuan kita pada dasarnya sama." ucap Valeria sambil berjalan perlahan.
Dengan percaya diri Valeria mengelus pipi Nyxian, berharap bahwa pesona miliknya yang mampu meluluhkan hati setiap pria di dunia bisa menaklukan orang di depannya, serta berfikir mungkin bisa menjadikannya sebagai pengikut atau budak.
Namun hal yang tidak pernah di bayangkan oleh Valeria terjadi karena dengan erat Nyxian memegang tangannya sambil merapalkan mantra suci sehingga membuatnya terluka dan bahkan terpental menghantam kerasnya dinding ruangan tersebut.
"Aku tidak membedakan orang dari gender mereka, jika tak kusukai maka mereka akan berakhir mengenaskan." ucap Nyxian tampak percaya diri seraya bersiap menggunakan sihir anti ras Naga. "bersiaplah untuk mati karena kau berani menyentuh wajahku."
Sesaat sebelum Nyxian menyelesaikan mantra sihirnya dan siap untuk menyerang, Valeria menggunakan sisa kekuatannya untuk memanggil asap hingga memenuhi ruangan tersebut dan membuyarkan pandangan lalu menghilang.
"Masalahku hanya satu yaitu menyingkirkan para anggota pemberontak 'anti sihir' itu, tapi dengan kemampuanku saat ini—" Nyxian menggigit ujung kukunya dan terlihat sedikit kesulitan.
Sementara itu Eleazar yang tampak baru saja pingsan, berdiri sambil mengusap matanya, ia tampak sedikit kebingungan dan terlihat sedikit berbeda.
"Kakak Nyx, kenapa aku berada di lantai?" tanya Eleazar sambil menatap sekeliling. "apa ada yang aku lewatkan?"
"Lebih baik kau tidak mengetahui apapun." ucap Nyxian sambil mengulurkan tangan kepada adiknya. "Raja dan Ratu mungkin telah menunggu kita, sebaiknya kita segera bergegas."
"Baik." ucap Eleazar sambil meraih tangan kakaknya.
Mereka berjalan melalui balkon namun tampak ada sesuatu yang janggal, karena semua lorong itu terlihat sama meski telah berjalan lama tapi tidak terlihat ujungnya, walau bagi Eleazar hal itu semacam sebuah petualangan.
Tapi tidak bagi Nyxian ia merasakan adanya sebuah medan magnet yang mencegah semua jenis kekuatan sihir, kakinya terhenti di depan sebuah kursi menghadap air terjun sambil bergumam.
"Kalau aku tidak salah lihat tempat ini sudah kulewati sebanyak 3 kali." Nyxian tampak begitu heran melihat ada sesuatu yang bisa melampaui sihir.
Awalnya Nyxian merasa begitu antusias karena akhirnya ia berhasil menemukan sesuatu yang bisa menyaingi kekuatan sihirnya bahkan menekannya sampai pada titik ia tidak bisa menggunakan sihir tingkat rendah sekalipun, namun perlahan itu berubah menjadi perasaan kesal karena seperti berada dalam sebuah labirin tanpa akhir.
Setelah berfikir panjang Nyxian menatap adiknya dan merasakan bahwa mungkin ada sesuatu yang bisa ia lakukan, namun tidak ada satupun rencana miliknya nyangkut dalam fikirannya, hingga membuatnya semakin geram.
"Eleazar, coba kau pakai salah satu sihir milikmu untuk menghancurkan medan—"
Tanpa mendengar lebih jauh tentang rencana tersebut, Eleazar melompat ke arah tengah kolam air mancur dan menendang sekuat tenaga hingga pancurannya hancur lalu setelah mencari ia mengambil sebuah alat seperti tabung berwarna biru cerah dan membawanya untuk di berikan pada kakaknya.
Walau semua itu di luar dugaan dari Nyxian tapi karena medan magnet yang menghalangi kekuatan sihirnya hilang, ia pun menjadi nyaman dan sedikit lebih tenang.
"Kakak Nyx, apa tahu benda ini?" ucap Eleazar sambil menyerahkan tabung itu di tangannya.
"Gak tahu sih tapi—" ucap Nyxian sambil menggenggam tangannya hingga tabung itu hancur. "sekarang tinggal—"
Karena saat itu kekuatan milik Nyxian telah pulih, ia pun mengangkat tangannya dan seketika air mancur di tengah kolam itu kembali seperti semula dan bahkan seperti tampak tidak pernah terjadi apa-apa.
Tapi ternyata bagi warga kerajaan itu sihir merupakan salah satu hal paling tabu untuk di gunakan bahkan menyebutnya saja bisa membuat seseorang di hukum mati.
"Ayo kita pergi." ucap Nyxian sambil berjalan mencari aula pertemuan.
"Kakak Nyx, apa tidak masalah jika kita menunjukkan kemapuan sihir di depan semua orang." Eleazar tampak begitu panik.
"Jangan khawatir karena aku yakin mereka akan memberikan penghargaan padaku karena memperbaiki air mancur itu." ucap Nyxian sambil berkecak pinggang.
Lorong di balkon pun terlihat normal seperti sedia kala, dan jalan menuju aula pertemuan terlihat lebih dekat, sementara Nyxian tampak sedang bahagia dan antusias seperti biasanya.
Setibanya di ruang aula pertemuan mereka masuk ke dalam ruangan, yang kini di penuhi oleh begitu banyak orang termasuk putri Amanda, seorang gadis berambut pirang bergelombang dan mata hijau bercahaya serta saudarinya atau mungkin Putri Valeria dalam penyamaran.
Dengan langkah cepat Eleazar berdiri di depan walau sebenarnya hatinya berkata ada yang tidak beres dengan tempat itu, namun ia berusaha menyingkirkan semua fikiran itu dan berdiri dekat Putri Amanda.
"Kalian pasti tahu kalau kita akan mengadakan acara pertunangan, antara kerajaan teknologi Nightshade dan kerajaan sihir Ediora." ucap Raja Azarya memberi sambutan. "aku harap ke depannya kita bisa menggabungkan kekuatan sihir dan teknologi."
Di belakang mereka banyak orang berbisik bisik, ada yang setuju bahkan bahagia akan pernyataan itu, namun beberapa juga merasa bahwa itu hanya akan merugikan kerajaan mereka karena sedari awal kerajaan mereka bisa berdiri tanpa bantuan dari siapapun.
Semetara dalam fikiran Nyxian hanya ada rencana untuk mendekati Putri Amanda dengan tujuan membuat adiknya merasa sakit hati serta terpuruk dalam keputusasaan, ia tersenyum namun tetap membuat rencana.
Saat semua orang sibuk membahas pidato dari Raja Azarya, dan bahkan ada orang yang berdiskusi pada umumnya, hingga terlarut dalam masalah tersebut.
Di sisi lain Nyxian dengan pandangan penuh tipu daya perlahan mendekati Putri Amanda, dengan tujuan agar menjauhkan dari adiknya kelak, setiap kata ia susun sedemikian rupa agar terlihat natural dan maskulin.
Dengan semua kesadaran dirinya tentang dunia fantasi tersebut dan fakta bahwa dirinya akan menjadi seorang villain kejam membuat Nyxian harus memutar otaknya agar semua rencana serta topeng yang ia gunakan tidak terlihat oleh siapapun.
Perlahan tapi pasti Nyxian memulai percakapan dengan putri Amanda, ia bahkan mencari tahu menggunakan kemampuan sihirnya tentang hal kesukaan serta yang tak di sukai oleh sang putri.
"Putri Amanda apakah sebentar sore punya waktu luang?" tanya Nyxian sambil mengecup tangan sang putri.
"Aku biasanya beristirahat di taman kerajaan sambil membaca buku." ucap putri Amanda yang terlihat sedikit canggung, gugup dan sedikit khawatir.
"Bagaimana kalau kita berkencan? Sebagai langkah awal hubungan kita?" kata Nyxian sambil menyandarkan punggunggnya di dinding samping putri. "aku akan menunggu tepat jam 4:30 sore."
"Aku jarang berinteraksi dengan seseorang." ucap Putri Amanda, suaranya serak dan sedikit gugup.
"Tidak masalah karena aku akan menemani serta memberitahu tentang apa yang kau ingin ketahui." ucap Nyxian sembari tersenyum.
Namun perkataan tersebut hanya di tanggapi sebagai sebuah lelucon oleh Putri Amanda meski sebenarnya ia tidak terlalu suka dengan orang yang bersikap sok akrab, dan tidak menyadari bahwa ia tidak nyaman ketika berbincang.
Dari sudut mata sang putri ternyata hanya memperhatikan adik angkat dari pangeran Nyxian, seakan seperti melihat cinta pada pandangan pertama, bahkan suara di sekelilingnya tampak hampa.
"Pangeran Nyxian, aku ingin pergi sebentar." ucap putri Amanda sambil bangkit dari tempat ia duduk.
"Tu—" perkataannya terhenti ketika melihat rencananya gagal total.
Perasaan kesal bercampur marah menyerbu fikiran Nyxian ketika ternyata putri Amanda bahkan tidak tertarik akan pesonanya dan malah memilih untuk berbincang dengan adiknya, wajahnya berubah menjadi merah padam dan sempat berfikir untuk melenyapkan sang adik yang kini tengah tertawa bahagia.
Di sampingnya berdiri Valeria sambil menyilangkan tangan di dada, tampak mengerti suasan yang tengah terjadi. "kesal banget ya? Lucunya." ucapnya sambil mengejek. "gimana kalau jadian sama aku saja? Meski penampilan ini bukan milikku namun putri Clarissa, tapi hatiku nyata."
"Jika kau bertujuan menghiburku, maka semuanya sia-sia." ucap Nyxian sambil mendengus kesal. "bagaimana bisa adik sialan itu—"
"Pangeran Eleazar memang tampan sih, bahkan ketika ia berdandan terlihat seperti bangsawan sejati, tak seperti—" Valeria berhenti lalu menatap ke arah sampingnya. "tapi semua itu balik kembali pada pilihan dan selera masing-masing orang."
"Kau berkata bahwa aku tidak seperti pangeran?!" Nyxian tampak geram bahkan ia mengepalkan tangannya hingga energi sihir meluap dari dirinya. "kau berkata seolah mengetahui siapa diriku"
"Jadi apa yang akan kau lakukan sekarang? Memberikan ramuan cinta pada putri Amanda?" tanya Valeria. "kau hanya fokus pada dirimu, dan semua perasaan iri akan membawamu dalam kehancuran."
"Bagaimana denganmu? Bukankah kau hanya mengambil wujud dari orang lain?!" ucap Nyxian. "berhenti berkata seolah kau adalah orang baik dan sempurna,
Sebelum Valeria menjawab perkataan tersebut Raja Azarya berdiri lalu memberikan instruksi agar tidak ada lagi suara selain suaranya, ketika suasana sekitar telah hening ia lalu mengatur suara sebelum memberi pengumuman penting tersebut.
"Dari yang aku amati tampaknya kedua putriku telah memilih pasangan, maka dari itu aku resmi mengumumkan acara pertunangan antara Putri Amanda bersama Pangeran Eleazar sementara Putri Clarissa dengan Pangeran Nyxian." ucap Raja Azarya yang di ikuti tepuk tangan meriah.
Dalam hati Nyxian merasa sangat amat kesal, semua usahanya mendekati putri Amanda berakhir gagal bahkan mungkin malah mendekatkan dengan adiknya, ia merasa bahwa semua yang telah di tulis dalam skrip sulit di ubah bahkan ketika ia telah memiliki kesadaran sendiri atas dirinya.
Meski kecewa karena itu adalah kali pertama sejak mendapatkan buku di perpustakaan rencananya gagal, biasa hampir selalu seperti keinginan, ia lalu meninggalkan ruang pertemuan aula.
"Sepertinya semua tidak berjalan sesuai rencanamu, pangeran Nyxian." ucap Valeria sambil berkecak pinggang. "mungkin kau harus menyamar sebagai adikmu dan bersama putri Amanda."
Namun Nyxian tampak tidak peduli dengan perkataan yang ia dengar, sebagai seorang penerus takhta di kerajaan Ediora, tak mungkin ia harus mengalah pada orang dari kumuh seperti adiknya.
Dengan perasaan gundah Nyxian menatap kerumunan di sana tanpa ekspresi apapun, dan memilih untuk pergi di sana, lagi pula keberadaannya pun tampak di perhatikan. Ia berjalan menyusuri jalan namun tidak ada yang memperhatikan bahwa ia telah pergi, atau mungkin mereka hanya tidak mau peduli saja.
Tanpa di sadari Nyxian telah berjalan hingga ke arah taman, langkah kakinya menuntunnya ke sebuah taman kerajaan dan menyadari ketika berdiri di depan sebuah air mancur, ia hanya tertunduk di atas sebuah bangku sambil menatap kolam air yang sebelumnya tidak ada di sana, matanya tampak sedih bukan karena Amanda tidak memilihnya namun sesuatu lain.
"Jika saja aku mempunyai kekuatan lebih besar." Nyxian menghembuskan nafas pelan. "aku bisa menguasai takdir lalu mengubahnya."
"Kalau mau aku bisa membantumu meraih semua keinginanmu." ucap suara misterius.
Merasa kaget Nyxian terduduk sambil berteriak dengan nada kesal. "Kamu siapa? Tunjukkan dirimu, atau aku akan mengirimmu ke bulan!"
Suara itu tentu saja bukan Valeria, karena sebelum Nyxian meninggalkan aula pertemuan ia melihat dengan jelas bahwa semua anggota kerajaan tengah berdiskusi sambil menikmati jamuan pesta yang telah di sediakan oleh para pelayan.
Nyxian menggelengkan kepalanya sambil mencoba mengingat siapa orang yang mungkin mengikuti dirinya, namun tidak ada satupun terlintas dalam kepalanya.
"Kita memiliki banyak persamaan, ambisi dan kebencian tertanam dalam jiwa kita." ucap suara misterius tersebut.
"Sepertinya kau hanya bisa bicara saja ya?" ucap Nyxian, tujuannya agar sosok itu segera menampakkan diri.
"Kau akan segera melihatku, jadi jangan terlalu terburu buru." ucap suara misterius tersebut.
Karena merasa di tipu, Nyxian mengangkat tangannya ke atas sembari menggunakan teknik sihir 'Pemindai' membuatnya bisa melihat energi sihir di sekitarnya tanpa mencari tahu tentang orang misterius tersebut. Namun hasilnya nihil karena tidak ada sihir terdeteksi meski ia telah menggunakannya berkali kali.
"Kau tidak akan mengerti kalau sihir antara ras berbeda beda." ucap suara itu sambil tertawa meledek. "tapi karena kau begitu ingin bertemu denganku maka akan kutunjukkan wujudku padamu."
Terdengar suara gelombang air berasal dari kolam di sisi taman tersebut, hingga muncul sosok wanita cantik berambut hijau cerah dan mata biru berkilauan, tampak sesuatu yang berbeda darinya dan tampak bukan manusia.
Wanita berambut hijau cerah itu tersenyum lembut namun tatapannya dipenuhi dengan begitu banyak misteri, tatapannya memperlihatkan kecantikan yang memukau sekaligus berbahaya.
"Namaku—"
"Membosankan." ucap Nyxian tanpa mempedulikan gadis itu.
"Setidaknya dengarkan dulu perkataanku." wanita itu tampak kesal karena di abaikan. "kau bahkan tidak tahu kalau aku berasal dari Kerajaan Laut?"
"Terus? Apa hubungannya denganku?" ucap Nyxian tanpa menatap ke arah wanita itu.
"Aku adalah Putri Sherina dari Kerajaan Aetheria, sebaiknya kau hormat padaku karena dengan kekuatanku kau bisa—"
Namun tanpa mendengar ocehan dari putri duyung tersebut, Nyxian melanjutkan perjalannya kepalanya seolah di penuhi dengan beban baru, bahkan kakinya seolah menuntunnya ke arah yang tak ia inginkan, ketika berfikir telah menguasai dunia itu malah rencananya hancur berantakan.
"Tunggu, oi." Althea melompat dari air dan ekornya seketika berubah menjadi sepasang kaki. "aku bisa membantumu melaksanakan rencana busukmu itu."
"Apa kau bilang? Rencanaku yang terbaik bahkan semua itu membuat dunia bahagia." ucap Nyxian. "aku hanya ingin adikku dan Putri Amanda gak jadian, apa itu salah? Aku hanya ingin mereka bahagia."
"Jadi bagimu memisahkan sepasang kekasih itu baik?" Althea menatap datar sejenak hingga raut wajahnya menjadi sebuah senyuman. "aku akan membantumu, tapi kau harus menjadi pasanganku, mudah kan?"
Tapi sebelum Nyxian memberikan jawaban atas pernyataan tersebut putri Valeria muncul namun kali ini tanpa penyamaran sebagai putri Clarissa, rambut merahnya menyala bagaikan permata ruby serta sayapnya yang tampak menakjubkan, mata kelabunya seakan seperti debu di tepi pantai ketika di terpa ombak.
"Sepertinya ada ikan yang mau jadi hidangan di piring." ucap Valeria sambil mendarat di atas tanah. "Pangeran Nyxian adalah tunanganku, dan jika kerajaan Aetheria masih ingin berdiri sebaiknya segera pergi dari wilayah kekuasaan para Naga."
"Kekuasaan para Naga katamu? Bukankah keberadaan kalian telah di usir oleh para manusia?" Althea tersenyum namun tatapannya seolah mengejek. "jadi di mana kerajaan kalian sekarang? Gua? Atau di dasar jurang? Kasian banget ya?"
"Kau..." Valeria mengangkat tangannya dan bersiap melancarkan kekuatan sihir terhebatnya. "bersiaplah menuju ke neraka.
Di sisi lain Nyxian tampak tak terlalu peduli dengan perseteruan dari kedua wanita yang mungkin memperebutkan dirinya, karena dalam fikirannya hanya ada sosok Putri Amanda meski secara teknis perasaan tersebut 100% bukanlah cinta, namun hanya alat untuk merebut kebahagiaan adiknya.
Merasa lelah secara mental Nyxian berjalan ke arah ruangannya berharap bahwa di sana ia akan menemukan sebuah kebahagiaan serta ketenangan, seperti ada sesuatu yang terlintas di tentang semua keputusan dan rencananya, apakah itu benar benar keinginannya atau hanya sebuah perasaan dari rasa iri hati.
Di satu sisi Nyxian merasa bingung apakah ia harus menjalankan perannya sebagai seorang villain atau memilih jalannya sendiri dan membantu keberadaan sang adik, apalagi meskipun telah berusaha keluar dari skripsi yang di tentukan olehnya, alur akan tetap sama.
Saat Nyxian sedang melamun, adiknya datang menghampiri tentu saja bersama Putri Amanda, mereka tampak khawatir setelah kejadian di aula pertemuan.
"Kakak Nyx, ga apa-apa?" Eleazar tampak khawatir kalau kakaknya menaruh dendam. "aku minta maaf karena semua yang terjadi, juga—"
"Tidak, ini semua salahku karena selalu bersikap waspada mungkin sebaiknya aku berhenti berfikir sejenak." ucap Nyxian yang lalu bersandar di samping dinding. "dan mungkin salahku hampir membuat kalian berdua berpisah."
"Kakak Nyx, sebenarnya aku—"
Sepertinya Eleazar ingin berkata sesuatu namun tertahan di tenggorokannya, ia juga merasa sedih ketika melihat ekspresi sedih dari kakaknya, meski hatinya berkata bahwa ia mencintai Putri Amanda tapi kakaknya adalah sosok yang lebih penting, merasa dilema ia seperti sedang kebingungan.
"Jangan khawatirkan aku—"
"Ini semua salahku, jika saja waktu itu aku tetap berada di panti asuhan." sela Eleazar, air mata mengalir.
"Kau tidak salah sama sekali kok." ucap Nyxian sambil memeluk adiknya. "apa kau tidak senang dengan apa yang telah kita lalui selama ini?"
"Maaf." ucap Eleazar sambil membalas pelukan kakaknya.
"Apa kau tahu jika seorang laki-laki gak boleh cengeng atau kamu bakal jomblo seumur hidup." ucap Nyxian, tampak sedang membuat lelucon karena suasana saat itu sedang tegang.
"Tapi kita kan udah bertunangan jadi gak mungkin jomblo." ucap Eleazar yang kini tampak lebih bersemangat dan ceria. "tapi setelah ku perhatikan siapa dua orang gadis di belakangmu itu?"
"Kakak." Putri Amanda berlari dan memeluk kakaknya.
"Waduh maaf aku lupa kalau kamu adalah kakak dari Putri Amanda." ucap Eleazar sambil membungkuk.
'Padahal Valeria sedang tidak menggunakan sihir penyamaran tapi kenapa mereka masih berfikir dia itu Clarissa?' gumam Nyxian. 'apa itu salah satu trik dari kerajaan para naga?'
'Itu karena aku mempercayaimu, Pangeran Nyxian makanya hanya kau yang bisa melihat wujudku.' ucap Valeria melalui sihir telepati. 'tenang saja karena ini hanya bisa di dengar oleh kita berdua.'
"Kalau gadis berambut hijau seperti rumput laut ini siapa?" Eleazar menatap kakaknya sambil menunjuk wanita itu. "apa kenalan kakak?"
"Dia adalah—" Nyxian memberikan gestur untuk memperkenalkan diri.
"Namaku Althea dan salah satu dari warga kerajaan ini, tapi selama ini aku sering bersembunyi." ucap Althea.
'itu bohong jangan percaya padanya, lagi pula kenapa ia bisa berada di area istana? Bukankah itu aneh?' gumam Nyxian sambil menatap wanita berambut hijau itu. 'bukankah kau itu putri duyung.'
'Si rumput laut ini benar-benar ngeselin banget, pengen deh bawa kepalanya buat pajangan di rumah.' Valeria tersenyum sambil menyembunyikan tangan dan bersiap untuk menyerang.
"Apakah ini yang di sebut cinta segitiga?" mata Eleazar berbinar, meski ia tidak pernah merasakan perasaan romantis namun selalu membaca tentang kisah seperti itu.
"Kamu bicara apa sih?" tanya Nyxian.
"Wah boleh juga tuh." seketika sebuah ide terlintas di kepalanya. "ketika seorang memiliki lebih dari satu pasangan bisa di sebut Harem, kebanyakan Raja melakukan hal itu."
"Gak tertarik." Nyxian berbalik dan meninggalkan balkon lalu berjalan ke arah perpustakaan.
Di sana tampak lebih sunyi dan tenang tanpa ada suara menganggu, hanya desiran angin serta kicauan burung yang terdengar bagaikan musik bagi telinga dan ternyata hal itu membuat Nyxian hampir ketiduran. Untuk mengusir rasa kantuk ia pun pergi ke jajaran rak buku tinggi sambil mencari tahu tentang asal usul kerajaan Nightshade, karena sebelumnya ia tidak berhasil mendapatkan informasi lebih lanjut.
Namun hal itu justru membuatnya semakin mengantuk, ia lalu menjentikkan jari memanggil kemampuan sihirnya untuk memunculkan secangkir kopi hangat sebagai teman membaca, meski semua tampak seperti berada di luar kemampuannya tapi ia terlihat tidak mempedulikannya karena sedang sibuk.
"Udah pergi kok gak kasih tahu?" ucap suara misterius di belakang Nyxian.
Nyxian berbalik perlahan dengan tatapan malas meski matanya masih setengah tertutup karena kantuk yang belum sepenuhnya hilang, di depannya berdiri Valeria sambil berkecak pinggang, walau tersenyum nampak sedikit rasa penasaran di matanya.
"Kamu ninggalin aku? Bukannya kita udah tunangan ya?" Valeria berkata lalu duduk di samping. "tapi kamu kayak orang yang gak tidur selama setahun, apa karena rencanamu gagal semua?"
Namun mendengar semua ocehan itu membuat Nyxian menjadi lebih ngantuk dan karena tidak bisa menahannya ia tertidur di atas buku yang tengah ia baca, tanpa mempedulikan tentang keadaan sekitar.
Setelah beberapa saat berlalu Nyxian membuka mata dan mendapati dirinya telah berada di kamar yang ia juga Eleazar gunakan ketika pertama kali datang di kerajaan Nightshade, tentu saja hal itu membuatnya terkejut karena seingatnya ia berada di dalam perpustakaan.
Ketika melihat sekeliling Nyxian ternyata adiknya telah berada di sana dan tampak sedang tidur sambil duduk, awalnya ia ingin menghampiri sang adik namun seolah terlintas sesuatu dalam fikirannya hingga memutuskan untuk tidak mengganggu ketenangan adiknya.
Di satu sisi Nyxian tampak sedikit senang meski rencananya tak berjalan sesuai dari keinginannya tapi itu bukan berarti ia akan berhenti untuk berusaha, apalagi tak ada usaha yang sia-sia hanya sebuah penyesalan tanpa berusaha sama sekali.
Setelah berfikir panjang Nyxian menjentikkan jarinya sambil memanggil sihir miliknya, kali ini ia berjalan menghampiri adiknya lalu menggambar sesuatu di wajah sang adik, kemudian kembali ke tempat tidurnya serta berakting seolah tidak ada apapun yang terjadi saat itu.
Kebahagiaan seakan mengalir dalam hati Nyxian, ia lalu duduk di samping kasur sambil menggoyangkan kedua kakinya sambil sesekali memandang ke arah luar jendela meski tampak tidak ada yang aneh namun perasaannya kini berubah menjadi tak beraturan.
Hingga Nyxian melihat sebuah penglihatan keberadaan dari putri Clarissa, namun tempat itu tampak terlalu asing baginya walau sebelumnya pernah di jelaskan oleh Valeria bahwa kerajaan Nightshade dulunya adalah milik dari bangsa naga.
"Nyx, akhirnya kau sudah sadar juga? Sudah sebulan lebih kau tertidur." ucap Valeria yang terlihat terburu-buru ketika masuk ke dalam kamar itu.
"Sebulan? Jadi—" seketika Nyxian menjadi panik, tak pernah terfikirkan bahwa ia akan begitu lama tertidur.
Eleazar yang saat itu tengah tertidur langsung berdiri dari tempat duduknya. "kakak udah bangun? Gimana tidurnya nyenyak gak? Tapi setelah ini bakal tidur lagi gak? Sekarang kan udah malam."
"Eleazar, berapa lama aku tertidur?" tanya Nyxian sambil menatap menunggu jawaban dari sang adik meski sebenarnya ia ingin tertawa karena lukisan yang ia buat sebelumnya.
"Baru beberapa—"
"Udah sebulan tepat." Valeria menyela perkataan dari Eleazar, lalu menatap seakan memberitahu untuk tidak berbicara lebih jauh. "sebulan kan?"
"Ehm... Itu—"
"Adikmu hanya terlalu bingung mau beritahu seperti apa." ucap Valeria sambil memberikan tanda agar setuju.
Tatapan Eleazar tampak seolah kebingungan, ia bahkan tidak tahu harus mengatakan apa. "aku—aku akan pergi menemui—Putri Amanda." tanpa mengatakan apa-apa ia segera pergi dari ruangan tersebut.
Sesampainya di depan kamar Eleazar menggaruk kepalanya karena seingatnya sang kakak baru saja tertidur selama beberapa jam, tapi ia tidak mau membuat keributan dan memilih untuk pergi dari sana.
"Sepertinya Eleazar mau mengatakan sesuatu, kenapa kau menyela perkataannya?" Nyxian menatap datar seakan menunggu penjelasan.
Namun Valeria tampak sedang menghindari sesuatu ia pun menutupinya dengan bersiul. "kau terlalu memikirkannya, jadi sebaiknya istirahat sebentar saja apalagi sekarang udah mau malam, ya kan?"
Setelah mengatakannya Valeria segera berbalik dan pergi dari tempat itu serta tak lupa ia menutup pintunya. "untung saja Pangeran Eleazar tidak berbicara panjang lebar, atau prank yang ku rencanakan akan hancur berantakan."
Sementara Eleazar yang tengah berjalan jalan di balkon kerajaan Nightshade berhenti ketika melihat sebuah cermin di sana, dan terduduk karena ia terlihat mirip dengan seorang badut, tapi bukannya marah ia justru tertawa terbahak bahak sambil memegang perut.
Dan itu berarti rencana Nyxian untuk membuat adiknya marah serta kesal dinyatakan gagal, ia pun melihat ke arah luar jendela yang kini terlihat sedikit lebih ramai, dan di antara para petugas di sana matanya terhenti pada sosok bermantel serba hitam berdiri di bawah pohon.
Ada hal aneh di kerajaan Nightshade bagaimana bisa mereka tidak melihat seseorang yang begitu mencurigakan. "bukankah orang itu adalah anggota dari 'anti penyihir' serta pemberontak itu? Tapi kenapa bisa berada di sini? Apakah sebenarnya tujuan dari sang Raja adalah menyingkirkan kita para pengguna sihir?"
Merasa di lema Nyxian berdiri sambil berputar sekeliling kamarnya, ia tampak sedikit panik bahkan menggigit ujung kukunya karena gugup, kepalanya yang awalnya sedikit tenang kini di penuhi oleh berbagai fikiran buruk tentang kerajaan Nightshade, apalagi semua fakta di baliknya.
Tanpa menunggu lama Nyxian berjalan keluar kamarnya, langkahnya semakin lama kian cepat. "aku harus segera mencari Eleazar atau ia akan berakhir di tangkap musuh, aku bahkan tidak tahu apa yang ada di kepalanya kare ia selalu berfikir hal baik tentang semua orang bahkan orang asing."
Namun Nyxian tidak menemukan sosok adiknya di sepanjang jalan yang ia temukan, hal itu membuatnya sedikit panik bukan karena khawatir jika sesuatu hal buruk terjadi pada sang adik namun ia belum terfikirkan alasan untuk disampaikan pada kedua orang tuanya.
Di tengah jalan Nyxian mencium seperti bau terbakar, dalam fikirannya sang adik sedang berdiri di tengah taman dengan tangan terikat lalu terbakar, ia lalu menggelengkan kepala sambil berharap bahwa itu tidak pernah terjadi.
Saat berada di tempat ia mencium bau terbakar itu Nyxian menjadi terdiam karena ternyata adiknya tengah bersantai sambil membuat beberapa daging panggang, walau tampak tidak menyadari kehadirannya di sana.
"Kamu ngapain?" Nyxian menepuk pundak adiknya.
Karena kaget Eleazar melempar panggangannya ke udara, namun dengan sekejap semua itu terhenti lalu kembali ke tempatnya, saat berbalik ternyata kakaknya yang menepuk bahunya.
Eleazar pun merasa sedikit lebih tenang. "kakak Nyx sedang apa di sini?" tanyanya sambil menatap kebingungan. "apakah ada masalah?"
"Aku menghawatirkanmu, dasar bodoh." Nyxian berkecak pinggang seakan sedang kesal. "kau mau membakar seluruh taman kah? Apa yang harus di katakan pada ayah juga ibu? Dan lagi, kenapa berkeliaran sendiri? Kau tahu betapa berbahayanya berada di tempat asing?"
"Aku hanya ingin membuat kejutan untuk kakak, tapi tampaknya tidak berhasil." Eleazar menunjukkan daging yang sudah setengah gosong. "mungkin aku tidak terlalu pintar memasak, apa perlu aku pakai sihir?"
"Menggunakan sihir dalam masakan berarti kau menghina proses memasaknya, meski aku ahli sihir tapi itu termasuk dosa besar." Nyxian mengambil daging tersebut dan memotong sebagian yang gosong lalu menambahkan beberapa bumbu olahan.
Seketika bau gosong di gantikan dengan harum daging panggang, hingga membuat seakan seperti masakan ala chef terkenal, serta kemunculan seseorang.
"Ternyata kau bukan hanya pangeran yang suka mengeluh tapi juga jago masak ya?" suara tersebut menggema di tempat tersebut namun tidak di sadari oleh Eleazar juga Nyxian.
Saat merasakan kehadiran seseorang di belakangnya Nyxian menghentikan kegiatannya dan meningkatkan kewaspadaannya lalu berbalik secara perlahan, ternyata itu hanya Valeria seoang putri dari kerajaan Naga dengan rambut merahnya yang berkilau di bawah sinar rembulan berdiri dengan ekspresi licik seperti biasa.
"Ternyata kau bisa lebih dari sekadar pangeran pemarah, Nyxian, siapa sangka kau juga jago di dapur?" ucap Valeria dengan nada menggoda. "Bisa jadi calon suami idaman, mungkin?"
Nyxian mendengus kesal. "bukan aku yang memasak tapi adikku...meski yah... masakannya sedikit hangus."
"Kakak Nyx, jangan dibocorin dong!" Eleazar menepuk bahu Nyxian, menatapnya dengan senyum canggung. "Itu kan rahasia kita."
Hal itu membuat Nyxian merasa lucu lalu tersenyum kecil sambil mengacak rambut adiknya. "Maaf, aku lupa soal itu." dengan mantap dia melihat Valeria. "tapi rasanya ada sesuatu yang mengganjal di fikiranku—seperti ada yang tak beres."
Merasa memiliki beberapa kesamaan Valeria pun duduk di sebelah Nyxian seketika pandangannya berubah serius. "Kau juga merasakannya? Seolah-olah... kita hanya bagian dari sesuatu yang lebih besar atau mungkin bahkan hanyalah karakter dalam sebuah cerita."
Meski sebelumnya Nyxian telah memiliki kesadaran terhadap hidupnya tapi perkataan itu sedikit aneh. "kau fikir begitu juga? Kadang aku merasa... keberadaanku hanya untuk menonjolkan sang pahlawan utama, bukan untuk diriku sendiri, seperti segala upaya untuk mengubah takdir kita akan selalu sia-sia."
"Apa kau mau terus hidup seperti ini? Menjadi tokoh tragis yang nasibnya ditentukan orang lain?" Valeria mengulurkan tangannya. "Bagaimana jika kita melawan sang penulis? Menulis ulang takdir kita menjadi sesuatu yang lebih dari sekadar villain."
Nyxian melihat tangannya dengan ragu, tapi akhirnya menggenggamnya dengan penuh keyakinan. "Baiklah, kita lakukan ini. Jika takdir menolak kita maka kita akan memaksa takdir itu sendiri."
Valeria tersenyum puas. "Mulai besok, kita kumpulkan informasi tentang kelemahan musuh kita, semua yang bisa kita gunakan untuk membalikkan keadaan."
Setelahnya Valeria meninggalkan taman dengan harapan baru, sementara Nyxian kembali membantu adiknya memasak kali ini tanpa niat jahat atau dendam bahkan dia merasa seolah ikatan dengan sang adik semakin kuat, jauh dari dorongan gelap yang biasanya memenuhi fikirannya, mungkin karena tujuannya bukan memusuhi adiknya namun sosok lebih kuat yaitu si penulis cerita.
Keesokan harinya matahari hangat seakan menampakkan wajahnya penuh kebahagiaan, Nyxian dan Valeria menyelidiki perpustakaan istana Nightshade tempat yang katanya menyimpan rahasia-rahasia tertua kerajaan, termasuk petunjuk mengenai dunia mereka yang seolah dikendalikan oleh tangan tak terlihat, meski alsasan mereka disana tak diketahui
Sambil membuka gulungan tua mereka menemukan tulisan yang tampaknya mencatat kisah mereka sendiri—dari petualangan Valeria sebagai putri dari kerajaan naga dengan tipu muslihatnya serta penyamarannya sebagai putri Clarissa penerus takhta kerajaan Nighshade hingga perjalanan Nyxian sebagai pangeran yang ditakdirkan menjadi lawan bagi sang pahlawan utama, Eleazar dan akhir meninggal tragis.
Saat itulah mereka menyadari sesuatu yang mengejutkan dan seakan memperkuat spekulasi mereka saat ini ketika mempertanyakan keberadaan serta eksistensi mereka seakan hanyalah sebuah penghias ataupun pelengkap agar mewarnai cerita.
"Eleazar…" gumam Nyxian, menatap halaman itu dengan pandangan tak percaya. “Dia adalah sang pahlawan, sosok yang ditakdirkan menyelamatkan kerajaan. Aku sudah tahu… tapi selama ini kuanggap hanya legenda.”
Valeria mengangguk, dengan wajah sedikit kecut. "Dan kita—sebagian besar kisah kita hanya ada untuk membentuk dirinya. Aku hanya bayangan gelap dari kekuatannya, dan kau… sosok lawan yang menguatkan dirinya."
Namun, tatapan Valeria tiba-tiba menjadi serius. “Tapi Eleazar itu berbeda, Nyxian. Dia baik dan naif, ya… bahkan terlalu baik. Selama ini, dia menutup mata terhadap kegelapan di dunia ini. Tidakkah itu… aneh?”
Nyxian menatapnya perasaan tidak nyaman seketika menyelimuti dadanya. "Kau ingin bilang dia… dia tak tahu bahwa hidupnya dan semua yang telah dilaluinya serta hidup dalam sebuah cerita? Tidak sadar bahwa kita—kau dan aku—diarahkan hanya untuk menguji dirinya?"
Valeria mengangguk. “Aku kira Eleazar memang tak tahu, bahkan saat aku mencoba membuatnya sadar, dia selalu percaya pada jalan takdir tanpa ragu. Selalu menganggap setiap pertempuran yang ia hadapi akan berakhir bahagia seperti dalam cerita, serta masa lalunya adalah bagian dari kehidupan.”
Di saat yang sama ketika mereka sedang berbincang bincang dengan serius, Eleazar tiba-tiba muncul di antara deretan buku, wajahnya begitu polos bahkan terlihat tidak sedang memikirkan sesuatu, di tangannya terlihat begitu banyak buku sepertinya dia sedang ingin mempersiapkan diri untuk bisa membantu orang lain.
"Kakak Nyx, Kak Val! Kalian di sini juga rupanya! Lihat, aku menemukan buku tentang ramuan-ramuan penyembuh! Mungkin ini bisa membantu kita nanti," ujarnya dengan antusias, tanpa menyadari atmosfer tegang di antara Nyxian dan Valeria.
Nyxian hanya memandang adiknya dengan perasaan yang bercampur aduk—rasa sayang namun juga sedikit rasa getir, Eleazar adalah pahlawan cerita ini sosok yang menggerakkan dunia sekaligus pusat dari perputaran dari semua kisah ini entah ia sadar atau tidak.
Dan Nyxian? Ia hanya sosok bayangan yang mungkin selamanya akan dilupakan, dan dikenang sebagai seorang penjahat serta penghalang bagi kemajuan sang tokoh utama, padahal kenyataannya adalah kebalikan dari itu semua karena jika tak ada orang jahat, bagaimana bisa seseorang di katakan baik?
Namun Nyxian menahan diri seraya menyembunyikan pemikirannya agar tak membuat adiknya khawatir. “tentu saja, Eleazar,” ujarnya dengan senyum kecil, “kita akan membutuhkan semua yang kau punya.”
Valeria menatap mereka berdua, lalu mendekatkan wajahnya ke arah Nyxian lalu berbisik, "bagaimana jika… kita mengguncang dunia ini sedikit? Jika kita tak bisa mengubah peran kita setidaknya kita bisa membuat mereka yang mengatur kita panik, aku ingin melihat bagaimana raut wajah sang penulis ketika tahu karyanya berubah 90° ketika dia tak melihat atau memalingkan pandangan."
Nyxian memandang Valeria dengan mata yang berkilat menyadari rencana licik tersirat dari ucapannya. "Ya, mungkin kita bisa lakukan itu."
Di sisi lain Eleazar yang masih tak tahu menahu tentang rahasia itu hanya tersenyum polos, dia merasakan kebahagiaan di hatinya karena bisa bersama orang-orang yang ia cintai—kakaknya, Nyxian dan sahabatnya Valeria. Namun tanpa dia sadari bayangan gelap takdir perlahan mendekat menanti untuk menyeret mereka semua ke dalam konflik yang akan mengubah segalanya.
Tanpa mereka sadari ketika sedang berada di perpustakaan kerajaan Nighshade, ada sosok bayangan yang sedang mengintai segala gerak gerik mereka sekecil apapun, apakah itu anggota pemberontak dengan moto 'anti sihir' atau sesuatu lain, mungkinkah ada musuh lain dari sang penulis untuk mereka, karena telah menyadari kebenaran dari dunia itu.
Namun satu hal tak terlintas dalam fikiran mereka kenapa kerajaan Nightshade memiliki rahasia itu, padahal Nyxian dan Eleazar berasal dari kerajaan Celestia, dan berapa lama mereka akan tinggal di sana.
Sementara Nyxian dan Valeria terus berfikir dan mencari petunjuk serta mencoba menyusun rencana untuk mengguncang tatanan cerita yang telah mengikat mereka selama ini dan ingin menemukan celah serta cara untuk bisa keluar dari bayang-bayang peran mereka sebagai “villain” dalam kisah Eleazar, meski harus mengorbankan waktu berapapun lamanya.
Pandangan mereka menelusuri setiap bagian dari gulungan serta buku dalam rak penuh ketelitian, meski telah mencar sebelumnya tapi itu tampaknya belum cukup setidaknya sampai mereka berhasil menemukan sesuatu yang pasti dan memenuhi segala pertanyaan dalam fikiran mereka, atau mendapat jawaban pasti.
"Aku yakin bahwa kita bisa menemukan beberapa petunjuk dari kerajaan Nightshade ini, serta alasan mengapa bisa kita di takdirkan dengan nasib tragis seperti ini? Serta sesuatu untuk mengubahnya." bisik Valeria, matanya berbinar penuh semangat untuk memberontak melawan takdir. "jika memang harus memakan waktu seratus tahun aku tak keberatan hingga aku menemukan sosok penulis dari kisah ini."
Mendengar itu Nyxian mengagguk sambil menahan perasaan tak menentu yang menggelayuti pikirannya. "Jika benar ada petunjuk tentang sang penulis di sini, maka seharusnya kita juga bisa menemukan kelemahannya, dan aku yakin pasti ada petunjuk lain bahkan dari kerajaanku Celestia."
"Semoga saja seperti itu." ucap Valeria, wajahnya penuh kebahagiaan seakan telah menemukan sesuatu untuk melawan arus takdir.
Mereka mengambil beberapa gulungan tentang cerita atau legenda serta ramalan kuno dan membacanya secara seksama, memastikan tak ada satu katapun terlewat atau terlewati, bahkan foto juga gambar di teliti entah menggunakan mata telanjang atau sihir scan milik dari Nyxian, hingga tak menyadari bahwa waktu telah berlalu begitu cepat.
Sementara mereka sibuk berbincang dan mencari tahu tentang kebenaran tersembunyi, Eleazar tetap sibuk dengan buku-buku ramuan di tangannya tanpa menyadari percakapan rahasia itu.
Valeria melirik Eleazar sejenak dan meskipun dia tahu Eleazar adalah pusat dari cerita ini tapi seakan dia tidak bisa menahan rasa sayang padanya. "Kita perlu berhati-hati," katanya pelan pada Nyxian, "Eleazar tak boleh tahu. Jika dia sadar semua bisa jadi semakin rumit, dan... mungkin dia akan terluka ketika tahu bahwa sebenarnya kita adalah musuhnya, dan bukan sekedar musuh biasa."
Nyxian merespons dengan anggukan tegas. "Benar, dia tidak harus tahu apa yang sedang kita lakukan jika tidak mau memperburuk situasi, karena kita saja sudah kewalahan."
Seketika ingatan tentang putri Althea seakan melintas dalam fikiran mereka, Valeria menepuk kepalanya sambil membayangkan kolam di tengah taman tempat persembunyian sekaligus markas dari si putri duyung, entah kenapa tapi dirinya merasa penasaran.
"Menurutmu Putri duyung baik atau jahat?" tanya Valeria sambil memegang sebuah buku tentang legenda dunia laut di tangannya. "aku secara tak sengaja mendapatkan ini, karena sampulnya mengingatkanku pada ikan itu."
"Berbicara soal ikan entah kenapa membuatku sedikit—lapar—"
Seketika Valeria teringat dan sedikit berteriak hingga perkataan Nyxian tidak terlanjutkan. "bagaimana jika kita pergi ke taman dan membakar duyung banyak bacot itu? Rasa dagingnya harusnya mirip dengan ikan biasa kan?"
Hal itu membuat Nyxian terdiam, selama ini dia juga tidak pernah terfikirkan soal itu, apalagi ketika dalam misi lagi pula baginya itu tampak seperti hal yang tidak penting, di tambah lagi memakan duyung bukankah termasuk dengan kanibalisme.
Karena terlalu lapar Nyxian berfikir untuk mengubah salah satu buku di sana menjadi semacam roti atau apapun setidaknya menghilangkan perasaan lapar yang saat ini menggerogoti perutnya dan minta untuk segera di isi.
"Bukankah ini terlihat sedikit aneh? Kenapa kerajaan Nightshade seakan menelantarkan kalian? Padahal sebagai utusan dari kerajaan Celestia—"
Namun sebelum Valeria melanjutkan perkataannya, dia merasa seperti di bawa oleh sesuatu menuju ke sebuah tempat meski sebenarnya tubuhnya masih berada di perpustakaan kerajaan Nightshade, di sana dia melihat sebuah gua yang sontak membuatnya menjadi pucat serta tak mampu bergerak.
Tapi seolah sedang berada di dalam tubuh seseorang, Valeria tak bisa menggerakkan tubuhnya sesuai perintah dan berjalan melalui lorong gelap dalam gua tersebut sangat panjang hingga membuatnya sedikit pusing karena kadang orang itu berlari hingga akhirnya berdiri tepat di tengah sebuah ruangan.
Di sana ada seseorang dengan wajah sangat akrab dan bahkan dikenali oleh Valeria, ketika gadis itu menatap ke arah orang itu seakan dia kembali ke tubuhnya dan berada di dalam perpustakaan tanpa satu detik pun terlewat, meski wajahnya terlihat begitu pucat serta berkeringat.
Berdiri di sampingnya Nyxian tampak khawatir "kau baik-baik saja? Wajahmu seperti habis melihat makhluk saja."
Namun Valeria hanya menggelengkan kepalanya karena dirinya tak tahu bagaimana cara menjelaskan keadaan aneh tersebut. "sepertinya mereka telah menemukan gua tempat aku menyembunyikan putri Clarissa, dan mungkin alasan kenapa."
Nyxian menatap kebingungan karena ternyata tadi Valerian hanya berbicara di dalam hati, dan meski ingin bertanya tapi dia memutuskan untuk melanjutkan kegiatan mencari informasi lebih lanjut. Sementara malam semakin larut, namun Nyxian dan Valeria tetap menelusuri gulungan-gulungan naskah kuno, berharap menemukan sesuatu yang mengungkap bagaimana dunia mereka bisa berubah
Sampai akhirnya mereka menemukan catatan kuno yang berbicara tentang “Mata Pena Takdir,” sebuah artefak legendaris dengan kemampuan magis luar biasa konon memiliki kemampuan mengubah jalan cerita, bahkan melawan kehendak penulis.
"Jadi ini yang kita butuhkan… Mata Pena Takdir," gumam Valeria dengan penuh tekad.
Namun dalam catatan itu tak memberi banyak petunjuk tentang keberadaan artefak tersebut hanya legenda yang samar-samar serta tanpa detail banyak untuk mereka pelajari, namun karena rasa penasaran begitu besar mereka memutuskan untuk mencari lebih jauh sambil mempercayai bahwa artefak itu mungkin menjadi satu-satunya jalan untuk membebaskan mereka dari peran takdir tersebut.
Sementara mereka berusaha mencari petunjuk lebih lanjut Eleazar yang tak menyadari rahasia besar di balik dunia ini tetap berusaha membantu dengan cara yang ia tahu, wajahnya begitu polos dan bersemangat terlihat tak pernah terusik.
Namun entah mengapa di hati Nyxian, muncul perasaan sedih karena suatu saat, adiknya mungkin akan menghadapi kenyataan pahit bahwa dunianya tak sepenuhnya seperti yang ia kira, meski tahu bahwa mereka akan menjadi musuh di akhir cerita tersebut tapi perasaannya seakan melunak ketika melihat kisah masa lalu adiknya dari gulungan berisi ramalan para penyihir agung.
Beberapa hari setelahnya ketika mereka masih mencari petunjuk lebih lanjut di istana Nightshade, perasaan Nyxian bahwa mereka diawasi makin menguat, setiap sudut terasa penuh dengan bisikan tak terlihat.
Hingga pada suatu malam, ketika mereka sedang membaca sebuah naskah tua, mereka mendengar suara langkah kaki yang mendekat dengan cepat, mereka bersiap menghadapi apa pun yang datang namun yang muncul ternyata seorang penjaga istana yang tampak ketakutan.
Penjaga itu terengah-engah keringat mengalir di pelipisnya dan wajahnya pucat seakan telah melihat hal yang sangat mengerikan. "Pangeran Nyxian, Putri Clarissa." katanya terbata-bata, "ada sesuatu yang harus segera kalian lihat, di taman kerajaan—ada—sesuatu yang aneh."
Tanpa menunggu lama Nyxian segera berlari ke arah taman tempat penjaga itu melihat sosok yang di klaim katanya aneh, namun di sepanjang mata memandang tak ada hal mengerikan apapun di sana hanya seorang gadis berambut merah panjang dan—sangat mirip dengan Valeria jika dilihat dari dekat.
Gadis itu mengeluarkan pedang dari sarungnya dan langsung mengarahkan serangannya pada Valeria, tanpa keraguan di matanya hanya satu tekad untuk mengakhiri sosok peniru di depannya, meski hampir semua serangannya berhasil di hindari tapi hal itu tak membuatnya menjadi gentar karena ternyata dia memiliki berbagai teknik lainnya.
Kali ini gadis itu menatap tajam ke arah Valeria matanya seakan seperti nyala api neraka. "kau merengut semuanya dariku maka dari itu aku akan mengambil semuanya, Valeria sang putri Naga."
Namun sesaat serangan Clarissa menggenai Valeria, dengan cepat Nyxian menghadangnya meski bahunya terluka akibat serangan tersebut dan membuatnya sampai terduduk di tanah tapi karena pedang itu hanya berlaku pada ras non-manusia jadi luka yang di terima berkurang sekitar 90% dari aslinya.
Clarissa terdiam menatap dengan wajah kebingungan. "kenapa ada manusia yang membantu seekor naga? Bukankah selama ini—"
Tapi Nyxian tak mengatakan apa-apa hanya menarik pedang dari bahunya lalu berdiri seakan luka tersebut tidak ada artinya, dan meski terhuyung dia masih mencoba melindungi Valeria meski semua itu terasa sangat ironis, apalagi ketika mereka pertama kali bertemu saat di ruangan yang di berikan oleh kerajaan Nightshade.
Sementara dari arah perpustakaan Eleazar berlari menghampiri kakaknya dan dengan segenap kekuatannya dia berhasil menyembuhkan luka tersebut seakan tidak pernah ada kecuali bekas baju yang sobek tak bisa di perbaiki.
"Terima kasih—"
Sebelum mengatakan sesuatu Eleazar memeluk tubuh kakaknya sambil menangis, dalam fikirannya terlintas jika dia terlambat sedikit saja maka kemungkinan nyawa sang kakak akan dalam bahaya, padahal dalam cerita asli dialah sosok yang akan mengakhiri nyawa dari Nyxian.
Sementara dari arah jauh terlihat sosok bayangan dengan bertudung hitam bahkan matanya terlihat begitu menyeramkan meski sebenarnya jarak antara mereka hampir sama dari kerajaan Nightshade ke kerajaan Celestia, yang dengan menggunakan kereta bisa menghabiskan waktu selama 3 hari.
Nyxian berdiri menatap gadis berambut merah itu. "siapa kau dan apa tujuanmu datang ke sini? Jika hanya ingin me—"
Dari arah sekeliling muncul beberapa pengawal kali ini dengan senjata 'anti sihir' di tangan mereka seolah bagian dari pasukan pemberontak, namun tak ada lambang kerajaan Nightshade di pakaian mereka, hal itu di perkuat dengan seseorang yang mengenakan hoodie berdiri di hadapan mereka, orang itu tak lain dan tak bukan adalah penyerang ketika baru saja sampai ke istana kerajaan Nightshade.
"Kau—" Nyxian tampak mengenali sosok di depannya, matanya seakan ingin menerkam orang itu setelah apa yang telah mereka lalui.
"Apa aku mengenalmu? Siapa ya?" orang itu menggaruk kepalanya mencoba mengingat kejadian beberapa waktu lalu. "maaf aku gak bisa ingat nama orang—apalagi jika orang itu tidak penting sama sepertimu."
Mendengar hal itu membuat Nyxian menjadi sangat amat geram, dia mengepalkan tangannya serta menggertakkan gigi seakan sedang menghadapi manusia paling menyebalkan di seluruh alam semesta bahkan di seantero galaksi, sebuah cahaya berwarna emas seperti mengelilingi tubuhnya terlihat seperti cahaya suci abadi yang hanya bisa di miliki oleh para penyihir agung.
Semua orang menatap cahaya tersebut tapi karena kerajaan Nightshade tidak pernah memiliki kepercayaan tentang sihir atau semacamnya bahkan waktu 5000 tahun sebelumnya semua pengguna sihir akan di hukum mati dengan cara apapun, dan memastikan para pengikut penyihir akan mendapat hukuman hampir sama atau lebih buruk.
"Itu kan?" seketika Valeria menyadari bahwa selama ini artefak yang mereka cari ada pada Nyxian, dia pun memejamkan mata sambil bergumam. "apa itu sebabnya Nyxian memiliki kesadaran bahwa dirinya hanyalah karakter fiksi?"
Sambil mengangkat salah satu tangan muncul sebuah pedang berwarna emas di tangan Nyxian dan bersiap untuk menghancurkan semua pasukan 'anti sihir' di depannya walau sebenarnya itu bukan inti dari tujuannya, karena orang yang di tantang tak lain adalah sang penulis kisahnya itu, meski dirinya tak tahu bahwa artefak tersebut ada dalam genggaman tangannya.
Angin seakan menjadi tak beraturan, ketika akan meebas seluruh pasukan 'anti sihir' di depannya, keluatan sihir milik Nyxian tampak belum cukup untuk menguasainya jadi alih alih mendapatkan kemampuan di luar batas dia malah memanggil sebuah angin ribut yang menarik apapun di sampingnya tanpa peduli itu teman ataupun sahabat.
Sementara Valeria tampak sangat mengkhawatirkan Nyxian mencoba mendekat tapi tidak bisa karena begitu besar jarak antara kekuatan mereka, dan tanpa mengetahui alasan jelas mengapa dirinya seakan tertolak.
Dari arah samping kanan muncul Raja dari kerajaan Nightshade yaitu Azarya, di tangannya memegang sebuah pedang berwarna merah dengan garis hitam mengelilingi, terdapat bunga berwarna emas serta pegangannya terbuat dari semacam kristal bening transparan, perlahan dia mendekat ke arah Eleazar.
"Jika kau ingin menyelamatkan negeri ini maka kau harus melenyapkan kakakmu." ucap Raja Azarya sambil menyerahkan pedang itu. "semua ini demi orang lain, apa kau mau menyelamatkan orang lain? Atau membiarkan kakakmu melakukan semena mena dan menghancurkan dunia?"
Dari jauh Valeria berteriak dengan suara keras meski terdengar seperti bisikan. "Eleazar, kau pasti tidak berfikir untuk menuruti semua perkataan itu kan? Ingat kebaikan dalam dirimu, apakah hubungan persaudaraan antara kau juga Nyxian hanya sebatas ini saja? Jangan biarkan orang lain memperngaruhi fikiranmu, lakukan apa yang kau anggap benar."
"Jadi kau akan membiarkan banyak orang mati hanya untuk menyelamatkan satu nyawa? Apa itu sepadan?" Raja Azarya menepuk pundak Eleazar. "fikirkan tentang masa depan, ketika kau menjadi sosok pahlawan yang telah menyelamatkan dunia."
Sementara Nyxian tampak tidak bergeming bahkan kekuatan besarnya seperti tak bisa terkendali lagi, tatapannya tampak kosong dan tidak bisa bergerak sesuai keinginan hanya menyerang secara membabi buta, seakan dirinya sekarang adalah robot yang di kendalikan dari jarak jauh.
Sekilas Valeria menemukan sesuatu yang berbeda dari Raja Azarya karena dari belakang dia bisa melihat warna rambutnya sedikit berwarna perak meski tak pernah di lihat sebelumnya, hingga dia mengingat salah satu penyihir agung namun di buang karena sempat mempelajari sihir berbahaya dan hampir mengorbankan ribuan nyawa jika tidak tersegel.
"Queria...berhenti memperngaruhi fikiran Eleazar."
Namun perkataan Valeria tampaknya hanya tergantung di udara, di depannya Eleazar sedang memegang pedang pemberian Raja Azarya atau mungkin Queria.
Merasa dilema Eleazar terdiam memandangi sebuah pedang kristal di tangannya serta berkilau namun hatinya penuh keraguan, apakah semua ini akan sepadan dengan pengorbanan yang akan dia lakukan, atau sebenarnya ada jalan lain untuk menyelesaikan semua, sorot matanya tampak gelisah.
Di depannya terdapat dua pilihan antara mengikuti perintah dari penyihir Queria dalam wujud Raja Azarya dengan bisikan lembutnya ataukah Valeria yang menusuk hingga ke dalam jiwanya, tapi waktu seakan tengah mengejar karena kekuatan Nyxian semakin lama seperti tak terkontrol, dan mungkin bisa membahayakan seluruh kerajaan Nightshade bahkan rumahnya kerajaan Celestia.
Di sisi lain Valeria terus mencoba menenangkan Nyxian meski sulit untuk mendekat tapi dia yakin bahwa perkataannya bisa tersampaikan apabila dia melakukannya dengan sepenuh hati, meski awal pertemuan mereka tidak seperti yang di harapkan tapi seiring berjalannya waktu semua itu berubah.
"Nyx, berikan tanganmu." teriak Valeria sambil mengulurkan tangannya.
Tapi meski telah berusaha tampaknya itu belum juga cukup karena semakin Valeria mendekat maka makin jauh juga dia terlempar, kali ini dia bahkan sampai terpental hingga ke tanah tapi meski demikian ada hal yang membuatnya ingin mencoba lagi.
Seketika sebuah cahaya mengelilingi Valeria kini dia bukan lagi seorang putri berambut merah namun seekor naga serta kedua sayap besar, meski jika di bandingkan dengan naga lain ukurannya termasuk kecil tapi karena di sampingnya hanya ada manusia membuatnya sedikit lebih besar.
Kali ini Valeria menggunakan semua kekuatannya untuk melewati badai energi di sekitar Nyxian meski kulitnya hampir sekeras baja tapi tetap saja tergores, saat berada tepat di samping Nyxian dia mengambil artefak tersebut dan keadaan semakin tak terkendali. Energi yang keluar bahkan lebih besar dari sebelumnya, kali ini badai petir menyambar bahkan angin serta ombak seakan melenan semua di hadapannya.
"Nyxian, ingat tujuan kita melawan penulis serta menulis takdir kita." ucap Valeria.
Seketika Nyxian tersadar namun hal itu sudah terlambat karena cahaya itu semakin menyilaukan seakan menelan mereka berdua ke sebuah tempat yang tak pernah mereka lihat sebelumnya, hingga terdengar suara samar bunyi klakson.
"Di mana ini?" tanya Valeria sambil mengusap matanya beberapa kali.
Dari arah depan terdengar teriakan orang begitu keras hingga membuat mereka berdua tersadar. "Woi, kalau mau cosplay jangan di tengah jalan juga kali, kalian menganggu—"
Namun sebelum mengatakan sesuatu terdengar suara tabrakan hingga orang tersebut keluar dari mobilnya dengan geram, momen itu di ambil oleh mereka berdua untuk berjalan keluar dari tengah jalan, di setiap sisi jalan terpampang poster dengan judul yang sangat familiar.
"Apa ini?" Nyxian mengambil salah satu posternya dan memeriksa secara seksama. "kita berada di—dunia nyata?"
Dari arah belakang terdengar suara teriakan beberapa gadis. "kau pasti adalah pangeran Nyxian kan?" ucap salah satu kelompok itu. "aku—aku penggemarmu—bahkan."
"Hey Aoi, segitunya kamu suka sama karakter villain? Ntar kalau karakter favoritmu mati nangis loh." ucap seorang gadis bergaya rambut hijau serta biru muda. "mending kita dong ya gak?"
"Lah Rani gak tahu ya kalau itu bukan karakter favorit tapi—"
"Astaga maaf ya Aoi, kamu kan menganggap—"
"Rina, Sara berhenti mengatakan hal itu." ucap Aoi sambil mengembungkan pipinya.
"Permisi." ucap Nyxian, suaranya sedikit pelan karena berfikir bahwa itu adalah mimpi.
"Ada apa? Tanya apa saja akan aku jawab dengan segenap hati bahkan aku rela memberikan—"
Rina meletakkan tangannya di wajah temannya lalu mendorong ke belakang. "maaf temanku ini rada agak sedikit—mungkin gila, jadi mau tanya apa? Jalan?"
"Aku ingin tahu soal novel cerita 'Phantom Stage' dan mungkin penulisnya." ucap Nyxian, terlihat sedikit perasaan gugup dari wajahnya.
"Hmm...'Phantom Stage' ya, kayaknya aku—"
"Ku mau bertemu trio gila itu? Mending gak usah deh, mereka lagi menyelidiki aktivitas hantu, kalau takut lebih baik cari film lain saja." ucap Sara sambil menyilangkan tangan di dada.
"Tapi bukankah ada sebuah cerita dengan karakter utama Eleazar?" Nyxian menatap, wajahnya penuh harap.
"Emang judulnya gitu ya? Seingatku judulnya 'Crystal Sword that cut Through Heaven' ya gak?" Rani menatap kedua temannya namun tampaknya dia hanya di kacangin hingga membuatnya marah. "woi lah, jawab apa gitu sat emang kalian ya!!"
"Terima kasih." ucap Nyxian lalu berbalik.
"Tunggu, jika kau mau menemui penulisnya sebaiknya jangan sekarang, ntar malam atau subuh aja, soalnya pekerjaannya banyak pake banget juga." teriak Aoi dari jauh.
"Val, menurutmu bagaimana?" Nxyian menatap temannya yang sedari tadi hanya diam saja.
"Teman? Apa aku hanya sebatas teman saja?" Valeria tampak begitu kesal bahkan wajahnya sangat merah seperti tomat matang. "aku benci–semua ini."
"Jadi kau mau jadi apa?" tanya Nyxian seraya menepuk pundak temannya.
"Jadi cowok memang gak pernah peka." Valeria menepis tangan di depannya dan berjalan cepat.
Sementara Nyxian hanya kebingungan sambil melajukan langkahnya hingga berada di samping temannya, mereka melewati tempat yang tampak asing bagi mereka bahkan orang orang ada juga mengambil foto mereka.
"Woi, jangan ambil foto orang tanpa izin, ntar kena masalah hukum baru tahu." ucap seorang yang tengah lewat di jalan. "kalian bisa di tuntut serta dendanya bisa sampai ribuan dolar loh."
"Apa iya? Tapi cewek yang cosplay jadi naga itu seksi banget gak sih." ucap temannya.
Di tengah jalan Nyxian merasa bahwa ada hal mengganjal fikirannya dan mungkin berhubungan dengan orang sekitar sana, setelah melihat sebuah cermin ternyata itu adalah pakaian yang tengah dia gunakan, dia pun mencari sekeliling untuk menukarkan pakaiannya untuk kaos agar tidak terlalu menarik perhatian ketika berjalan nanti.
Ketika sampai di sebuah toko baju seseorang yang menggunakan pakaian mirip penyihir menghampiri mereka serta menuntun ke sebuah toko dengan aksesoris sihir, penampilannya tampak sedikit mencurigakan tapi karena di papan tokonya tertulis bahwa gratis konsultasi mereka pun merasa bahwa itu tak masalah.
"Silahkan duduk dan letakkan tanganmu di atas bola ini." ucap wanita tersebut sambil memejamkan mata seakan sedang membaca ramalan. "ok, ternyata seperti itu."
Setelah membaca ramalan di dalam bola, wanita itu mengambil sebuah kertas lalu menuliskan sesuatu dan seketika angin berhembus begitu kencang hingga menerbangkan topi miliknya dan wajah seorang gadis berambut cokelat bergelombang tersembunyi di baliknya.
"Terima kasih telah berkunjung." gadis itu menyerahkan kertas di tangannya lalu bersiap untuk aksi berikutnya,
Sementara Nyxian masih tampak kebingungan dengan hal tersebut namun kalimat dalam kertas itu membuatnya tercengang, matanya bahkan tak bisa lepas dari kertas tersebut bahkan ketika telah berada di trotoar, dan karena tidak memperhatikan jalan membuatnya menabrak seseorang yang berlari dari arah berlawanan hingga orang itu terduduk di lantai serta kertas di tangannya terlempar ke udara.
Melihat sosok di depannya membuat Nyxian tergagap matanya terpaku pada sosok yang baru saja ditabraknya, walau baru pertama kali bertemu tapi ada semacam ikatan antara dia dan juga orang tersebut meski sulit untuk di jelaskan secara rinci, salah satu kertas melayang tepat di depan wajahnya berjudul 'Akhir dari sebuah Keluarga'.
Seketika Nyxian menjadi semakin panik, karena namanya terpampang jelas di sana dengan akhir kematian oleh adiknya yaitu Eleazar, tangannya tampak lemah bahkan ketika memegang lertas tersebut seakan membawa beban begitu besar di pundaknya, beban tak terlihat.
Sosok itu terlihat begitu familiar dengan rambut berwarna hitam acak-acakan serta kacamata bulat tebal dan besar, serta kantung di bawah matanya, dia terduduk di atas tanah sambil mengusap kepalanya, saat wajah mereka berhadapan seakan ada sebuah kilat menyambar.
"Kau menyukai ceritaku?" tanya orang itu, raut wajahnya tampak di penuhi kebahagiaan. "aku...membuatnya untuk diriku sendiri...jadi tidak—"
Matanya seketika membulat ketika melihat bahwa kedua orang di depannya bahkan menggunakan pakaian sama persis dengan yang dia buat di dalam novel bahkan terlalu sangat realistis seperti melihat seorang cosplay tapi dengan budget sangat tinggi bahkan detail kecilnya pun terlihat mirip asli.
"Di mana kau membeli kostum ini? Aku mau membeli satu." ucapnya, wajahnya tampak bersinar ketika melihat ada orang yang menyukai hasil karyanya. "sebenarnya akhir dari novelku gak seperti itu—tapi..."
Orang itu menghembuskan nafas pelan sambil memunguti semua kertas yang berserakan satu persatu, di tangannya hampir semua kertas dari volume terbaru dari novelnya, meski dia tidak terlihat begitu menyukai semua karakter di dalamnya atau bahkan pengembangan cerita.
"Aku hanya memenuhi proyek tempatku bekerja." orang itu tampak sedikit lelah dan juga tersirat sebuah kesedihan di matanya. "karyaku tidak di sukai orang, mereka hanya melewati begitu saja, walau pak produser berkata bahwa itu akan berubah."
"Apa yang kau bicarakan?" Nyxian menatap tajam ke arah orang itu. "apakah kau itu 'Blood Moon's Curse' dan siapa nama aslimu?"
"Kau bisa memanggilku—J...K atau mungkin agar lebih akrab Jake." ucapnya sambil menundukkan kepala. "dan...tolong jangan lupa untuk membaca karyaku yang lain."
Setelah perkenalan Jake berdiri dan berputar melewati Nyxian juga Valeria, namun lengannya tertahan dan ketika melihat ke belakang ternyata mereka berdua orang yang tadi, cosplay dari cerita novelnya sebagai karakter villain, dia berbalik dan menatap wajah mereka penuh kebingungan.
"Aku ingin...menantangmu dalam permainan takdir." Nyxian berkata namun suaranya seakan serak, ada banyak hal terlintas dalam kepalanya namun seakan hilang tak berjejak.
"Kalau gitu mau temanin aku di kafe sana gak?" Jake menunjuk ke sebuah bangunan dengan tulisan 'Keajaiban Imajinasi'.
Awalnya Nyxian juga Valeria tampak ragu tapi karena saat itu mereka sedang lapar, maka hal itu tidak masalah, mereka mengangguk sambil mengikuti Jake memasuki ke dalam kafe tersebut sambil memandang sekeliling dengan wajah penuh kewaspadaan.
Sesampainya di sana hanya ada satu kursi tersisa yaitu dekat dengan jendela, Jake berlali kencang menuju kesana sambil melambaikan tangan agar mereka segera mengikutinya pergi ke sudut kafe tersebut.
"Apa kau mempercayai orang itu?" Valeria tampak meningkatkan kewaspadaannya.
"Aku rasa kita tak punya pilihan lain, gak sih." bisik Nyxian.
Sesampainya di sudut ruangan Jake tampak sibuk dengan kertas di tangannya, meski sudah ada beberapa lembar tulisan tapi tampaknya dia sedang merevisi sesuatu, hingga tak menyadari bahwa saat itu seorang pelayan tengah berdiri di belakang mereka.
"Permisi." ucap pelayan itu.
"Kami pesan kue top seller di sini, bagaimana denganmu, Val?" Nyxian memandang sambil menunggu jawaban walau tampaknya temannya tidak begitu mempedulikan hal tersebut, dia lalu menatap pelayan tersebut. "bawakan 3 menu kue populer serta minuman hangat untuk 1 orang."
"Baiklah, kalau begitu tolong tunggu sebentar hingga pesanannya sampai." ucap pelayan itu lalu berbalik dan pergi dari sana.
Sementara menunggu pesanan mereka, Jake melihat ke arah naskah miliknya dan setiap kali merasa bahwa ada sesuatu yang typo dia segera meremukkan kertas itu lalu membuangnya di tempat sampah di sampingnya, namun kesalahan terus saja bertambah hingga menbuatnya sangat depresi, meski tidak ada tuntutan deadline tapi ketika melihat karyanya tak di sukai oleh orang lain.
Jake menghembuskan nafas panjang sambil membenamkan wajahnya di atas meja, tanpa bergerak sedikitpun tangannya seakan telah berhenti bergerak, sementara otaknya seakan tak mau mengikuti perintah seolah tak mau memberitahu padanya.
"Emang bisa nafas?" ucap Valeria sambil berbisik sambil memandang orang di depannya.
"Tinggalkan saja aku, karena aku ini beban gak berguna." ucap Jake tanpa bergerak sedikitpun. "pergi cari impian kalian, aku tidak bisa membantumu melarikan diri."
"Apa kau akan menyerah begitu saja?" Nyxian berdiri sambil menarik kerah Jake sambil berteriak. "kau adalah alasan kami berada di sini, dan kau mengatakannya seolah dunia sekitarmu telah hancur? Fikirkan juga perasaan kita."
Namun Jake hanya terdiam matanya tampak mengeluarkan cairan bening, meski berusaha menahan kesedihan tapi sepertinya tidak berhasil. "aku adalah—produk gagal, ketika semua orang mendapatkan kesuksesan, aku di sisi lain—hanya seongok tanah."
Jake berdiri lalu mengambil naskah novelnya lalu meletakkannya ke dalam tempat sampah, lalu menatap ke arah dua orang itu. "jika saja waktu itu aku—tidak di lahirkan maka mungkin saja—semua orang akan lebih—bahagia."
Beberapa saat kemudian seorang pelayan datang membawa nampan berisi kue lalu meletakkannya di atas meja. "kue 'harapan akan ada selama kau mempercayainya', 'menyerah bukanlah cara untuk menyelesaikan masalah', dan 'berhentilah memikirkan orang lain dan mulailah mencintai diri sendiri' dan teh hangat 'jangan pernah menyerah meski karyamu tidak di hargai' itu saja."
"Anjir namanya kayak kata mutiara aja." Nyxian menatap kue itu yang tampak seperti kue pelangi, kue keju serta kue stroberi dan tidak ada hal lain berbeda dari semua itu.
"Mungkin supaya terdengar seperti kata penyemangat." kata Valeria sambil menatap sosok penulis di depannya.
Jake berdiri sambil meregangkan ototnya lalu mengambil kue di depannya meski terlihat sama seperti menu pada umumnya tapi ada satu perasaan yang menguncang ke dalam hatinya ketika mendengar perkataan tersebut lagi pula tujuan dia menulis adalah untuk dirinya sendiri, demi mengeluarkan semua isi hati serta kekesalan serta separuh untuk mendapatkan bingkai gratis dari event.
Wajah Jake sekarang menjadi semakin bercahaya, munkin karena dia telah mengisi perutnya dengan makanan meski tidak bisa mengisi kekosongan dalam hatinya yang selalu mencari alasan dia tetap menulis cerita tapi setidaknya itu cukup untuk saat itu, di tengah kesendirian akhirnya dia merasa seperti ada sosok teman di sampingnya.
"Aku bukanlah cosplay melainkan karakter asli." ucap Nyxian, suaranya terdengar serius dan dalam.
Jake tersentak ketika mendengar ucapan dari Nyxian, ekspresi wajahnya berubah seketika bercampur antara kebingungan dan ketidak percayaan, bagaimana mungkin karakter buatannya bisa berada di depan matanya berdiri seolah manusia nyata.
Namun meski merasa semua itu seakan hanyalah omong kosong belaka tapi ketika melihat betapa seriusnya raut wajah Nyxian serta Valeria seketika membuatnya ingin percaya meski sebagian dari dirinya masih menganggap semua itu hanyalah ilusi semata.
"Apa kalian benar-benar nyata?" Jake menatap menunggu kepastian dalam pertanyaannya.
Nyxian menatap beberapa saat sebelum menjawab. "awalnya aku juga merasa seakan hidupku hanyalah kisah cerita buatan dari seseorang yang bahkan tak pernah aku temui, tapi semakin lama memikirkannya aku sadar bahwa semua ini bukan hanya tentang—menentang sang penulis tapi juga mengubah alur cerita kita."
"Tapi ini bukan dunia sihir karena tidak ada hal semacam itu bisa terjadi." ucap Jake.
"Sihir atau bukan aku yakin kau bisa menyelesaikan semua ini, kakak author." ucap Valeria, tatapannya penuh rasa percaya diri kuat.
Meski ingin menolak permintaan tersebut tapi sepertinya Jake tidak memiliki pilihan lain, meski dirinya saat itu merasakan sesuatu hal yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya, ketika dirinya di perhatikan dan juga merasa seolah memiliki seorang teman untuk bisa berbagi rasa sakitnya.
Sebuah perasaan yang hanya bisa di tuangkan melalui sebuah cerita, Jake tertunduk merasa bingung bagaimana dirinya bisa menyelamatkan orang lain hanya mengubah alur cerita saja, apakah hal itu akan membuat perubahan dalam kehidupan dalam cerita karakternya.
"Aku akan mencobanya." Jake berdiri melangkah menuju keluar pintu.
Nyxian menatap meja di depannya dan seolah sesuatu terlintas ke dalam kepalanya. "tunggu, kau harus menghabiskan semua kue ini—maksudku sebaiknya kita makan dulu sebelum pergi."
Awalnya Jake terdiam dan menatap makanan di atas meja meski tidak merasakan nafsu makan, tapi karena beberapa alasan akhirnya dia pun duduk sebentar sambil memasukkan beberapa sendok kue ke dalam mulutnya meski makanan itu seolah terasa hambar seperti isi hatinya saat ini, tak ada sebuah perasaan atau apapun semacam itu.
Tapi walau Jake tidak memiliki perasaan dalam dirinya, ketika membuat cerita dia bisa merasakan perasaan dalam tokohnya dengan sedikit membuat mereka menderita, karena bagi setiap penulis cerita serta karakter di dalamnya telah di anggap sebagai anaknya sendiri, kisah sedih, bahagia bahkan menyakitkan itu dilakukan agar mendapatkan pengembangan dalam karakter.
Setelah selesai menghabiskan makanan Jake berdiri dari bangkunya dan berjalan menuju ke arah kasir. "berapa biaya semuanya?" tanyanya sambil mengeluarkan dompet dari sakunya.
"Total semuanya $ 4.500."
Setelah mengangguk Jake mengeluarkan beberapa lembar kertas dari dompetnya dan memberikan itu kepada petugas penjaga kasir lalu pergi melangkahkan kakinya keluar dari kafe tersebut, dan di depannya berdiri Nyxian serta Valeria yang tampak sedang menunggu kedatangannya.
Meski semua itu terdengar tidak masuk akal tapi karena Jake termasuk orang yang sering berkhayal jadi dia mengikuti dua orang tersebut yang mengaku sebagai tokoh karakter dalam ceritanya, dia berjalan menuju ke sebuah gedung rumah kecil, lampu di dalamnya tampak remang bahkan sampai kesulitan untuk berjalan.
Setelah beberapa saat berjalan akhirnya Jake dan kedua teman barunya tiba dengan selamat di rumah miliknya. "selamat datang di—istanaku? Maaf sedikit berantakan karena aku sedikit kerepotan—apalagi tentang kuota internetku yang tipis seperti jeruk peras."
Di sekeliling tempat itu lebih mirip dengan kandang hewan dari pada sebuah tempat tinggal, dari segala penjuru hanya ada beberapa baju berserakan tak karuan sementara kertas ada di segala tempat, atapnya terlihat hampir roboh serta cat hampir terkelupas. Banyak barang-barang tak berguna tampak menghiasi dinding serta tertumpuk pada satu tempat.
"Ini—rumahmu?" Nyxian menatap sekeliling meski tak percaya bahwa itu tempat kediaman dari penulis kisah ceritanya.
Sementara Valeria terlihat sedikit tidak nyaman dengan keadaan saat itu. "bukankah semua orang akan membuat kisah dari dirinya sendiri? Tapi kenapa kau malah—jangan tersinggung ya karena aku tidak bermaksud menghina meski rumahmu—seperti kandang?"
Jake hanya tertawa sambil terkadang menggaruk kepalanya. "begitu kah? Sebagian orang membuat cerita dari imajinasi mereka dengan kata lain harapan atau keinginan mereka agar semua itu menjadi kenyataan—kecuali bagian keluarga aku hanya malas membuat sosok ayah serta ibu atau semacamnya."
"Jadi dengan siapa kau tinggal?" tanya Nyxian sambil menatap sebuah foto yang tergantung di dinding rumah kumuh tersebut. "apa ada 4 atau 5 orang."
Jake berjalan sambil mengambil sebuah laptop berwarna merah lalu di letakkan di atas meja dan membuka beberapa aplikasi untuk mulai menulis cerita. "anggota keluargaku ada lima sih, tapi mereka sekarang sedang sibuk bekerja dan hanya aku saja yang tinggal di rumah, aku tidak pandai bersosialisasi dengan orang lain."
Valeria menatap lalu mengangguk. "aku mengerti sekarang, mungkin kau hanya butuh seorang teman saja."
"Nanti saja kalau aku sudah hampir mencapai batas usiaku, lagi pula jodoh ada di tangan Tuhan." Jake berkata tanpa mengubah posisi duduknya.
Saat itu Jake tampak sedang berusaha mengubah akhir dari sebuah cerita yang telah lama tamat, meski dia telah menyetel agar bisa terupdate di waktu tertentu, setelah selesai dia berdiri sambil meregangkan ototnya dan berolahraga sebentar lalu menghembuskan nafas pelan.
"Aku tidak tahu kalau nanti kalian bisa kembali ke kerajaan Celestia atau tidak." ucapnya pelan namun seakan tanpa harapan. "karena dunia ini adalah tempat ketika sihir tidak berlaku, jadi semua hal tidak bisa terjadi sesuai dengan keinginan."
"Aku siap menerima konsekuensi apapun entah kembali ke dalam cerita atau berada di sini selamanya." Nyxian menatap penuh dengan keyakinan. "lagi pula siapa tahu kita bisa membuat cerita baru tentang kisah kita, benar kan Val?"
Seketika lamunan Valeria terhenti ketika mendengar perkataan dari Nyxian. "tentu saja—aku akan mengikutimu."
Jake menatap kedua karakter di depannya dan merasa ada hal ganjil dari mereka karena seingatnya bukan itu sifat yang telah dia berikan kepada mereka, meski dia tidak mengharapkan bertemu dengan tipe orang seperti itu tapi sepertinya dia merasa risih.
Bagi Jake sosok dari Nyxian adalah karakter sombong, angkuh serta mau menang sendiri, sementara sosok Valeria adalah karakter yang selalu mementingkan diri sendiri dan memiliki watak licik serta senyuman jahat, meski keduanya memiliki satu kesamaan yaitu selalu membuat orang lain menjadi kesulitan ataupun kesusahan seakan semua itu hanyalah bagian dari lelucon.
Sementara menunggu tulisan berhasil di approve, Jake berdiri menuju ke arah dapur dan membuat beberapa kopi hangat meski mereka baru saja makan dari kafe tapi rasa masakan sendiri tak bisa tergantikan, dia berjalan ke ruang santai sambil membawa nampan di tangannya sementara kedua orang di depannya tampak sedang serius membicarakan sesuatu.
Apakah Nyxian dan Valeria akan kembali ke dalam dunia cerita atau menetap di dunia nyata.