'𝐇𝐀𝐓𝐈'
Netra itu lagi lagi membuat seorang gadis yang duduk di kursi warung itu tak berkedip untuk sesaat.
Mencoba mengalihkan pandangan, namun lagi lagi netra nya bertemu dengan netra seorang lelaki yang tak jauh darinya.
"Tolong berhenti,kamu membuat ku tak sanggup berucap" ucap nya pada jantung nya yang berdetak sangat kuat,
seolah jantung nya yang salah.
"Huftt" helah an nafas terdengar dari gadis bernama Fasya.
"Apakah ini yang dinamakan jatuh cinta?" gumamnya yang terdengar seperti bisikan.
"Jantung tolong berhentilah " pekik Fasya didalam hati.
"Eh, kalau berhenti mati dong, maksudnya kayak biasa aja. Jantung ku sayang" gumam nya.
'Seperti nya hujan akan berhenti, lebih baik aku menyebrang sebelum hujan kembali deras' batin Fasya saat melihat rintik hujan.
Ia sedikit berlari sembari menoleh ke kanan dan kiri hingga sampai diseberang jalan.
Ia mengeluarkan motor nya dari parkiran sekolah yang tidak jauh dari warung tempat nya tadi berteduh.
"Akhirnya aku bisa pulang" ucap Fasya dengan senyum yang tak lekang dari bibir nya.
----
"Assalamu'alaikum mah" ucap Fasya sembari menaruh sepatu nya dirak.
"Wa'alaikumussalam, kehujanan yah tadi?" tanya Fahda mamah Fasya.
"Iyah, disini hujan gak? " tanya Fasya balik.
"Cuma sampai masjid Al - Ikhlas, sepotong-sepotong hujan nya" jelas Fahda.
"Mandi sana, nanti sakit habis kena hujan" lanjut Fahda menyuruh anak nya.
"Hujan nya pilih kasih ihh, iya mah" ucap Fasya, lalu masuk ke kamar nya untuk mandi Karena sempat kehujanan.
--
Diruang tamu jam 19.23 PM sehabis makan, terlihat anak anak dan orang tua nya sedang bercengkrama.
"Gimana sekolah nya sya? " tanya Arsyad, ayah Fasya.
"Baik yah, paling agak gila gara gara tadi ulangan terakhir nya bikin kepala panas" jawab Fasya.
"Ulangan apa tadi? " tanya Arsyad lagi.
"Biasa, pelajaran kematian" jawab Fasya yang dimaksud ulangan Fisika.
"Terus, Dayad gimana kuliah nya? " tanya Arsyad pada anak sulung nya.
"Baik yah" jawab Dayad singkat.
"Sya, minggu depan sibuk nggak? " tanya Fahda yang baru datang sehabis beberes dapur.
"Nggak,satu minggu nanti libur mah sebelum PAT. Emang kenapa? " tanya Fasya menoleh ke mamah nya.
"Mau jemput adek mu di pondok, sekalian kerumah tante mu ngumpul ngumpul" jelas Fahda memberitahu nya.
"Dayad gak diajak mah" sahut dayad.
"Emang kamu sempat day" balas Fahda, jarang jarang anak nya yang satu ini ikut saking sibuknya.
"Gak sih, mau nitip aja. Aku mau ada acara di organisasi" ucap Dayad, sudah tertebak pasti akan sibuk.
"Ini nih yang bikin mamah gak nanya, pasti ada acara kalau nggak tugas. Tapi pas akhir bulan 4 harus sempet loh datang, kan adek mu wisuda" ucap Fahda.
"Itu mah pasti mah, masih 3 minggu lagi kok" balas Dayad.
"Waktu gak kerasa" sahut Arsyad.
------
07.05 Am
Awan terlihat cerah hari ini, begitu pula dengan seorang gadis yang menggunakan hijab berwarna putih yang sedang bersenandung ceria di atas motornya.
'Dia sekolah atau nggak yah' batin gadis itu bertanya.
Yah, dia Fasya.
Setelah sampai di parkiran ia pun memarkirkan motor nya, sembari memperhatikan sekitar nya yang sudah tampak banyak motor tersusun.
"Disa mana yak" gumam Fasya berjalan ke arah tangga dan melangkah hingga tangga ke dua.
Ia sempat menoleh kebelakang dan terdiam sesaat, melihat seseorang yang beberapa bulan ini menganggu hati dan pikiran nya.
Berusaha menyapa dengan senyum tipis walau hanya dibalas anggukan.
'Seperti sedang menjaga hati saja' batin nya melihat lelaki itu sedikit cuek pada perempuan.
"Disaaa" panggil Fasya saat melihat salah satu teman nya yang ia tunggu memasuki gerbang sekolah dengan motor scoopy putih nya.
Fasya duduk di tangga menunggu Disa memarkirkan motor nya dengan pikiran yang masih mengarah tentang 'dia'.
"Sya, jan bengong ihh" tegur Disa saat sudah tiba di depan Fasya.
"Eh, iyah" balas Fasya sembari berdiri tepat di samping Disa.
Sembari berjalan menaiki tangga mereka berbincang bincang tentang pelajaran dan kejadian yang sudah terjadi.
"Ahh malas banget,nanti pasti ada remedial" tebak Disa saat mendapat kabar bahwa nilai ulangan mata pelajaran Matematika nya 50.
"Emang sejak kapan kita gak remedial matematika,huh" cemberut Fasya.
"Iya sih, gimana lagi emang otak kita gak sewow itu" balas Disa.
Pembicaraan itu terhenti ketika telah tiba di depan guru, dan menyalami guru satu satu.
"Huhh, sesek aku" gumam Fasya saat selesai menyapa dan menyalami 13 guru yang sudah datang.
"Sama, kehabisan nafas. Kayaknya butuh nafas buatan my bebeb deh" balas Disa dengan wajah yang tak henti hentinya tersenyum.
Bukannya terlihat indah, justru terlihat menyeramkan karena tak terbiasa melihat senyum manis tapi pahit itu.
Sesampainya mereka dikelas, segera dirinya meletakkan tas dan menanyai teman teman nya, apakah ada yang remedial matematika juga atau tidak.
Takutnya lupa ingatan kan, seperti tahun lalu. Santai santai seperti tidak ada beban, ternyata ada remedial.
Kayak bom aja , tiba tiba nama disebut untuk ke ruang remedial.
"Ok, untung aku udah belajar" balas Fasya saat sesudah menanyai salah satu teman nya yang duduk di belakang bangku nya.
"Kalau gak ,bakal remedial kedua kalinya dan ngerjain ditengah lapangan aku" gumam Fasya berdiri dari duduk nya dan ke tempat tong sampah.
Pov Fasya
Sehabis membuang sampah di laci ku,aku kembali bertemu dengan 'dia'.
Namanya Christian dipanggil Tian atau Chris, tapi aku memanggilnya sayang, bercanda kok.
Garing yak? Aelahh
Aku memanggilnya Kris.
Ia merupakan anak kelas XII IPS 1, kelas yang berada di dekat lab komputer atau berjarak 4 ruangan dari kelas XI IPA 1 tempat ku.
Huh, terasa jauh untuk bisa melihat nya, tetapi tidak apa apa,selama netra ini masih bisa menangkap hadirnya walau itu hanya sebuah bayangan.
Duh Indah sekali kata kata ku.
Ia sudah akan lulus, huh.
Tapi tak apa kan rumah nya tak jauh juga.
Mencoba mengalihkan pandangan saat tak sengaja mata ini bertubrukan dengan matanya, tapi tidak bisa.
'Astagfirullah, mata' batin ku, tetapi entah mengapa mata itu terlihat menarik ku untuk tak mengalihkan pandangan seperti magnet yang menarik sesamanya.
"Ngapain ngelamun, Sya" ucap Ika menatap ku setelah menabok bahu ku.
"Astagfirullah kuyang terbang" pekik ku, reflek memukul mulut. Sungguh memalukan untuk yang ke 20 kalinya mungkin, akibat terlalu sering kaget.
Hingga tersadar sesaat setelah ada tepukan di lengan ku, menatap kedepan saat Christian sudah tak nampak dari pandangan.
"Kenapa ikah? " tanya ku padanya.
"Guru udah di depan kelas X.2" tunjuk ika pada guru yang sedang berbincang dan akan berjalan menuju ke arah kelas kami.
"Eh iya" balas ku lalu bergandengan dengan nya masuk kedalam kelas.
Pov Fasya end.
------
"Apa aku harus bilang sama dia yah" gumam Fasya sedang duduk di kursi kantin.
"Hah, kamu ngomong apa sya?" tanya Disa mendengar sepenggal dari kalimat itu.
"Eh tidak ada" jawab Fasya dengan senyuman yang tipis.
"Yaudah, lanjutin gih makannya" ucap Ikah menginterupsi mereka.
"Iyah yang mulia" balas mereka dengan diakhiri tawa.
Panggilan yang mereka gunakan karena sering menonton film kolosal.
"Ishh"
-----
'𝐘𝐀𝐍𝐆'
'Apa itu cinta? apakah perasaan yang muncul tanpa sebab akibat? atau perasaan yang muncul pada saat sepasang netra saling memandang?'
-fasya
Esok adalah hari yang paling ditunggu Fasya.
Ia akan menemui seseorang.
Ini masih sore dan merupakan waktu untuk santuy dengan my bestie tercintah.
"Sya, ke tempat itu yok" tunjuk Disa ke penjual es boba yang berada di pinggir jalan sembari menghentikan kayuhan nya pada sepeda.
"Eh, ayok" seru Fasya lalu mengayuh sepeda ke penjual.
"Kak es boba satu rasa cokelat sama macha ya, toping nya orea sama keju" ucap Disa.
"Kak es boba satu rasa taro, toping nya orea" seru Fasya di samping Disa.
"Iyah"
"Ketaman itu yok Dis" ucap Fasya dengan mata menatap taman yang berada di belakang tempat penjual boba itu.
"Yeahh" balas Disa dengan berjalan lebih dulu dibanding Fasya yang masih memarkirkan sepeda nya didekat pohon.
"Ihh tungguin" teriak Fasya melihat Disa yang sudah berjalan.
Saat Fasya berjalan tak sengaja mata nya mengarah ke salah satu kursi di taman bagian kiri air mancur dan tak jauh dari tempatnya.
'Kyakk, dia lagi' batin Fasya dengan mata yang tak lekang mengarah dari tempat itu.
"Woii, Sya" teriakan itu membuat Fasya tersadar, dan langsung berlari ke Disa.
"Lama kali lah" keluh Disa.
"Heeleh, baru 10 menit juga" balas nya.
"Yudah, yok makan sosis nya" ucap Disa mengingatkan tentang sosis yang tadi sempat mereka beli.
"Ya, woah menggoda bet" balas Fasya mengeluarkan sosis itu dari bungkus nya.
Mereka memakan nya dengan ceria dan diiringi dengan berbagai cerita lucu.
Selang 15 menit, Disa kembali mendatangi penjual tadi untuk mengambil pesanan nya dan Fasya.
"Ini kak uang nya" ucap nya sembari menyerahkan uang 30 ribu.
"Terimakasih" balas penjual nya dengan senyum.
Disa hanya menganggukkan kepala nya lalu berbalik untuk mendatangi tempat Fasya berada, yang sedang berdiri di dekat bunga bunga.
"Nah" ucap Disa memberikan kantong yang berisi es milik Fasya.
"Timaci, Sasayang" balas Fasya.
"Huekk" seru Disa menabok lengan Fasya.
"Halah"
-------
Jumat, hari ini adalah hari yang ditunggu Fasya.
"Libur nanti jalan kepantai yok guys" ajak Ika kepada beberapa teman nya.
"Yok"seru Disa dengan semangat.
"Yah" balas yang lainnya.
"Kamu ikut gak Sya? " tanya Disa melihat Fasya yang diam.
"Gak tau, tergantung hari nya" jawab Fasya.
"Emang kenapa?" tanyanya lagi.
"Hari jumat sampai minggu aku ada acara sama keluarga" balas Fasya memberitahu kebimbangan nya.
"Kita jalan hari rabu aja, sekalian singgah di Festival yang dekat dari pantai" celetuk Desti.
"Festival apa emang? " tanya ika karena baru tau akan ada karnaval.
"Untuk memperingati apa gitu, lupa euy" jawab Desti dengan cengiran nya.
"Yaudah lah, liat aja nanti" seru Disa.
"Jadi, kamu ikut gak? " tanya Disa pada Fasya.
"Ya, ikut lah. Hitung hitung refresh otak " balas nya dengan senyum lebar.
"Yuhuu, jadi nanti-
Obrolan itu terus berlanjut hingga jam pelajaran terakhir dimulai.
----
Waktu berlalu dengan cepat hingga tiba jam pulang, pukul 11.20 siang tepatnya.
"Jadi sya? " tanya Disa ingin memperjelas tujuan Fasya.
"Jadi lah, pantang mundur. Mumpung dia juga ngajakin ketemuan, jadi aku gak perlu susah nanya dia sibuk atau nggak" jawab Fasya lalu berjalan ke taman dekat gedung olahraga yang kebetulan dekat dengan parkiran.
"Aku tunggu di samping ruang seni aja yah" tunjuk Disa pada kursi yang berada di samping ruang seni, dan tak jauh dari tempat taman depan gedung olahraga.
Kalau kata Disa, buat jaga jaga kalau patah hati. Jadi nanti bisa langsung nyamperin untuk memberikan kata kata manis.
Atau mungkin buat ngetawain.
"Iya" balas nya yang sudah dekat dari taman, terlihat seorang lelaki sedang duduk ditempat duduk yang berada di bawah pohon.
"Maaf kalau lama" ucap Fasya sesaat setelah mendudukkan pantat nya pada kursi.
"Gapapa" balas nya dengan senyuman yang teduh dan lembut.
'Aaaaaaaaaaa mamah' jerit Fasya dalam hati, berusaha mengontrol detak jantung nya yang mulai menggila.
"Aku cuma mau ngomong dikit kok" ucap Chris.
"Yaudah, ngomong aja" balas Fasya tanpa menoleh.
"Nanti kalau kalimat ku bikin kamu risih ngomong ya" ucap nya masih dengan memandang lekat Fasya.
Fasya hanya mengangguk - anggukkan kepala nya.
"Aku suka sama kamu"
"Aku mencintaimu Fasya. Benar benar cinta, bahkan debaran jantung ku kian menderu saat melihat mu " ungkapan yang membuat nya ditatap lekat oleh gadis disamping nya.
'Aaaaaaa kayak adegan drakor yang kemarin ku tonton' batin Fasya.
Ungkapan yang membuat Fasya seakan ingin meledak lalu berteriak dengan bahagia.
"Aku ngerasa ini mimpi" ucap Fasya pelan yang masih bisa didengar Chris.
"Aku gak berpikir ini akan terjadi, aku mengira mungkin aku yang akan berbicara dengan lantang tentang perasaan ku. Namun ternyata aku salah, kamu yang justru terlebih dahulu mengungkapkan nya" jelas nya dengan senyuman tipis.
"Aku senang, sangat senang. Ternyata aku gak ngerasain rasa itu sendiri, tapi hatiku sedikit goyah saat memikirkan apa yang mungkin kan terjadi. Berpikir apa mungkin bisa kita menjalani kisah asmara dengan perbedaan yang mencolok?" ungkapan penuh makna yang memang benar adanya.
"Aku juga selalu berpikir seperti itu, saat netra ku melihat mu membawa tas kecil yang berisi alat beribadah. Atau mungkin saat aku melihat mu membaca kitab mu" balas Chris dengan mata yang menatap bunga bunga indah didepan nya.
"Tapi aku ingin mencoba, mencoba untuk menyatakan dengan sangat yakin tentang perasaan ku ini. Bahwa aku menyukaimu layaknya pria yang menyatakan cinta pada gadis nya" lagi dan lagi kalimat yang memiliki arti sama masih terucap.
"Aku ragu, benar-benar ragu tentang kisah kita. Apakah akan berakhir tangis atau senyum" ucap Fasya dengan nada pelan.
"Aku pun, bagaimana mungkin sepasang manusia menjalani cerita cinta nya jika takdir mereka sudah pasti berbeda" celetuk nya.
"Tapi aku ingin merasakan dan menikmati rasa cinta ini dengan mu" lanjut nya.
"Kau bagai penyair yang sedang memberikan puisi cinta pada sang terkasih" ungkap nya dengan netra yang menatap lekat lelaki di samping nya.
"Dan kau adalah si kekasih yang menjadi penentu bagi penyair, apakah cinta itu diterima atau ditolak" ucap nya dengan kepala menoleh kekiri.
Yahh, sepasang manusia sedang saling memandang dengan penuh harap.
Mencurahkan segala rasa melalui mata untuk mengetahui bagaimana cerita ini berlanjut.
"Apakah kita jalani kisah ini lebih dulu? Sebelum menentukan tentang ujung dari kisah ini" ucap Chris.
"Mungkin bisa, tapi aku tak tahu apakah ini akan bertahan lama atau hanya bertahan sebentar" balas Fasya dengan memalingkan wajah nya.
"Mari kita mulai dan lihat ujung nya" ajak Chris.
Dan yah, kisah cinta itu kini dimulai.
-----
'𝐇𝐀𝐍𝐂𝐔𝐑'
'Ini kah sakit nya mencintai yang iman nya berbeda?'
-Christian
2 tahun 6 bulan , 2 tahun 6 bulan kisah itu
berjalan dengan baik dan penuh bahagia.
Kini puncaknya.
Penentu tentang bagaimana kisah ini akan berlanjut.
Di cafe tempat biasa mereka berkencan.
"Aku ingin bertanya" ucap Fasya.
"Tentang itu lagi? " balas Chris menebak.
Sekitar 2 bulanan belakangan ini Fasya selalu bertanya hal yang sama.
"Iya, aku hanya ingin benar benar menyelesaikan nya sebelum rasa ini semakin kuat dan membuat ku tak berpikir jernih nantinya" ungkap Fasya tentang hati nya.
"Aku tak bisa" celetuk Chris setelah terdiam sesaat.
"Aku pun tak bisa, kris" ucap Fasya dengan kepala tertunduk.
"Apakah ini akhirnya? Sepertinya memang iya, tak apa" ucap Chris dengan senyum pahit.
"Aku juga tak ingin, namun mau bagaimana lagi. Kita memang saling mencinta, tetapi orang tua kita sudah memberikan larangan" lirih nya dengan tatapan yang sarat akan kesedihan.
"Kamu dan aku memang tak ditakdirkan untuk lanjut merajut kisah. Terimakasih atas hari hari menyenangkan 2 tahun ini. Aku senang mengenalmu Fasya, dan menjadikanmu salah satu seorang yang berarti dalam hidupku" seluruh rasa ia tuangkan dalam bentuk kalimat 'perpisahan'.
"Mengenal mu adalah bab paling menyenangkan dalam hidup ku" ungkap nya dengan tangan yang mengenggam tangan sang terkasih.
"Begitupun dengan ku, kamu akan selalu menempati ruang hati ku. Mungkin kisah kita berakhir dengan ending yang tak diinginkan, tapi aku cukup senang karena kita setidaknya bisa menjadi teman atau sahabat" ucap Fasya lalu melirik handphone nya yang berdering.
Ia mensilent handphone nya agar tak menganggu waktu singkat ini.
"Baik, kisah ini berakhir"
"Terimakasih atas waktunya" ucap mereka bersamaan sebelum berbalik dan melangkah keluar dengan menggunakan pintu yang berbeda.
Membawa perasaan itu untuk menghilang seiring waktu.
Pov Fasya.
Langkah ini terasa berat, aku bahkan tak mengira tentang hal yang kutakuti benar benar menjadi nyata.
'Aku merasakan nya, rasa cinta dan tak ingin lepas itu. Tapi, ini hanyalah kisah sementara yang pasti akan berakhir dengan tangis atau senyum kepedihan'
Takdir, seberapa keras aku bertahan tetapi dunia seakan menyuruh ku berhenti.
'Mah, yah. Kisahku selesai" lirih ku lalu menyalakan motor ku dan berlalu dari sana.
Aku bahkan tak bisa menahan air mata ini untuk tak jatuh.
Helem dan kacamata sebagai tameng ku , hingga aku berani meneteskan air mata ini.
"Hah, aku bahkan berharap tak seperti ini" gumam ku tetap berusaha fokus melihat jalanan sore ini.
Mengingat tentang kisah ini,tak ada lagi sapaan manis di pagi dan malam saat ku tidur.
Tak ada lagi rencana bepergian kala libur kerja ataupun saat jam kuliah kosong.
Semua akan kembali seperti saat dulu aku masih tak mengenal mu.
Berdiam diri dirumah dan hanya sesekali keluar bila sahabat tercintah mengajak bepergian atau pun ada tugas.
Huh.
Pov Fasya end.
Mereka terlihat berbelok kearah yang berbeda saat memasuki jalan raya, tidak ada lagi Christian yang mengantar sang terkasih sehabis kencan.
Ingat, cinta tak bisa dipaksa. Bila takdir sudah memisahkan berarti ya berpisah.
Mereka benar benar memutuskan kisah yang memang takkan berakhir bahagia. Lanjut tidak lanjut hanya akan mengulur waktu untuk merasakan sakit.
Sakit yang mungkin lebih dalam lagi.
Pov Chris.
Kepala ini tak bisa untuk tak menatap kepergian nya.
Tapi bagaimana lagi, kita harus segera menentukan tujuan kedepannya untuk menghindari apa yang mungkin terjadi.
'Ibu, aku sudah menyelesaikan cerita ku dengan ending yang benar benar seperti ibu katakan kala itu' batinku.
'Aku bahkan tak berpikir akan secepat ini berakhir, dan tak tahu harus menyikapi nya'
Aku mengendarai mobil ku dengan pelan, karena pikiran ku bahkan masih berkelana mengingat tentang kejadian kejadian menyenangkan itu.
Entah saat Fasya masih kelas XII atau saat sudah kuliah.
Pov Chris End
------
"Aaaa, sayang kris deh" ucap Fasya dengan tangan yang memegang lengan Chris.
"Habisin gih es cream nya"
"Iya Iyah"
----
"Kris" pekik Fasya sesaat setelah dirinya terpleset dan terduduk di atas lumpur depan rumah Chris.
"Hahhaa"
"Oh gitu yakk, liat aja yah" sungut Fasya dengan tatapan sinis.
"Iya iya, sini" ucap Chris mengulurkan tangan nya.
"Eh, Syaaaaa" seru Chris saat dirinya juga ikut terjembret ke lumpur itu.
"Hahahahha" tawa mereka bersamaan melihat wajah yang penuh lumpur.
-----
"Kris, nanti beli es kelapa yah" tunjuk Fasya pada penjual es kelapa yang berada di dekat pondok.
"Iya , Syasya"
"Foto yuk disitu" tunjuk Fasya pada tempat yang dekat dengan air pantai.
---
"Kris, pengen kayak gini aja deh terus" celetuk Fasya yang bersandar pada lengan Chris.
"Aku juga pengen nya gitu" balas Chris.
"Hum"
"Aku bahkan berharap lebih dari itu, Sya" ucap Chris menoleh ke Fasya.
---
"Aaaa" teriak Fasya berlari ke arah Chris.
"Kenapa Sya? " tanya Chris yang baru datang dari membeli somay.
"Anjing mu kris, anjing aaaa" pekik Fasya saat melihat anjing itu mendekati nya.
"Hus Hus" hentakan kaki membuat anjing itu kembali ketempat nya.
"Hampir aku" gumam Fasya.
"Kok bisa dikejar sih, Sya" heran Chris.
"Tadi kan aku perhatiin badannya, tapi pas mata ku ketemu sama mata nya. Dia langsung ngejar, sumpah aku gak ada niat ganggu loh. Aku kayak mau pingsan aja" cerocos Fasya dengan nafas yang ngos ngosan.
"Hahah, makanya jangan diliat liatin" balas Chris dengan memperhatikan Fasya dari atas ke bawah untuk memastikan apa kah ada yang luka.
---
"Kris, nanti singgah di taman itu yah" ucap Fasya mengingatkan tentang taman yang akan mereka datangi.
"Iyah, yang lagi ada acara kan" balas Chris menoleh sebentar ke sebelah nya.
"Iya, kita jangan terlalu dekat sama keramaian. Nanti kalau mobil nya diparkir disitu, susah keluar"
"Ok"
"Nanti foto in aku di bunga bunga yang mekar itu yah"
"Iya, Sya syaku"
---
"Kris, ajarin hitung hitung ini dong. Nanti aku remed lagi" pinta Fasya dengan muka imut nya.
"Heh, ngapain sok sok imut begitu" celetuk Chris.
"Yaudah, muka marah aja" cemberut Fasya dengan menatap Chris sinis.
"Hahahaha, kok yang ini lucu yah"
"Aaaaaaaaaa" pekik Fasya.
---
"Kris, ke danau itu yuk liat matahari tenggelam" ajak Fasya yang sedang mengendarai motor dekat dengan motor nya Chris.
"Yuk" seru Chris lalu melaju meninggalkan Fasya.
"Loh loh kok ditinggal" gumam Fasya dengan mata terbelalak.
Ia pun melaju mengikuti motor Chris dengan diiringi omelan.
---
"P maksud. Udah tau gak bisa laju laju, malah di ajak ngelaju" seru Fasya.
"Siapa yang suruh laju laju sih" balas Chris dengan menaikkan satu alis nya.
"Sama aja pokoknya" sinis Fasya.
"Lucu "
'Aaa, pen nampol'
"Diam deh" memalingkan wajah nya yang bersemu.
"Kenapa emang, kan emang lucu. Kalau kata kamu kiyowooo ihh" celetuk Chris yang semakin membuat Fasya serasa ingin berteriak.
---
"Kris, main itu yok" tunjuk Fasya pada kendaraan yang biasa disewakan di pinggir pantai
"Kamu yang bawa"
"Woah, jangan ragukan saya yah" sombong Fasya.
----
"Au ah, kemarin katanya mau jalan sama keluarga. Kok itu malah sama cowok" ucap Chris.
"Wihh, yang mulia cemburu"
"Mana ada, sembarangan" bantah Chris dengan wajah tanpa senyum.
"Aduh duh, kiyowo ihh"
---
"Kris, rem nya yang mana tadi" pekik Fasya saat menjalankan nya.
"Katanya tau"
"Lupa lah"
"Yang kanan dibawah itu" tunjuk Chris.
----
"Ish kan jadi benjol" keluh Fasya.
"Nanti aku ambilin obat" sahut Chris dari belakang nya.
"Tumben bener"
"Ayok liat matahari tenggelam nya"
-----
Itu pertemuan terakhir mereka dipantai, sebelum memutuskan akhir kisah mereka.
Kisah ini berakhir setelah Christian berhasil mengajari Fasya membawa mobil.
Banyak hal yang mereka lakukan, sama seperti pasangan lainnya.
Punya baju, sendal couple.
Banyak foto mereka tergantung di kamar, banyak barang yang saling mereka berikan.
Dan yah, itu hanya kisah yang kan jadi bagian terindah dalam cerita.
Selesai.
˙•∘○◌❀❁✿✾ꩇׁׅ֪݊✾✿❁❀◌○∘•˙
'Tuhan, tolong hamba mu ini. Ikhlas kan hatiku saat melihat ia berbahagia dengan yang lain, aku memohon'
'Tolong, redakan sakit ini karena pernah mencintai nya. Aku sungguh tak menyesal pernah mencintai nya, tapi tolong redakan pilu hati ini'
-Fasya&Christian.
˙•∘○◌❀❁✿✾ꩇׁׅ֪݊✾✿❁❀◌○∘•˙