Di sebuah desa terdapat sebuah bangunan rumah tua. Tidak ada yang menghuni, rumah tua itu dikenal oleh penduduk setempat sebagai rumah dedemit. Tak ada yang berani mendekati rumah itu, kecuali dua remaja bernama Reino dan Renny.
Renny, seorang gadis pemberani, selalu penasaran dengan hal-hal mistis. Ia ingin membuktikan kalau hantu itu tidak ada. Baginya, hantu itu hanyalah mitos yang dibuat-buat orang untuk menakut-nakuti penduduk setempat.
Sedangkan Reino, sahabatnya Renny sejak kecil, sangat percaya akan adanya hantu, karena sewaktu kecil ia bisa melihat, namun mata batinnya sudah ditutup saat dirinya berumur 13 tahun.
Sebenarnya Reino sangatlah takut masuk ke dalam rumah dedemit itu. Tapi demi menemani Renny, ia mau berani menghadapi mahluk apapun itu yang ada di dalam sana.
"Auranya hitam sekali!" batin Reino saat melihat asap hitam yang mengelilingi rumah itu, tapi hanya dirinya yang bisa melihat.
“Ayo, Reino! Kita masuk! Kita buktikan kalau cerita hantu di rumah ini, hanya omong kosong belaka!” ajak Renny penuh semangat.
Glek!
Reino, hanya bisa mengangguk dengan ragu. "Kalau ada apa-apa, kita langsung kabur, ya?" ucap Reino, nada suaranya sedikit bergetar.
Waktu tepat menunjukkan pukul 7 malam. Mereka berdua pun akhirnya masuk ke dalam rumah tua yang pintunya sudah rapuh itu. Baru di dorong sedikit sudah terbuka, saat mereka masuk, setiap langkah yang mereka ambil lantai kayunya berdenyit.
Renny yang lebih berani berjalan di depan, sementara Reino mengikutinya di belakang, tentunya dengan perasaan cemas.
Dengan menggunakan senter, mereka menyusuri setiap sudut rumah yang gelap dan penuh debu, berharap bisa menemukan sesuatu yang menarik.
Namun, saat mereka memasuki ruang tamu, tiba-tiba lampu rumah yang usang itu menyala sendiri. Renny terkejut dan sempat mundur beberapa langkah. "Gimana ini?" bisik Reino, wajahnya tampak pucat.
“Ah.., pasti cuma arus listrik yang konslet,” ucap Renny dengan nada santai.
Ngeekk...
Ngeekk...
Tiba kursi di sudut ruangan bergoyang-goyang sendiri.
"Kita harus keluar dari sini!" Reino jadi sangat panik.
"Itu cuma angin! Gak perlu takut begitu!" pekik Renny, penuh penekanan.
"Mana ada angin masuk! Dan gak mungkin juga ada arus listrik di rumah ini!!" tubuh Reino sudah gemetaran takut.
Namun, sebelum mereka sempat bergerak, mereka mendengar suara langkah kaki yang berat dari lantai atas. Mereka saling memandang, jantung keduanya berdegup kencang.
Duk... Duk... Duk...
"Pasti itu suara tikus," ucap Renny, kali ini ia mencoba menenangkan diri, meski hatinya mulai ketakutan.
"Mana ada tikus raksasa! Sampai menimbulkan suara keras begitu! Ini sudah tak masuk akal, ayo kita keluar sekarang!" Reino langsung menarik tangan Renny. Menyeretnya ke arah pintu keluar.
Tapi saat mereka hendak keluar, Tiba-tiba pintu tertutup sendiri. Tanpa diduga, sebuah bayangan putih muncul di ujung tangga turun kebawah menghampiri mereka. Kali ini Renny hampir menjerit, namun Reino menarik tangannya dengan cepat.
Namun, sebelum mereka bisa berlari, bayangan putih itu bergerak cepat ke arah mereka dan semakin mendekat. "Ayo main saya...." suara halus namun seram.
Renny yang mendengar tiba-tiba menghentikan langkahnya, “Kalau kamu ingin main dengan kami! Jangan cuma jadi bayangan!" hardik Renny.
"Eh!! Udah gila ya lu! Cepetan kita keluar dari sini!" Reino berusaha menarik-narik tangan Renny.
Tapi anehnya, bayangan putih tadi menghilang, dan rumah tersebut tiba-tiba menjadi sangat sunyi. Renny dan Reino hanya berdiri di sana, bingung dengan apa yang baru saja mereka alami.
Braakk...
Tiba-tiba sebuah kursi melayang, mengambang di udara. Reino dan Renny terdiam, menatap fenomena itu dengan mata terbelalak. Suara-suara deritan dari lantai kayu yang bergeser dan semakin keras, seolah rumah itu hidup, sedang menggerakkan dirinya sendiri.
Tanpa pikir panjang, Reino dengan seluruh kekuatan dan keberanian langsung menggendong Renny ala bridal, ia berlari sekuat tenaga menuju pintu keluar rumah itu.
Saat mereka berhasil keluar dari rumah tua itu, suara gelak tawa terdengar kencang mengiringi langkah mereka yang tergesa-gesa menuju tempat yang lebih aman. Mereka terus berlari sejauh mungkin, hingga rumah itu semakin jauh di belakang mereka.
Hosh... Hosh...
Keduanya duduk sejenak di sebuah warung, tempat mereka memarkirkan motor.
"Kamu berani banget..." ucap Renny dengan wajah merona.
"Kamu juga gila banget! Hantu di tantang! Dasar gadis bar bar..." kekeh Reino.
Keduanya pun tertawa geli mengingat kejadian seram yang baru dialami tadi.
"Padahal kamu ketakutan banget pas masuk, tapi aku gak nyangka, kamu sudah menyelamatkan aku, eh kita maksud ku..." Renny menunduk, sembari menyibakkan rambut pendeknya ke belakang telinga.
Entah mengapa, hatinya kian berdebar-debar saat menatap sahabatnya Reino. Sosok yang begitu akrab baginya, kini kelihatan keren dan macho.
Reino, yang masih berusaha menetralkan deru napasnya, ia pun tersenyum canggung. "Aku cuma gak bisa biarin kamu sendirian masuk kedalam sana, aku ingin selalu pastikan kamu gak kenapa-kenapa, walaupun kamu tomboy tapi kamu cantik," ucap Reino berwajah malu-malu.
Dari sorot mata Reino, Renny bisa melihat ada hal yang lebih dari sekadar persahabatan di mata Reino. Keberanian yang ia tunjukkan tadi lebih dari sekadar perlindungan kepada seorang teman. Itu adalah tanda bahwa Reino sangat peduli, bahkan mungkin lebih dari nyawanya sendiri.
Renny menggeser bokongnya, ia duduk mendekat pada Reino, menatap pria itu dengan ekspresi serius namun lembut. "Mungkin ini terdengar mendadak, tapi setelah semua yang kita lalui tadi, aku gak bisa lagi anggap kamu cuma sekedar teman main biasa."
Glek!
Reino menelan kasar salivanya, kata-kata Renny membuat hatinya berbunga-bunga. Wajah wanita itu pun semakin terlihat cantik dan menggemaskan.
"Aku ingin kita coba jadi lebih dari sekedar teman. Aku ingin kita jadi pasangan." ucap Renny menatap dalam mata Reino.
Reino terdiam sejenak, bingung sekaligus bahagia. "Maksud kamu?" tanyanya sambil tersenyum.
"Aku... Aku ingin lebih dari sekadar teman! Aku ingin kita coba jadi lebih dari biasanya. Aku aku mau kamu jadi pacar aku, masa kayak gitu saja kamu gak ngerti!" sungut Renny dengan wajah merah padam.
Akhirnya, dengan senyum malu, Reino mengangguk, "Aku juga sudah lama suka sama kamu, aku mau jadi pacarmu, Renny."
Keduanya pun saling menatap dengan mata berbinar-binar. Sejak saat itu, Reino dan Renny resmi menjadi sepasang kekasih, meskipun rumah tua itu tetap berhantu, mereka merasa bahwa kejadian itu adalah awal dari kisah cinta mereka yang tak biasa.
----- The End ---
Bikin Cerpen Dadakan GC little Fams 😙🤭