Laki-laki itu duduk termenung di dalam kelas, memperhatikan setiap gerak-gerik seorang gadis bersurai hitam panjang yang duduk tak jauh dari tempatnya berada. Setiap gadis itu tersenyum, diapun ikut tersenyum hanya dengan melihatnya. Suasana kelas yang ribut, tidak mengganggunya untuk bermimpi dengan mata terbuka. Yah! Lebih tepatnya, menghayal.
"Eh, Angel, itu Alwan lagi liatin kamu," bisik seorang teman si gadis berambut pendek. Gadis cantik itu pun sontak menoleh ke arah laki-laki yang melihatnya.
"Sial! Malah liat kesini lagi," batin Alwan seketika tersadar.
"Hah? Apa? APA AKU TIDAK SALAH LIHAT?"
Alwan membelalakkan matanya tidak percaya apa yang baru saja dilihatnya. Seorang Angel memberikan senyuman padanya. Ini benar-benar langkah, seharusnya kejadian ini diabadikan.
Dia terlalu berlebihan. Padahal hanya 3 detik, lalu Angel kembali sibuk dengan teman-temannya. Sungguh menyedihkan.
* * *
"Alwan! Tetap fokus, apa yang sedang kau perhatikan," tegur seorang guru olahraga ditengah lapangan hijau.
Karena tidak fokus, Alwan terjatuh tersandung batu saat sedang berlari mengelilingi lapangan.
"Batu sialan!" Sibuk dengan luka di lututnya, dia tidak menyadari ada seseorang yang sedang menghampirinya.
"Alwan, kau tidak apa-apa?"
Alwan mendongakkan kepalanya, didapati Angel berdiri didepannya.
"Aa-- aku," dirinya kesulitan berbicara.
Angel berjongkok menyamakan tingginya dengan Alwan yang terduduk diatas lapangan, "Emm..hanya lecet sedikit ya," gadis itu menyentuh luka Alwan yang hanya sedikit lecet, "pasti akan segera sembuh".
Semburat merah muncul di pipi Alwan, setelah menyaksikan Angel tersenyum lebar padanya.
"ALWAN DAN ANGEL CEPAT MASUK KE BARISAN. BELUM WAKTU ISTIRAHAT SEKARANG," perintah guru olahraga dari kejauhan.
"Ayo, Alwan nanti kita dimarahi," ucap Angel seraya beranjak dan mengulurkan tangannya untuk membantu Alwan.
Dengan jantung berdebar Alwan menerima bantuan itu. Mereka berdiri bersampingan dan saling memandang.
* * *
Hujan deras, Alwan berdiri sendiri di halte bus menunggu hujan reda.
"Hujan deras seperti ini, pasti akan sangat lama untuk reda," gumamnya mulai malas menunggu.
Laki-laki itu memperhatikan seorang gadis yang sedang berlari kearah tempatnya berada. Tingginya, rambutnya, bentuk tubuhnya, bahkan caranya berlari, Alwan menghafal setiap sudut gadis yang dicintainya.
"Sudah aku duga, itu dia." Tiba-tiba saja jantung berdebar kencang, ketika sang idaman sudah berada disampingnya. Gadis itu sibuk memperbaiki rambutnya yang basah.
"Alwan?"
Alwan yang dipanggil pun menoleh.
Angel tersenyum lebar, "maaf aku tidak melihatmu tadi".
Alwan hanya membalas dengan anggukkan kepala karena jantung sudah berdebar tak karuan.
Angel kembali menatap langit, "ujannya deras ya"
"Iya" jawab Alwan seadanya.
Hening..
"Ayolah Alwan, ini kesempatanmu. Semangat," batinnya.
Alwan menghela nafas.
"Angel."
"Alwan."
Mereka kompak memanggil, saling memandang lalu terkekeh kecil.
"Kamu dulu"
"Kamu dulu"
Lagi-lagi mereka kompak.
"Haha! Baiklah, aku dulu," Angel lebih dulu menyerah.
Gadis itu menghela nafas seakan ingin membicarakan sesuatu yang serius.
"Alwan, apa kau pernah jatuh cinta?" Pertanyaan yang membuat jantung wan ingin melompat dari tempatnya. Dari ekspresinya, Angel sepertinya serius menanyakan hal ini.
Alwan memberanikan diri untuk menjawab. "Iya, saat ini, aku sedang jatuh cinta."
"Benarkah? Dengan siapa?" Angel menatap lekat laki-laki disampingnya, namun tidak dengan Alwan yang melihat lurus ke depan.
"Siapapun dia, aku ingin segera menyatakan perasaanku."
"Mm, gadis itu akan sangat beruntung mendapatkanmu."
"Mungkin, aku juga tidak tau apa dia menyukaiku atau tidak."
"Katakan saja dulu, siapa tau dia juga menyukaimu."
"Mungkin secepatnya. Lalu bagaimana dengan Sasaki-san, apa pernah jatuh cinta?" Alwan beralih melihat Angel yang masih menatapnya.
Gadis itu terdiam sejenak lalu beralih menatap butiran air yang berjatuhan, "iya, sama sepertimu. Aku juga tidak tau apa dia menyukaiku atau tidak"
Hening.
Jantung yang berdebar kencang, kini tidak lagi dirasakannya setelah mengetahui sang idaman menyukai seorang yang lain. Rasanya seperti tidak ada lagi harapan untuknya.
"Sudah kuduga. Aku harus bisa sadar diri, gadis cantik dan pintar sseperti Angel tidak mungkin menerima aku yang seperti ini," batin Alwan, menunduk dan tersenyum tipis.
"Oh ya, tadi kamu mau bilang apa?" Yuka memecah keheningan.
"Tidak ada, lupakan saja," Alwan masih tetap dalam posisi.
Angel yang melihat tingkah Alwan menjadi kasihan.
"Ayolah.." Gadis itu memegang kedua tangan Alwan yang membuat laki-laki itu menatap lekat sang pujaan hati.
"Jadi seperti ini rasanya memegang tangan Angel," batin Alwan.
"Kita sama-sama menyukai orang yang kita juga tidak tau apa mereka menyukai kita atau tidak. Jadi kita harus semangat, ya!" Ucap Angel memberi semangat lalu memeluk erat tubuh Alwan.
Alwan dibuat kaget dengan tingkah Angel. Dengan gugup, Alwan memberanikan diri untuk membalas pelukan pujaan hati yang hatinya tidak untuk dia.
"Ini pelukan pertamaku dengan Angel. Huh! Begitu hangat, aku ingin terus seperti ini," batinnya merasa senang.
* * *
Alwan dengan beberapa temannya berjalan menyusuri koridor sekolah. Di arah berlawanan terlihat Angel sedang membawa banyak buku berjalan terburu-buru.
"Angel, mau aku bantu?" Sapa salah seorang teman Alwan.
"Tidak apa-apa, aku bisa sendiri," tolak gadis itu lalu pergi melewati mereka.
Alwan melihatnya. Walau sedang berbicara dengan yang lain, Angel malah melihat kearahnya. Setelah kejadian waktu itu, mereka jadi jarang berinteraksi.
"Alwan, bukankah kau menyukainya?" Tanya seorang teman Alwan.
"Yah, begitulah. Dia menyukai yang lain," ucap Alwan sembari menggaruk kepalanya lalu menoleh melihat punggung sang pujaan hati yang menghilang dibalik pintu masuk perpustakaan.
* * *
Sore ini langitnya begitu indah. Namun keindahannya tidak dipedulikan oleh Alwan. Laki-laki itu duduk termenung dibangku taman sembari memainkan sekuntum bunga mawar ditangannya. Dia tidak bisa selamanya seperti ini, walaupun Angel mungkin akan menolaknya— tapi tidak ada salahnya jika mencoba.
"Bagaimana ini. Aku jadi gugup," gumamnya.
"Alwan."
Suara Angel terdengar dari belakang. Seketika Alwan menarik nafas dalam untuk menenangkan dirinya. Dia bangkit dari duduknya dan menatap Angel dengan tatapan gugup.
"Kenapa mengajakku kesini," tanya Angel dengan senyuman manisnya.
Gadis itu terlihat seribu kali lebih cantik hari ini dimata Alwan, entah kenapa. Rambutnya lurusnya yang dibiarkan terurai, dress merah yang dikenakannya menambah cantik gadis itu. Suasananya semakin membuat Alwan gugup bahkan sampai berkeringat.
"Angel, aku-- aku mau," ucap Alwan terbata-bata. Nampaknya laki-laki itu belum siap untuk waktu ini.
Dia kembali menarik nafas dan memberanikan diri untuk menatap mata Angel, "aku menyukaimu."
Kata-kata itu mengalir begitu saja dari bibirnya. Angel dibuat tidak percaya dengan pengakuan Alwan padanya.
"Ya, aku menyukaimu. Sudah lama aku memendam perasaan ini. Aku tau pasti kau akan menolakku. Tapi itu tidak jadi masalah karena setidaknya aku sudah menyampaikan perasaanku," jelas Alwan berusaha untuk terlihat tenang walau dalam hatinya dia benar-benar ingin berlari dari tempat itu.
Dia menundukkan kepalanya, tidak bisa menatap Angel lebih lama lagi. Setelah ini pasti Angel akan pergi, pikirnya.
"Siapa bilang aku akan menolakmu?"
Dia kembali mengangkat kkepalany, tidak percaya dengan ucapan Angel barusan. Jadi, Angel menerimanya?
"Maksudmu?" Tanyanya memastikan.
Angel menghela nafas lalu berjalan mendekati Alwan, "aku sudah menunggu kata-kata itu darimu, Alwan," ucap Angel diakhiri senyuman manisnya.
"Yey!" Alwan melompat merasa senang karena berhasil mendapatkan Angel. Tidak disangka orang yang sangat disukainya selama ini ternyata juga menyukainya secara diam-diam.