🌷
“malam membelegu bersama pelukan yang kian mengerat, air mata sudah tak tertahankan dan terjun bebas dari kelopak mataku menuju pipi. Kepergian tentangnya menjadi mimpi terburuk yang pernah aku alami. Seolah rusak dan berkarat dengan pedih. Masih adakah untuk luka yang dalam?? Dan masih adakah harapan untuk cerita agar terbuka. Inilah kisahku”.
----------------------------------------
POV Jenna
----------------------------------------
Memupuk luka yang selama ini sudah terjerat cinta. Aku dan Jaemin adalah kisah pahit yang memungkinkan kalian tak sanggup untuk membacanya. Satu fakta yang pasti, Jaemin itu buta. Ketika aku menjelaskan tentang indahnya dunia, dia selalu memberiku kata-kata motivasi. Jaemin pernah bilang.
“Jenna, mungkin kamu pernah berfikir dunia itu jahat kepada kita. Tapi sebenarnya tidak, dunia hanya tidak mau kita merasakan hal yang kejam”.
Aku bingung dengan apa yang dikatan oleh Jaemin dan menatap Jaemin dengan tatapan heran. Jaemin masih setia dengan tatapan lurusnya.
Lalu Jaemin berkata kembali,“lebih tepatnya dunia tidak ingin aku melihat hal yang kejam”.
Aku mulai berfikir dua kali dan akhirnya mengerti apa yang diucapkan oleh Jaemin. Aku memeluknya dengan erat, menangkup dan mengusap kedua air matanya yang menetes tanpa izin dengan kedua tanganku, lalu berbisik
“Jaemin, kamu pasti akan melihat dunia yang indah, kamu akan melihatku nanti. Aku yang akan menjadi orang pertama yang kau lihat”.
Perasaanku benar-benar terpukul melihat jaemin yang menekuk wajahnya. Dia terlarut akan kesedihan.
Jaemin itu mengalami kebutaan sejak lahir, ibunya tiada ketika melahirkannya dan ayahnya seorang pemabuk sering sekali kasar kepadanya. Melihat kehidupan Jaemin yang saat ini, aku merasa benar-benar ingin menariknya dari lubang kepedihan itu.
“janji ya?”, ucap Jaemin sambil membuat jari kelingkingnya itu terangkat dan aku yang mengerti langsung mengaitkannya dengan jari kelingkingku erat, “janji”.
Pagi ini kami datang kerumah sakit untuk konsultasi tentang operasi mata yang akan dilakukan oleh Jaemin.
Aku mengenal dekat dengan dokter dirumah sakit ini karena dia adalah sepupuku namanya Dokter Haechan. Dialah yang akan mengoperasi Jaemin, aku tidak memberi tahukan Jaemin bahwa dia akan dioperasi karena dia pasti akan menolaknya.
“Jenna tungguin aku disini ya. Aku takut untuk diperiksa”. Wajah Jaemin saat ini seperti anak kecil yang ketakutan saat akan disuntik. Sumpah imut banget.
“iya-iya aku tungguin kok, kamu gak usah takut. Dokternya baik, gak bakan disuntik”.
Godaku sambal terkekeh pelan. “ih Jenna, aku gak takut disuntik, aku bukan anak kecil yang takut disuntik”. Ucap Jaemin menggelengkan kepalanya sambil mengerucutkan birinya.
Kami pun masuk ke ruang periksa dokter, saat ini jaemin sedang diperiksa oleh dokter Haechan. Sementara aku duduk di ruang tunggu dokter.
Setelah selesai memeriksa Jaemin, dokter Haechan menghampiriku dengan tatapan serius. “kamu yakin Jenna?”. Mendengar perkataannya aku langsung bilang bahwa aku yakin.
“aku ingin dia melihat dunia ini, walaupun dia nantinya akan terluka”. Ucapku. usai perkataan itu, Jaemin muncul dari balik tirai kamar periksa dengan tongkatnya.
Aku menuntunnya untuk duduk disampingku. Kemudian dokter Haechan menjelaskan perihal opersai yang akan dilakukan. Awalnya Jaemin menolak setelah aku memohon kepada nya akhirnya dia setuju.
----------------------------------------
Operasi mata untuk Jaemin akan dilakukan lusa, setelah berkonsultasi dari rumah sakit, aku dan Jaemin pergi beli es krim yang dijual diseberang rumah sakit. Jaemin memilih rasa coklat, sedangkan aku memilih rasa coklat vanilla.
“enak?”, tanyaku yang melihat Jaemin begitu puas menikmati es krimnya, bahkan sangkin menikmati bibirnya belepotan oleh es krim.
“Jaemin, makannya pelan-pelan aja”.
Kekehku sambil mengelap sudut bibir Jaemin dengan tissue. Melihatnya begitu bahagia, aku juga merasa bahagia. Jaemin, mekipun kamu tidak bisa melihatku, tapi aku yakin kamu tidak bisa berbohong tentang perasaanmu.
Rinai air mata menggantung disudut mataku, kutepis cepat-cepat saat jaemin meraba pipiku.
“kamu menangis?, Jennaku gak boleh nangis ya, nanti aku ikutan sedih”. Aku melihat raut wajahnya begitu kesal.
“iya-iya, gak nangis lagi kok. Cuma tadi kelilipan jadi perih”. Aku menahan tangisku dan langsung kuselipkan senyuman di antaranya.
“Jaemin, aku boleh mita sesuatu gak?”. Jaemin yang masih menikmati es. krimnya itu, dengan antusias menyahut.
“aku minta kamu selalu kuat ya, melihat dunia yang kejam ini”.
”dunia gak akan kejam lagi kok, kan aku ada kamu. Jadi aku bisa liat kamu terus. Pagi, siang, malam. Pokoknya terus-terusan, gak akan bosan. Kamu cantik jenna”. Aku tersenyum ketika Jaemin mengatkan itu.
“ih, kamu udah mulai bisa gombal”, godaku menoel pipi Jaemin dengan jari tekunjukku dan Jaemin merespon ku dengan tersenyum manis.
” Kalau aku gak cantik gimana?”.
” Jenna didunia ini semua manusia itu tidak sempurna, tapi bagi aku kamu itu sempurna untukku”. Kata jaemin lagi dan lagi membuat jantungku berdegup kencang, bahkan pipi merah merona menahan malu.
----------------------------------------
Hari ini adalah hari Jaemin akan melihat dunia secara keseluruhan. Aku mengantarnya keruang operasi.
” Jenna aku takut”. Aku menggenggam erat tangan Jaemin berusaha menguatkan.
” Jaemin, gak usah takut ya. Ini adalah kesempatanmu untuk melihat dunia. Jadi, kamu gak perlu takut, yang terpenting sekarang adalah percaya diri, selalu berdoa. Aku yakin Na Jaemin pasti bisa”.
Jaemin pun masuk keruangan operasi dan operasi berlangsung sekitar 5 jam lebih. Akhirnya semuanya berjalan lancer.
----------------------------------------
POV Jaemin
----------------------------------------
Aku tersadar dan terbaring dibrankar dengan perban yang membalut kedua mataku. Aku sedikit menggerakkan tanganku dan secara pelan-pelan menggelengkan kepalaku.
”kamu sudah sadar, sebentarnya saya akan periksa kamu dulu. Kamu istirahat dan memulihkan diri dulu, besok kita akan membuka perban kamu”.
Aku masih menghiraukan perkataan dokter itu, sekarang aku mencari dimana jenna. Sampai saat ini aku belum mendengar suaranya.
“dokter, kalau boleh tau Jenna ada dimana?”. Tanya aku.
”Hmm sebaiknya kamu pulihkan dulu keadaanmu, agar besok perban kamu sudah bisa dibuka”. Ucap dokter
Kali ini aku menurut perkataan dokter, tapi hatiku masih resah tentang dimana keberadaan jenna saat ini. Apa mungkin jenna akan memberikut kejutan? Aku mengulas senyum kecil ketika memikirkan itu.
“ah, tentu saja. Pasti dia akan meyiapkan es krim coklat untukku”.
Dokter Haechan sudah siap untuk membuka perban yang ada dimataku ini. Aku pun sudah tidak sabar melihat wajah Jenna dan memeluknya erat.
Sepanjang perban akan dibuka satu per-satu, aku selalu mengulas senyum. Hingga lilitan perban terakhir sudah terlepas. Tinggal dua kapas yang menutup mataku ini.
Dokter sudah mengabil kedua kapas itu dari mataku. Aku masih memejamkan mataku dan dokter menyuruhku untuk membuka mata secara perlahan.
Sedikit demi sedikit kubuka mataku dan padanganku samar-samar melihat langit-langit rumah sakit. Kemudian berubah menjadi sangat jelas. Namun, yang kulihat pertama kali bukan Jenna, melainkan dokter yang sedang berdiri di depanku.
”Dokter dimana Jenna? Aku ingin bertemu dengannya”. Ucapku, dokter Haechan menunduk.
” Jenna meninggalakan ini untuk mu”.
Sahut dokter Haechan memberikan sebuah amplop putih. Aku dengan tangan gemetar menerima amplop itu dan membukanya dengan perlahan dan kemudian membacanya.
----------------------------------------
----------------------------------------
Untuk Na Jaemin. Kekasihku
Aku yakin sekarang ini kamu sudah bisa melihat dunia. Maafkan aku tidak bisa mendampingimu, dan maafkan aku juga tela melanggar janji yang telah kita buat. Jaemin, aku yakin kamu pasti kuat, ini permintaan terakhirku untuk membuat mu bahagia. Meskipun dunia kejam dengamu, setidaknya kamu bisa kamu rubah dengan cara melihat dunia dalam sisi baiknya.
Semua motivasi dan kata-kata yang sering kamu lontarkan membuat ku memiliki semangat buat hidup melawan penyakitku. Aku mengidap kanker jantung stadium ahkir walaupun aku bersamamu mungkin aku tidak akan lama bertahan. Dan sekali lagi maaf aku tidak bisa bertahan untumu.
Jaemin-ku, aku tidur dulu ya, sudah cukup waktuku untuk melihat dan menikmati kejamnya dunia. Aku serahkan kedua kornea mataku untuk kamu. Kamu cukup berarti bagiku, kini aku selalu hidup dihatimu dan ragamu. Hanya ini yang bisa aku berikan kepadamu. Kamu dan aku adalah kisah yang tak sempurna untuk diceritakan. Jadi, simpan saja dipalung hatimu ya. Hanya kita yang akan tahu. Dan carilah perempuan yang bisa menggatikan ku agar kamu tidak terlalu memikirkan ku.
Dari Jenna.
----------------------------------------
----------------------------------------
aku menangis sejadi-jadinya, isakanku begitu keras hingga nafasku tersengal. Aku berkali-kali memukul dinding hingga tanganku memerah.
Kupeluk erat surat itu, tak sadar air mata menetes dengan lancarnya. Hatiku hancur seolah-olah dicabik oleh pisau tajam. Badanku lemas dan tak mampu menompang tubuhku sendiri untuk berdiri. Aku kehilangan seseorang yang selalu menemaniku, bahkan aku tak sempak melihat wajah cantiknya.
“kenapa kau lakukan ini tuhan? Kenapa?, KENAPA KAU MENGAMBILNYA?”.
Sudah tak sanggup lagi aku menaham tangis. Malam yang berbalut legam semakin menjadi saksi akan air mata yang mulai mengering. Hanya untuk kisah yang tak sempurna.
----------------------------------------
END
----------------------------------------
Cinta itu harus saling melengkapi, jika ada satu kekurangan maka harus saling menyempurnakan satu sama lain. Dan jangan sekali-kali melawan takdir yang sudah ditentukan oleh tuhan. 🌷
*JENNA