Alana terlambat bekerja, padahal hari ini adalah hari pertamanya masuk kerja. Alana masuk kedalam lift, dia terus mengecek jam dipergelangan tanganya, hingga tak menyadari seorang pria masuk setelah alana. Saat gadis itu mendongak dia sedikit terkejut, pasalnya dia hanya berdua saja didalam lift. Suasana didalam lift cukup hening, pria itu juga diam bak patung.
"Ehemm... bukankah cuaca hari ini sangat cerah..??" Tanya alana tiba-tiba, wanita itu mencoba menghilangkan ketegangan diantara mereka berdua.
Pria itu meliriknya sekilas, alana sedikit terpesona oleh wajah tampan pria itu, wajah yang tegas,hidung mancung, kulit yang bersih dan bibir yang tebal.
"Saya tidak suka basa-basi." Jawabnya singkat, lalu diam lagi.
Alana dibuat syok dengan jawaban yang pria itu lontarkan, ternyata hanya wajahnya yang tampan, tapi sifatnya sangat buruk.
****
Setelah cukup lama menyapa rekan kerjanya, alana kembali kemeja kerjanya. Jam sudah menunjukkan pukul 8 pagi.
"Alana, apa kamu sudah tau bos kita..??" Alana menoleh. Ternyata yang bertanya adalah mbak desi yang meja kerjanya disamping alana.
"Belum mbak, memangnya kenapa..??" Alana bertanya balik, penasaran.
Mbak desi menggeleng, "tidak apa," jawabnya.
Alana menggaruk kepalanya yang tidak gatal, kenapa alana merasa bahwa mbak desi seperti akan mengatakan sesuatu tapi tidak jadi.
"Alana..??" Alana tersentak, sepertinya ada yang memanggilnya. Dia mencari siapa orang itu. Ternyata bu audi, dia adalah sekertaris pak bos. Alana lalu bergegas menghampirinya.
"Ibu memanggil saya." Tanyanya pelan.
"Iya, ayo ikut saya." Alana tak banyak bertanya, dia mengikuti bu audi dibelakangnya.
"Bos atlas memanggilmu"
Deg....
Alana menjadi gugup, alana sudah tau dia akan menemui pak bosnya itu, tapi kenapa secepat ini, padahal jam kerja baru mulai 10 menit yang lalu.
Saat ini alana sudah berada diruang bosnya, bu audi tidak masuk kedalam, dia dikembali diruang kerjanya, alana masih menunduk karena takut, bukan tanpa alasan. Ini adalah pekerjaan pertamanya, dia takut kalo bosnya tidak suka kepadanya.
"Kamu alana..??" Alana bisa mendengar suara berat yang keluar dari mulut bosnya itu.
Alana sedikit membungkuk "iya pak, saya alana." Alana masih menunduk.
"Mendekatlah, dan angkat kepalamu" alana melangkah maju beberapa senti, dengan sedikit keberanian ia mendongakkan kepalanya, alangkah terkejutnya ia saat mengetahui wajah bosnya. Dan sepertinya atlas juga mengetahui wajah terkejut alana saat melihatnya.
"Kenapa..?? Kau mengenaliku..??." Dengan cepat alana menggeleng cepat, padahal alana masih sangat ingat wajah itu, wajah pria didalam lift ternyata adalah bosnya sendiri, kenapa alana tidak menyadarinya? Padahal hanya bosnya saja yang mengenakan pakaian setelan jas, sedangkan karyawan lainya hanya memakai setelan kemeja. Bodoh, batinya.
"Jadi, kamu asisten pribadi saya yang baru..??" Pertanyaan atlas membuyarkan lamunanya.
"Eh, iya. Pak."
"Saya akan menanyakan berbagai macam pertanyaan, jadi jawablah dengan jujur." Alana mendongak, lalu mengangguk. "Iya, pak."
Atlas menarik nafas dalam-dalam, dia sesekali merapikan jasnya. Lalu bersikap tegap lagi.
"Jadi, apa alasanmu bekerja disini..??"
"Karena saya senang disini." Alana menapuk mulutnya pelan, menyesali apa yang ia katakan, padahal bukan itu yang ia pikirkan.
Dia menaikkan alisnya. "Cuma itu alasanmu..??"
"Kantor ini juga cukup dekat dengan rumah saya."
Alanan melihat bosnya itu hanya mengangguk-angguk.
"Jadi, apa keahlianmu..??" Tanyanya lagi.
"S-saya orang yang bisa melakukan segalanya,jadi. Baoak tidak perlu khawatir." Jawab alana mantap.
"Oh, ya...??" Tanyanya dengan nada sarkastik. "Kamu pikir, kamu bisa melakukan semua hal..??" Tanyanya lagi.
"Iya, saya cukup yakin."
"Bagus." Katanya singkat.
"Jadi, apa yang harus saya kerjakan sekarang..??" Tanya alana, wanita itu ingin cepat bekerja, agar bisa secepatnya keluar dari ruangan itu.
Atlas lalu meraih beberapa dokumen dari mejanya. "Pertama, aku ingin kamu membantuku mengurus semua dokumen ini." Sambil menyerahkan dokumen itu padaku.
"Semua ini adalah dokumen penting yang perlu aku selesaikan. Kamu harus membacanya dengan teliti dan membuat rangkuman penting untukku." Alana meraih semua dokumen itu.
"Baik pak."
Oh, iya. Satu lagi." Langkah alana terhenti, berbalik lagi menghadap bosnya itu.
"Ada apa lagi pak..??" Tanyanya penasaran.
"Apa kamu punya pacar..??"
"Hah...?" Saking kagetnya alana hanya mengeluarkan 3 kata itu, alana tak menyangka bosnya akan bertanya hal yang pribadi.
"Kamu punya pacar..??" Tanyanya lagi.
"T-tidak pak, saya tidak berpacaran." Ucap alana gugup.
"Bagus kalo begitu, saya tidak mau urusan pribadimu mengganggu pekerjaanmu. Karena kamu asisten pribadi saya, kamu harus selalu siap menemani saya kapan pun."
"I-iya pak, saya siap."
Alana kembali duduk dimeja kerjanya, tenaganya sudah hampir habis untuk menjawab pertanyaan bosnya itu.
"Kenapa kamu al..??" Alana melirik mbak desi.
"Kenapa saya merasa tenaga saya seperti dikuras habis ya mbak, padahal saya didalam hanya menjawab beberapa pertanyaan bos atlas."
Mbak desi terkekeh.
"Aku juga sering mengalaminya al, kamu hanya belum terbiasa saja." Mbak desi kembali tertawa sebentar, lalu melanjutkan pekerjaanya.
.
.
.
"Mama mau bicara al." Alana yang sedari tadi masih sibuk dengan pekerjaanya menoleh. Dirinya masih sibuk melanjutkan pekerjaanya yang belum selesai, dan untungnya bosnya juga tidak keberatan kalo dia mengerjakanya dirumah.
"Bicara apa ma..??" Tanyanya fara, mama alana masuk kekamar anak sematawayangnya itu, mendekatinya. Dan duduk ditepi ranjang.
"Kamu mau ya, bertemu anak teman mama."
Alana menggeleng. "Alana sibuk ma."
"Cuma makan malam aja, gak lebih."
Alana menghela nafasnya, mamanya itu tak pernah menyerah menjodohkanya dengan anak teman terdekatnya itu.
"Tapi... alan tidak boleh pacaran ma, dilarang sama bos alana."
"Hah..?? Kenapa ada peraturan seperti itu..??" Tanya fara, wanita paruh baya itu nampak terkejut dengan peraturan konyol ditempat anaknya bekerja.
"Alana juga tak mempermasalahkanya ma, malah bagus. Alana juga tidak berniat pacaran."
Fara menggeleng cepat, "tidak, tidak. Mama tidak mau anak mama jadi perawan tua."
"Ma..." belum sempat menjawab, fara sudah menempelkan jari telunjuknya dibibir anaknya itu.
"Pokoknya besok malam luangkan waktumu, mama sudah dihubungi teman mama, kalo anaknya luang malam ini."
"Tapi ma..."
"Tidak ada tapi-tapian alana. Pokoknya kamu harus datang. Nanti mama kirim lokasinya keponselmu." Lalu fara bangkit, fara meninggalakn alana yang memetung ditempat.