Pertemuan dua atma yang tidak di sengaja, menciptakan asmaraloka dengan penuh harsa. Entah berakhir dengan amerta atau hanya sebatas luka.
Bersama langit senja di bulan Juni pertemuan mereka di mulai.
Matahari mulai terbenam perlaha. Memulai perjalanan malam dengan pancaran rembulan yang bersinar cantik di antara gemerlap bintang.
Seorang lelaki bernama "Areksa Mahendra" tengah duduk di tepi pantai sambil memandangi langit senja. Dia lelaki yang sangat menyukai senja. Setelah merasa lama, tiba tiba Areksa di kejutkan dengan suara gadis dari arah belakang yang memanggil nya tanpa sebutan nama.
Gadis manis itu berucap "Hey kaka? hari sudah mulai malam, kamu tidak pulang?" tanya gadis itu yang bernama Renjana. Areksa menoleh ke arah gadis itu, menatap setiap inci wajah renjana dengan senyuman tipis lalu Areksa menjawab "Nanti saja, aku sedang menikmati senja, kau sendiri sedang apa?"
"Aku hanya–" belum sempat Renjana menjawab kembali pertanyaan itu dia langsung bergegas menuju arah suara yang memanggil nama cantik nya. Ya, itu Ibu dari Renjana yang menyuruh untuk bergegas pulang, renjana masih sempat berpaling melihat areksa "Aku mau pulang duluu, sampai bertemu lain waktuu" teriak Renjana dari kejauhan agar suaranya terdengar jelas.
Areksa menatap punggung Renjana yang semakin menjauh, memperhatikan tubuh kecil gadis itu berlari di tengah luasnya pantai, areksa bergumam dalam hatinya "Kau bahkan masih sempat mengucapkan pamit. Apa aku juga sempat untuk masuk dalam hidupmu?"
ㅤㅤ✧ㅤ───────────────── ✧ㅤ
Sejak pertemuan tidak di sengaja itu membuat mereka menjadi lebih sering bertemu di tempat yang tidak ada di dalam daftar rencana kunjungan. Dari semua momen itu tanpa sadar mereka sudah seperti teman lama, begitu dekat.
Namun setelah beberapa hari Areksa tidak melihat Renjana di tempat biasanya mereka bertemu, "Apa Renjana baik baik saja?" tanya Areksa pada dirinya sendiri, terlihat mimik wajah lelaki itu sedang begitu cemas dengan gadisnya.
Malam kembali tiba dan Areksa memutuskan untuk mendatangi rumah Renjana yang tidak jauh dari tempat yang sering mereka datangi
"Permisi. Renjananya ada?" sembari mengetuk pintu rumah Renjana dengan hati hati, namun yang areksa nantikan tidak muncul setelah beberapa saat dia mendatangi rumah gadis manis nya itu "dia kemana?"
Areksa tampak begitu cemas dan tak henti merutuki dirinya sendiri yang tidak bisa berbuat apa apa bahkan hanya untuk mengetahui di mana Renjana berada.
ㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤ✧ㅤ───────────────── ✧ㅤ
Senja kali ini Areksa pergi untuk mendatangi wisata favorit nya, tempat dia melepas lelah dan menenangkan pikirannya yang berantakan, namun dia masih belum berhenti memikirkan Renjana.
Tepat di saat itu pula, Renjana datang tiba tiba menepuk bahu lebar Areksa. Renjana sembari berucap "Ka.. maafkan aku. Aku mendapat kabar bahwa kaka selalu mencariku, apa benar? dengan nada lirih Renjana mengakhiri pertanyaan nya, ada perasaan takut yang terlintas di hatinya, takut jika Areksa akan begitu marah padanya.
Areksa tidak langsung menjawab, tetapi Areksa langsung berdiri dan memeluk gadis itu, "Kemana saja? aku mencari mu, aku cemas kalau kau tiba tiba menghilang dari ku."
mendengar itu Renjana tersenyum dan tertawa kecil "Aku habis pulang dari perawatan rumah sakit kaka, aku tidak kemana mana." seketika Areksa terdiam dan melepas peluknya, dan tampak raut dari wajahnya seperti tidak percaya "Kau sakit? mengapa tidak memberitahu aku?" tanya Areksa lagi dengan pelan.
ㅤㅤ✧ㅤ───────────────── ✧ㅤ
Setelah Renjana selesai menceritakan semua yang terjadi di hidupnya membuat lelaki itu memiliki perasaan ingin melindungi gadis manis itu, bahkan jika bisa "Aku akan melindungimu sampai takdir memisahkan."
Areksa menghela nafas sembari menatap wajah manis dari sang gadis penyuka hujan dan pemilik mata yang teduh, tak lama Areksa membuka suara di antara hening nya dua atma, yang hanya di temani desiran ombak yang menerjang pasir, serta tiupan angin yang membiarkan rambut panjang Renjana mengibas di suasana tenangnya senja.
"Renjana. Aku ingin melindungi mu dengan lebih baik. apakah kau mengizinkan aku untuk masuk dalam hidupmu?" ucap Areksa dengan tegas walau separuh ragu, di beri izin atau tidak.
Renjana semakin terdiam memikirkan kalimat yang Areksa ucapkan untuknya, "Aku berjanji dengan segala ragaku nja" sambung Areksa lagi kembali meyakinkan bahwa permintaannya bukan candaan untuk Renjana.
"Aku bersedia" jawab Renjana pelan namun terdengar pasti di telinga Areksa, jawaban yang tidak dia sangka.
Renjana tersenyum lebar memandang wajah tampan di sampingnya itu, ia bahkan tidak percaya jika masih ada yang mencintai nya seperti ini, walau terkesan biasa namun renjana dapat merasakan hangat yang di salurkan Areksa padanya.
Areksa Mahendra, Renjana Adiwara bersama bulan Juni.