Di sebuah desa kecil yang sunyi, berdiri sebuah rumah tua dengan jendela-jendela besar yang menghadap ke arah bukit. Rumah itu dihuni oleh seorang gadis bernama Melati. Ia hidup sendiri sejak kedua orang tuanya meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan beberapa tahun yang lalu. Satu-satunya hal yang menemani Melati adalah sebuah cermin antik besar yang terletak di ruang tamu rumahnya.
Cermin itu merupakan warisan keluarganya dan telah ada selama beberapa generasi. Bingkainya terbuat dari kayu ukir, dihiasi dengan motif bunga-bunga yang tampak hidup. Namun, cermin itu juga menyimpan sesuatu yang aneh. Setiap kali Melati berdiri di hadapannya terlalu lama, ia merasa ada sesuatu yang memperhatikan dari balik pantulan dirinya.
Suatu malam, ketika hujan deras mengguyur desa, Melati duduk di ruang tamu sambil memandangi cermin tersebut. Ia merasa cermin itu memanggilnya, meski tak ada suara yang terdengar. Dengan ragu, ia mendekat, dan seperti biasa, bayangannya tampak memerhatikannya. Namun, kali ini ada sesuatu yang berbeda. Bayangannya... tersenyum.
Melati terkejut. Ia tidak tersenyum, tapi bayangannya melakukannya. Senyuman itu tampak dingin, hampir seperti mengejek. Ia melangkah mundur, tapi bayangannya tetap berdiri di tempat. "Siapa kau?" tanya Melati dengan suara gemetar.
Bayangan itu perlahan mengangkat tangannya dan menunjuk ke arah Melati. "Aku adalah kau," jawabnya, suaranya terdengar seperti bisikan yang menggemakan ruangan.
Melati merasa tubuhnya gemetar. Ia berlari keluar dari ruang tamu, menuju kamar tidur, dan mengunci pintunya. Namun, perasaan bahwa ia diawasi tidak hilang. Di balik suara hujan yang deras, ia mendengar sesuatu bergerak di dalam rumahnya.
Keesokan paginya, Melati menemukan sesuatu yang aneh. Cermin itu tidak lagi memantulkan bayangannya. Ketika ia berdiri di hadapannya, yang ia lihat hanyalah ruang tamu yang kosong, tanpa dirinya di sana.
Hari-hari berlalu, dan Melati semakin terganggu oleh keanehan itu. Cermin tersebut seolah memakan keberadaannya sedikit demi sedikit. Setiap kali ia melihat ke dalamnya, ia merasa dirinya semakin lemah, seperti ada sesuatu yang diserap oleh cermin tersebut.
Suatu malam, ketika bulan bersinar terang, Melati memutuskan untuk menghadapi cermin itu sekali lagi. Ia membawa palu besar, berniat menghancurkan benda yang telah menghantuinya selama ini. Ketika ia mengayunkan palu, cermin itu tiba-tiba bersinar, dan bayangan dirinya muncul kembali.
"Kau tidak bisa menghancurkanku," kata bayangan itu sambil tersenyum. "Aku adalah bagian dari dirimu. Selama kau hidup, aku akan ada."
Dengan putus asa, Melati menjatuhkan palu dan menatap bayangannya. "Apa yang kau mau dariku?" tanyanya.
Bayangan itu tertawa. "Aku hanya ingin kau tahu, setiap kali kau merasa sendiri, aku selalu di sini, memerhatikanmu."
Cahaya cermin memudar, dan bayangan itu menghilang. Kini cermin itu kembali seperti semula, memantulkan bayangan Melati. Namun, setiap kali ia berdiri di depannya, ia tahu ada sesuatu di balik pantulan itu sesuatu yang tidak pernah benar-benar pergi.
Tamat.