Budi, seorang pegawai kantoran berusia 37 tahun, menganggap hidupnya sudah ditentukan: bangun pagi, berangkat kerja, meeting, menandatangani laporan, pulang, tidur, dan ulang lagi. Tidak ada yang menarik. Dia merasa seperti robot yang diprogram untuk melakukan hal-hal yang sama berulang-ulang tanpa ada perubahan. Kadang, dia bertanya-tanya, "Kenapa ya hidupku gini-gini aja?"
Suatu malam setelah bekerja lembur, Budi mengendarai motor pulang ke rumah. Di tengah jalan, tiba-tiba sebuah mobil menyalipnya dengan kecepatan tinggi. Budi reflex menepi, dan… tabrakan. Semuanya gelap.
Saat membuka mata, Budi terkejut. Bukannya berada di rumah sakit seperti yang dia duga, dia malah terbangun di sebuah ruangan besar dengan hiasan megah yang penuh ukiran kuno. Dindingnya tinggi, ada pelayan berpakaian zaman dulu, dan... dia mengenakan pakaian kerajaan?
"Selamat datang, Tuanku," kata seorang pelayan dengan sopan, membungkukkan tubuh.
Budi kebingungan. "Eh... apa-apaan ini?"
Pelayan itu menyebutnya "Tuanku", yang makin membuat Budi bingung. Ternyata, dia telah bereinkarnasi menjadi anak seorang bangsawan miskin di dunia fantasi yang penuh sihir dan kerajaan.
Ternyata, kehidupan baru Budi jauh dari kata mewah. Meskipun dia anak bangsawan, keluarganya tengah jatuh miskin. Mereka tidak punya uang untuk makan yang layak, apalagi mempertahankan status sosial yang dulu pernah mereka miliki.
Namun, di dunia ini, Budi merasa ada sesuatu yang baru dan menarik. Di kehidupan lamanya, dia selalu terjebak dalam rutinitas yang menjemukan, tapi kini, di dunia ini, Budi punya kesempatan untuk memulai dari awal.
Awalnya, Budi bingung harus mulai dari mana. Tapi kemudian dia bertemu dengan Rani, seorang pelayan di istana yang sangat bijaksana dan penuh semangat. Rani mengajarkan Budi bahwa meskipun hidupnya terjatuh dalam kemiskinan, dia bisa memilih untuk mencari cara baru agar bisa bahagia.
"Tuanku, hidup ini tidak selalu tentang kekayaan atau status. Lebih penting adalah apakah kita bisa memberi dampak positif bagi orang lain," ujar Rani suatu hari.
Budi mulai berpikir. Di kehidupan lamanya, dia tak pernah merasa dihargai. Kini, di dunia baru ini, dia merasa ada kesempatan untuk memberi makna lebih. Dia mulai belajar tentang sihir, politik kerajaan, dan bagaimana menjadi seorang pemimpin yang baik.
Budi tidak hanya bertarung untuk memperbaiki keadaan keluarganya, tetapi dia juga mengubah pandangannya tentang hidup. Dia berusaha menyelesaikan masalah orang lain dengan cara yang bijak, bukan dengan kekuatan atau kekayaan, melainkan dengan kebijaksanaan dan kebaikan hati.
Seiring berjalannya waktu, Budi berhasil membangkitkan kembali kejayaan keluarganya. Tidak hanya itu, dia juga menemukan kebahagiaan sejati—bukan dalam harta, tapi dalam memberikan arti pada hidup orang lain.
Suatu hari, setelah banyak perjuangan dan pengorbanan, Budi berdiri di depan rakyatnya. Mereka semua memandangnya dengan rasa hormat.
“Ini adalah kehidupan kedua saya,” Budi berkata. “Dan saya akan terus berjuang untuk memastikan setiap orang di kerajaan ini memiliki kesempatan untuk bahagia.”
Dengan senyum, Budi menyadari bahwa di kehidupan barunya, dia telah menemukan yang lebih penting dari apa yang dia cari di kehidupan lamanya—kebahagiaan sejati.
Tamat.