Tahun 2022 adalah tahun terakhir aku memandang wajahmu. Kau berdiri di sana, dengan senyum kecil yang selalu membuat hatiku hangat. Rambutmu tertiup angin, matamu seperti berbicara sesuatu yang tak pernah sempat kau ucapkan. Tapi hari itu, aku tidak tahu bahwa pertemuan itu akan menjadi yang terakhir.
“Aku nggak tahu kapan kita bisa ketemu lagi,” katamu pelan.
Aku tersenyum waktu itu, mencoba terlihat kuat. “Tenang aja. Dunia ini kecil. Kita pasti ketemu lagi.”
Tapi ternyata, dunia tidak sekecil yang kukira. Setelah hari itu, kau menghilang. Tidak ada pesan, tidak ada kabar. Aku menunggumu di tempat yang biasa, memeriksa ponsel setiap malam, berharap ada nama yang muncul di layar. Tapi tahun 2022 berlalu tanpa kehadiranmu lagi.
---
Kini, tahun 2024 hampir berakhir. Dua tahun tanpa kabar darimu, tapi aku masih menyimpan bayanganmu di kepalaku. Kadang, aku merasa bodoh. Kenapa aku masih memikirkan seseorang yang jelas-jelas tidak lagi ada di hidupku?
Aku mencoba melanjutkan hidup. Teman-teman bilang aku harus berhenti menggantungkan diriku pada kenangan. Tapi mereka tidak tahu, bagiku kau lebih dari sekadar kenangan. Kau adalah alasan aku tersenyum di hari-hari berat, bahkan saat kau tak lagi ada.
Aku mencoba mencari tahu tentangmu. Media sosialmu kosong, tidak ada jejak baru. Teman-teman kita pun tidak tahu di mana kau sekarang. Seolah-olah kau benar-benar menghapus dirimu dari dunia ini.
Tapi malam ini, di tengah suara hujan yang mengetuk jendela, aku kembali membuka kotak kecil berisi benda-benda yang mengingatkanku padamu: tiket bioskop terakhir yang kita gunakan bersama, foto kecil dengan tulisan tanganmu di belakangnya, dan surat singkat yang kau tinggalkan di hari ulang tahunku, tahun itu.
“Terima kasih sudah jadi tempat pulangku. Aku harap kamu selalu bahagia, meski tanpa aku.”
Kata-kata itu masih terasa berat di hati. Aku bertanya-tanya, apa yang sebenarnya kau maksud? Kenapa kau pergi tanpa penjelasan?
Tapi di tengah semua tanya, ada satu hal yang selalu kuingat: rasa ini tidak pernah hilang. Bahkan setelah dua tahun, aku masih menyimpan perasaan itu. Bukan hanya karena aku tidak bisa melupakanmu, tapi karena aku tidak mau melupakanmu.
Mungkin kau sudah menemukan tempatmu yang baru, seseorang yang baru. Tapi jika suatu hari kau kembali, meski hanya untuk sesaat, aku ingin kau tahu bahwa di sini, ada seseorang yang masih menunggu.
Hingga saat itu tiba—atau mungkin tidak pernah tiba—aku akan terus menyimpanmu dalam hatiku, seperti cerita yang belum selesai. Sebuah kenangan yang tetap hidup di tahun-tahun yang berlalu, bahkan di tahun 2024 ini.