Hari itu, hujan turun deras di luar. Aku duduk di meja makan, menatap secangkir teh yang masih mengepul, namun hati terasa kosong. Hujan yang mengalir di luar seolah ikut membawa pikiranku kembali ke masa kecil,
ke waktu-waktu yang selalu kosong tanpa ada ibu di sisi.
Aku besar tanpa ibu. Sejak kecil, aku hanya bisa mendengar cerita tentangnya dari orang-orang di sekitar, tentang bagaimana ibu pergi begitu saja, meninggalkan kami tanpa banyak alasan. Ayah selalu berkata bahwa ibu adalah orang yang penuh cinta, namun nasib sepertinya tidak berpihak padanya. Aku tidak pernah bisa mengerti kenapa ibu pergi, dan perasaan itu terus tumbuh dalam diriku, seperti benih yang tak pernah sempat tumbuh menjadi pohon.
Namun, meskipun ibu tak pernah ada, aku belajar untuk hidup. Ayah, meskipun dengan segala keterbatasannya, selalu berusaha menjadi kedua orang tua sekaligus. Tapi ada satu hal yang tak bisa digantikan, satu ruang kosong yang tak pernah bisa diisi,yaitu
kehadiran ibu. Tidak ada yang bisa mengajarkanku bagaimana menjadi perempuan, tidak ada yang bisa mendengar kisah cintaku pertama kali, tidak ada yang membimbing langkahku saat aku menghadapi dunia ini.
Malam itu, aku merasa rindu yang tak terucapkan, rindu pada sosok yang hanya aku kenal dari cerita. Aku tahu sulit untuk bertemu dengannya, namun aku akan tetap menunggu hari itu tiba. Banyak pertanyaan dalam diriku yang ingin kuungkapkan. Aku membuka aplikasi pesan di ponselku, meskipun aku tahu ibu tak akan pernah membacanya. Tapi entah kenapa, aku merasa sedikit lebih tenang jika bisa menulis untuknya.
Ibu....
Meskipun kau tidak pernah ada di sampingku, aku ingin kau tahu bahwa aku selalu merindukanmu. Rasanya seperti ada bagian dari diriku yang hilang, yang tak pernah bisa kuisi dengan apapun. Orang-orang mengatakan aku mirip denganmu, Aku hanya bisa melihat wajahmu dalam layar kaca dan membayangkan bagaimana rasanya memiliki ibu yang menyayangiku, yang mengerti setiap perasaanku tanpa aku harus mengatakannya.
Aku tahu kau punya alasan untuk pergi, mungkin aku tidak akan pernah mengerti sepenuhnya. Tetapi, aku ingin kau tahu bahwa aku baik-baik saja. Ayah telah berusaha keras, meskipun itu tidak pernah mudah. Aku tumbuh menjadi orang yang kuat, meskipun ada kalanya aku merasa kehilangan.
Ibu, aku mungkin tidak pernah merasakan sentuhan tanganmu, atau mendengar nasihatmu secara langsung, tetapi ada satu hal yang aku yakini, aku tetap tumbuh dengan cinta, meskipun tanpa hadirmu. Dan aku percaya, cinta itu datang darimu, meski tidak terlihat. Aku ingin berterima kasih padamu, untuk keberanianmu, untuk keputusan yang mungkin sangat sulit, dan untuk kasih sayang yang tidak pernah hilang.
Aku tidak tahu apakah aku akan pernah bisa memaafkanmu karena pergi begitu saja, tetapi aku berusaha untuk mengerti bahwa setiap orang punya jalan hidupnya sendiri. Aku hanya berharap, di tempat yang jauh sana, kau tahu bahwa aku ada, dan aku mencintaimu, meskipun jarak dan waktu memisahkan kita.
Terima kasih, Ibu. Untuk segala cinta yang tak pernah bisa aku sentuh, tapi selalu ada di dalam hati.
Anakmu.
Aku menatap pesan itu beberapa saat, menahan air mata yang hampir jatuh. Meskipun ibu tak bisa membaca kata-kataku, aku merasa sedikit lebih ringan. Mungkin aku tidak pernah tahu bagaimana rasanya memiliki ibu, tetapi aku belajar untuk menjadi kuat dengan cara yang berbeda,dengan mengenang, berdoa, dan mencintai meskipun sangat sulit mencari kesempatan untuk bertemu.