---
Bab 1: Bayangan dalam Cermin
Langit malam di Kota Eltheria selalu dipenuhi bintang-bintang, tetapi hanya Lilith yang merasa bintang-bintang itu memandang balik padanya. Lilith adalah seorang gadis muda yang tinggal di pinggir kota, di sebuah rumah tua yang dikelilingi oleh hutan gelap. Di ruang tamunya, berdiri sebuah cermin besar berbingkai emas, warisan dari neneknya. Cermin itu terlihat biasa pada siang hari, tetapi saat malam tiba, pantulannya terasa hidup.
Lilith sering merasa ada yang mengawasinya melalui cermin itu. Dia tahu itu mustahil, tapi terkadang, pantulan di sana tidak bergerak seperti dirinya.
Suatu malam, ketika angin menghantam jendela dengan keras, Lilith menatap ke dalam cermin itu lebih lama dari biasanya. Ia menyadari sesuatu yang aneh—pantulannya tersenyum kepadanya, meskipun ia tidak sedang tersenyum.
“Siapa kamu?” bisik Lilith, suaranya hampir lenyap oleh suara angin.
Pantulan itu tidak menjawab. Tetapi, bibirnya tetap bergerak. “Aku adalah kamu. Dan kamu adalah aku.”
---
Bab 2: Melangkah ke Dunia di Balik Cermin
Hari-hari berlalu, dan Lilith mulai kehilangan rasa percaya pada realitasnya sendiri. Di siang hari, dunianya terlihat normal, tetapi setiap kali malam tiba, cermin itu menjadi semakin aneh. Pantulan dirinya mulai menunjukkan sesuatu yang tidak ada di dunia nyata: hutan yang lebih gelap, langit tanpa bintang, dan bayangan yang bergerak seperti makhluk hidup.
Pada malam kelima, suara dari cermin memanggilnya. “Lilith, dunia ini terlalu sempit untukmu. Ada lebih banyak yang harus kau lihat.”
Seolah ditarik oleh kekuatan tak kasatmata, Lilith mendekati cermin dan menyentuh permukaannya. Bukannya dingin dan keras, permukaan itu terasa seperti air. Ia menarik tangannya, tetapi rasa ingin tahunya lebih kuat. Dengan keberanian yang tak ia pahami, Lilith melangkah ke dalam cermin.
---
Bab 3: Dunia Tanpa Nama
Di balik cermin, Lilith menemukan dunia yang mirip dengan miliknya, tetapi segalanya terasa salah. Pohon-pohon di hutan itu bergerak perlahan seperti bernapas, dan daun-daunnya berbisik dalam bahasa yang tidak ia mengerti. Rumahnya ada di sana, tetapi temboknya retak, dan dari dalamnya terdengar suara tawa yang mengerikan.
Di dunia itu, ia bertemu dengan dirinya sendiri—pantulan yang dulu ia lihat di cermin. Tapi sosok itu tidak lagi tampak seperti dirinya. Kulitnya pucat seperti bulan, matanya hitam tanpa pupil, dan senyumnya lebih lebar dari seharusnya.
“Aku telah menunggumu,” kata pantulan itu.
“Apa ini? Di mana aku?” tanya Lilith.
“Ini adalah tempat yang seharusnya kau tinggali. Dunia yang diciptakan oleh pikiranmu sendiri. Aku hanya menunggu kau menyadarinya.”
---
Bab 4: Distorsi Realitas
Lilith mencoba melarikan diri, tetapi dunia di balik cermin tidak memiliki ujung. Hutan itu terus berulang, rumahnya terus muncul di setiap sudut, dan pantulannya selalu berada di belakangnya, tersenyum tanpa henti.
Ketika Lilith kembali ke rumah, ia menemukan sesuatu yang lebih mengerikan: di dalamnya ada potret dirinya bersama orang-orang yang ia tidak kenal. Wajah mereka kabur, tetapi tubuh mereka nyata, seolah-olah mereka telah ada di sana sepanjang hidupnya.
“Siapa mereka?” Lilith bertanya.
Pantulannya tertawa kecil. “Mereka adalah kenanganmu. Atau mungkin bukan? Bukankah aneh, Lilith, bagaimana kau tidak bisa membedakan mana yang nyata dan mana yang tidak?”
Lilith merasa dunianya runtuh. Ia mencoba mengingat masa kecilnya, wajah ibunya, atau momen-momen bahagia, tetapi setiap kali ia mencoba, ingatannya berubah. Ia tidak bisa lagi membedakan apakah ia benar-benar pernah hidup di dunia sebelumnya, atau apakah semua itu hanya ilusi yang diciptakan cermin.
---
Bab 5: Sang Penguasa Bayangan
Lilith akhirnya bertemu dengan penguasa dunia itu—bayangan yang lebih besar dari segalanya, tanpa bentuk pasti, tetapi dengan mata yang menatap ke dalam jiwanya.
“Kau tidak pernah hidup di dunia luar,” kata suara itu. “Dunia itu hanyalah bagian dari permainan kami. Kau adalah ciptaan kami, Lilith. Dan cermin itu adalah jalan kembali ke realitas yang lebih besar.”
Lilith menolak percaya. “Tidak! Aku punya hidupku sendiri! Aku punya kenangan!”
“Kenangan? Apakah kau yakin? Atau mungkin kenangan itu hanyalah cerita yang kau pilih untuk percayai?”
Lilith mulai meragukan segalanya. Ia merasa seperti jatuh ke jurang tanpa dasar, kehilangan pegangan pada kenyataan.
---
Epilog: Di Antara Dua Dunia
Lilith akhirnya kembali ke cermin, berharap bisa kembali ke dunianya. Tetapi ketika ia melewati permukaan cermin, ia menemukan dirinya di kamar yang sama, dengan cermin yang sama, tetapi semuanya terasa… kosong.
Ia tidak yakin apakah ia benar-benar kembali atau masih terjebak di dunia di balik cermin. Setiap kali ia melihat ke cermin, pantulannya tetap tersenyum, tetapi ia sendiri tidak lagi merasa seperti Lilith.
Dan saat malam tiba, ia mendengar suara dari dalam cermin, suara yang sama seperti dulu.
“Lilith, kau siap kembali?”
Dan kali ini, ia tidak bisa membedakan apakah suara itu adalah miliknya sendiri atau sesuatu yang lain.
"Kadang, delusi bukanlah sesuatu yang kita temukan. Ia adalah sesuatu yang telah menjadi bagian dari diri kita."