(Based on the story)
"Pucuk-pucuk-pucuk"waktu itu terdengar iklan yang mempromosikan teh manis,yaitu teh pucuk harum.
Waktu itu hari masih sore,aku sedang mengandung anak pertamaku,dari dalam kamar aku mengikuti acara televisi.
Ayu adikku diluar,sementara suamiku sibuk dengan kerjaannya.
"Mas,tahu gak setiap kali iklan ini lewat Bapak selalu memejamkan matanya."kata Ayu.
"La kenapa Mbak?"tanya Suamiku.
"Gak tahu juga."jawab Ayu.
Dari dalam kamar aku mendengar bahwa Bapak kami takut melihat iklan ulat.
Terus aku sendiri langsung ingat kenapa sampai Bapak takut sama benda kecil yang berbulu.
"Ah,dulu waktu aku masih taman kanak-kanak Bapak pernah memotong-motong ulat matahari yang berjalan berbaris dipohon rambutan,pas yang terakhir Bapak lari terbirit-birit sampai kakinya tersandung."kata ku.
Ayu dan suamiku tertawa.
"La kenapa kok Bapak sampai lari terbirit-birit."tanya Ayu.
"Kata Bapak ulat matahari yang terakhir matanya melolot kearahnya."kataku
Ger semua tertawa saat tahu kelemahan Bapak,ternyata takut sama ulat.
Mungkin dari situ Bapak jadi trauma melihat ulat,setiap kali bunga kenanga yang ditanam didepan rumah berulat selalu memanggil Simbah untuk membuangnya.