---
Sinopsis:
Di sebuah dunia yang gelap, di mana cahaya adalah sesuatu yang langka, seorang gadis bernama Aluna terpilih menjadi penjaga terakhir dari sebuah lentera suci. Dalam perjalanan melindungi cahayanya, ia menemukan rahasia besar tentang asal-usul kegelapan dan misinya untuk mengubah dunia.
---
Cerpen:
Hari itu, hujan abu turun dari langit.
Langit yang seharusnya biru telah lama berubah menjadi kelabu, menyelimuti dunia dalam bayang-bayang abadi. Tidak ada siang, tidak ada malam—hanya kegelapan tanpa akhir. Orang-orang yang tinggal di dunia itu hidup dalam ketakutan akan makhluk-makhluk bayangan, entitas yang menyerang siapa pun yang terlalu lama terjebak dalam gelap.
Namun, di tengah kegelapan itu, ada satu tempat yang masih bersinar: Menara Cahaya.
Aluna, seorang gadis berusia enam belas tahun, berdiri di puncak menara tersebut, memandang kehamparan dunia yang sunyi. Di tangannya tergenggam sebuah lentera kecil, cahayanya berpendar lembut, memberikan kehangatan yang menenangkan.
“Ini tanggung jawabmu sekarang, Aluna,” ujar seorang lelaki tua berjubah putih di belakangnya. Itu adalah Varys, penjaga sebelumnya yang kini menyerahkan tugasnya. “Lentera ini bukan hanya sumber cahaya, tapi juga nyawa dunia. Jika padam, maka kita semua akan musnah.”
Aluna menatap lentera itu dengan tatapan khidmat. Cahaya kecil itu tampak biasa, tetapi ia tahu ada kekuatan besar yang terkandung di dalamnya. Lentera itu telah menjaga kehidupan manusia selama ribuan tahun.
“Aku tidak akan mengecewakanmu,” jawab Aluna, menggenggam lentera lebih erat.
---
1. Panggilan Tugas
Menjadi penjaga lentera bukanlah tugas yang diinginkan Aluna. Sebelum ini, ia hanyalah seorang gadis biasa yang tinggal di desa kecil di kaki menara. Ia menghabiskan hari-harinya membantu ayahnya memanen jamur bercahaya—salah satu dari sedikit sumber makanan yang tersisa di dunia itu.
Namun, segalanya berubah ketika lentera yang mereka simpan di rumah mulai meredup. Itu pertanda bahwa kekuatan lentera utama di Menara Cahaya melemah. Ketika para penjaga menara datang, mereka mencari seorang pewaris baru untuk menjaga cahaya. Pilihan mereka jatuh pada Aluna.
“Kenapa aku?” tanya Aluna ketika Varys pertama kali menyebutkan namanya.
“Karena kau memiliki jiwa yang terang,” jawab Varys singkat.
Sejak itu, hidup Aluna berubah selamanya. Ia harus meninggalkan rumah dan keluarganya untuk tinggal di menara. Di sana, ia dilatih untuk memahami kekuatan lentera dan cara menjaganya tetap menyala.
Namun, Aluna segera menyadari bahwa menjadi penjaga lentera bukan hanya tentang menjaga api tetap hidup. Ada rahasia gelap yang tersembunyi di balik cahaya itu—rahasia yang akan mengubah pandangannya tentang dunia.
---
2. Serangan Bayangan
Pada malam pertamanya sebagai penjaga, Aluna diserang oleh makhluk bayangan. Mereka muncul seperti kabut hitam pekat, bergerak dengan kecepatan luar biasa. Aluna nyaris kehilangan lentera ketika salah satu dari mereka mencoba meraihnya.
Namun, cahaya lentera itu bersinar lebih terang, mengusir bayangan tersebut.
“Makhluk itu tidak bisa mendekati cahaya, tapi mereka akan selalu mencoba merebutnya,” kata Varys setelah serangan itu. “Mereka adalah bagian dari kegelapan itu sendiri.”
Serangan itu membuat Aluna sadar betapa berharganya lentera yang ia pegang. Namun, ia juga bertanya-tanya: mengapa makhluk-makhluk itu begitu terobsesi dengan cahaya?
---
3. Rahasia Kegelapan
Dalam pencariannya untuk memahami tugasnya, Aluna menemukan sebuah buku tua di perpustakaan menara. Buku itu berisi catatan tentang asal-usul dunia mereka.
Dulu, dunia ini dipenuhi cahaya. Namun, manusia serakah dan mulai memanfaatkan cahaya untuk kekuasaan. Hal itu membangkitkan kemarahan dewa-dewa langit, yang akhirnya mengutuk dunia dalam kegelapan. Lentera yang dijaga oleh Aluna adalah satu-satunya cahaya yang tersisa, diciptakan dari jiwa murni seorang dewi pengorbanan.
Namun, catatan itu juga menyebutkan sesuatu yang mengejutkan: ada cara untuk memulihkan cahaya ke seluruh dunia, tetapi itu akan membutuhkan pengorbanan besar.
---
4. Perjalanan Berbahaya
Dengan tekad untuk memulihkan dunia, Aluna memutuskan meninggalkan menara dan mencari cara untuk mengakhiri kegelapan. Ia membawa lentera itu bersamanya, meski tahu risikonya.
Perjalanannya tidak mudah. Ia harus menghadapi bayangan yang semakin ganas, bertemu dengan orang-orang yang putus asa, dan menghadapi kebenaran pahit tentang dunia.
Di tengah perjalanan, ia bertemu dengan Kael, seorang pemuda misterius yang memiliki kemampuan mengendalikan bayangan. Kael mengaku ingin membantunya, tetapi Aluna tidak sepenuhnya mempercayainya.
“Kenapa kau ingin membantuku?” tanya Aluna suatu malam.
“Aku punya alasan sendiri,” jawab Kael dengan senyum misterius.
---
5. Pertarungan Akhir
Perjalanan mereka membawa mereka ke sebuah reruntuhan kuno, tempat di mana kegelapan pertama kali muncul. Di sana, Aluna menemukan sebuah altar dengan simbol cahaya.
Namun, sebelum ia sempat menggunakan lentera untuk mengaktifkan altar, makhluk bayangan terbesar yang pernah ia lihat muncul. Pertarungan sengit terjadi. Kael menunjukkan kekuatannya yang luar biasa, tetapi itu tidak cukup untuk melawan kekuatan kegelapan.
Pada akhirnya, Aluna menyadari bahwa satu-satunya cara untuk mengalahkan kegelapan adalah dengan mengorbankan dirinya sendiri. Lentera itu adalah cerminan dari jiwanya, dan jika ia menggabungkannya dengan altar, cahaya akan kembali ke dunia.
“Ini adalah takdirku,” kata Aluna, tersenyum pada Kael. “Terima kasih telah bersamaku.”
Dengan kata-kata terakhir itu, Aluna menyerahkan dirinya pada cahaya.
---
6. Dunia Baru
Ketika cahaya itu menyebar ke seluruh dunia, bayangan menghilang. Langit kembali biru, dan matahari bersinar untuk pertama kalinya dalam ribuan tahun.
Namun, Aluna tidak ada lagi. Ia telah menjadi bagian dari cahaya itu, menjaga dunia dari kejauhan.
Orang-orang mengenangnya sebagai Sang Penjaga Cahaya, gadis yang mengorbankan segalanya demi menyelamatkan dunia.
---