(Based on the true story)
"Ahh...sial" ucap seorang pemuda dengan perasaan kecewa karena ketinggalan kapal. Pemuda tersebut baru saja berumur 20 tahun, sebut saja ia Sandhya. Sejak dulu, takdir selalu tak berpihak kepadanya. Masalah demi masalah sering datang menerpa dirinya silih berganti tanpa mengenal waktu.
Ada saatnya ia merasa lelah dengan semua yang terjadi. Terkadang, ingin rasanya ia mengakhiri semua ini, kembali menyatu dengan sang pencipta tanpa harus memikirkan semua masalah yang menerpa hidup nya.
Hari itu kesialan menimpa dirinya, ini bukan kali pertama ia ketinggalan kapal.
"Lagi-lagi aku harus menunggu kapal selanjutnya" gumam Sandhya kepada dirinya sendiri. Andaikan ia tau bahwa hari itu, kejadian yang pernah terjadi pada dirinya di masa silam akan terulang kembali.
Sandhya menunggu dengan sabar kapal berikutnya sambil beristirahat di warung seorang nenek tua. "Nak, kamu mau kemana?" tanya nenek tersebut kepada Sandhya. Sandhya pun menjelaskan kepada nenek tersebut bahwa ia ingin ke pulau sebelah karena tuntutan pekerjaan.
Beberapa saat telah berlalu, kemudian kapal selanjutnya pun telah tiba. "Nek, aku pergi dulu ya. Kapalnya sudah datang" pamit Sandhya kepada nenek pemilik warung. Sesampainya Sandhya di kapal ia pun pergi ke atas kapal untuk melihat orang-orang yang sedang bersenang-senang sambil mendengar nyanyian orang yang sedang menyanyi.
Namun, seperti ada yang merasa kurang Sandhya pun merogoh sakunya. Ternyata benar, ia meninggal sesuatu di dalam mobilnya. Dan barang yang ketinggalan itu adalah ponselnya, Sandhya pun segera kembali kebawah untuk mengambil ponselnya yang berada di mobil.
Sesampainya di bawah ia mendapati bahwa bagian kapal sedikit demi sedikit mulai tergenang dengan air. Dengan segera Sandhya mengambil ponselnya kemudian berlari keatas kapal untuk memperingatkan yang lain bahwa kapal akan segera tenggelam.
"Cepat! Cepat selamatkan diri kalian! Kapal ini sebentar lagi akan tenggelam" teriak Sandhya kepada yang lain agar cepat menyelamatkan diri. Seluruh penumpang kapal di berikan pelampung oleh awak kapal, satu persatu penumpang mulai melompat kedalam laut untuk menyelamatkan diri. Tidak ada sekoci yang tersisa, semuanya telah di pakai untuk menyelamatkan para perempuan dan anak-anak.
Di detik-detik terakhir, Sandhya pun ikut melompat kedalam laut. Sekarang, sudah berjam-jam dirinya mengapung di atas laut. Ia mengalami dehidrasi dikarenakan terpapar sinar matahari secara langsung. Sandhya pun tak sadarkan diri untuk sementara waktu.
Sebelum tak sadarkan diri, Sandhya sempat teringat akan kejadian yang terjadi di masa silam. Kejadian yang merenggut nyawa teman kerjanya. Usut punya usut, ternyata ini kali kedua Sandhya terombang-ambing di lautan.
Ia ingat sekali akan kejadian itu. Pada waktu itu sebuah kapal mengalami kebakaran, kebakaran tersebut berasal dari sebuah mobil yang mengangkut bahan bakar. Awak kapal tidak menyadari bahwa saat itu ada sebuah mobil yang membawa bahan bakar.
Di waktu hal itu terjadi, Sandhya lah yang duluan menyadari bahwa bagian bawah kapal mulai terlalap api. Dengan panik ia pun mengambil plastik untuk membungkus ponsel nya dan mengambil beberapa air minum agar ia tidak dehidrasi selama berada di lautan, setelah itu ia pun berteriak kepada yang lain untuk segera menyelamatkan diri.
Yang tersisa di kapal waktu itu hanyalah para laki-laki dan awak kapal, sementara anak-anak dan para perempuan sudah duluan naik ke dalam sekoci untuk menyelamatkan diri. Gopal, teman kerja Sandhya mulai melompat ke dalam laut untuk menyelamatkan diri dari api. Sandhya pun hendak mengikuti temannya yang sudah melompat, namun ia memilih untuk mencari tempat yang agak rendah terlebih dahulu untuk melompat ke dalam laut.
Sesampainya Sandhya di atas lautan ia mencari-cari keberadaan teman nya tersebut. Namun, ternyata Tuhan berkehendak lain. Gopal telah tenggelam kedalam lautan bersama dengan kapal yang terbakar. Sandhya terombang-ambing di lautan selama seharian, ia hanya bisa berdoa kepada Tuhan agar ada orang yang menyelamatkan dirinya beserta penumpang yang lain.
Sekarang, Sandhya sedang berada di sebuah ruangan. Ia terheran, mengapa ia bisa berada di ruangan tersebut. Kemudian datanglah seorang perawat ke dalam ruangan yang di tempati Sandhya beserta pasien yang lain. "Pak, anda sudah tak sadarkan diri selama seharian. Apakah sekarang anda sudah baik-baik saja?".
Sandhya hanya bisa menganggukkan kepalanya, ia masih lemas setelah berada di lautan selama kurang lebih seharian. "Sekarang anda istirahat saja agar lekas mendingan" ucap sang perawat kepada Sandhya. Sandhya pun menyenderkan kepalanya ke sisi ranjang rumah sakit.
Ia terdiam, otaknya berusaha mencerna kejadian yang baru saja dialaminya. Sungguh malang nasibnya, kapal yang ia naiki tenggelam lagi di tempat yang sama. Tempat dimana temannya menyatu bersama lautan, tempat dimana temannya tidak dapat di temukan hingga sekarang. Ia sudah abadi bersama indahnya lautan, keindahan yang dapat memakan nyawa.
Tanpa sadar Sandhya meneteskan air mata, segera ia mengelap air mata tersebut. Ia tidak berani menangis, keluarganya mengajarkan nya bahwa laki-laki harus kuat dan tegar. Namun, pada akhirnya pun ia juga merupakan manusia yang mempunyai perasaan. Ia menangis, berharap dapat pulang ke pangkuan ibunya.
Selama ini Sandhya pergi merantau ke kota Surabaya untuk mengadu nasib. Ia hanya di bekali kemampuan bertahan hidup dari ayah tirinya. Ayah kandung nya pergi meninggalkan ia berserta kakak dan ibunya. Pada saat ayah kandung nya pergi, Sandhya kecil bahkan belum genap satu minggu umurnya. Hari demi hari ia jalani dengan sangat berat, sampai sekarang pun masalah masih sering menimpa dirinya. Hanya saja, sekarang ia jauh lebih dewasa dalam menghadapi masalah tersebut. Disamping itu, sekarang ia sudah memiliki seseorang yang dapat menerima keadaan nya, seseorang yang tulus mencintainya sepenuh hati. Dan orang itu adalah Arunika.
Tamat.