Udara pegunungan terasa dingin menusuk tulang, seiring dengan angin yang berdesir melalui pepohonan pinus di sekeliling rumah kayu tua itu. Di dalam, api unggun berkobar di perapian, memancarkan cahaya redup yang menari-nari di dinding berukir. Namun, kehangatan api tak mampu mencairkan kebekuan yang menyelimuti hati keluarga ini.
Sejak kematian pak Hartawan, pemilik rumah dan kepala keluarga, suasana mencekam menyelimuti mereka. Keempat anak pak Hartawan, yaitu Rara, Arga, Sari, dan Dimas, terjebak dalam pusaran dendam dan perebutan kekuasaan.
Rara, si sulung, berambisi untuk menguasai perusahaan milik ayahnya. Ia bertekad untuk membuktikan bahwa dirinya layak menjadi penerus tahta bisnis keluarga. Namun, ambisinya itu terhalang oleh Arga, kakak kandungnya yang memiliki sifat keras kepala dan haus kekuasaan. Arga yakin bahwa dirinya yang paling pantas memimpin perusahaan, karena ia memiliki ide-ide cemerlang dan pengalaman yang lebih matang.
Sari, si bungsu, memiliki sifat yang lembut dan penyayang. Ia tak tertarik pada kekuasaan, namun ia sangat mencintai keluarganya. Ia berusaha untuk mendamaikan saudara-saudaranya, namun usahanya selalu sia-sia. Dimas, yang selama ini hidup dalam bayang-bayang saudara-saudaranya, merasa tertekan dan terpinggirkan. Ia menyimpan dendam yang terpendam, menunggu waktu yang tepat untuk melampiaskannya.
Suatu malam, Rara menemukan sebuah surat di lemari ayahnya. Surat itu berisi pengakuan pak Hartawan tentang kesalahan masa lalunya. Kesalahan yang telah menghancurkan keluarga lain dan menyebabkan kematian tragis. Rara terkejut, hati nya terbelah. Ia menyadari bahwa keluarga ini telah terjebak dalam lingkaran dendam yang tak berujung.
Namun, ada satu hal yang membuat Rara bingung. Di bagian bawah surat, terdapat sebuah kalimat yang ditulis dengan tinta merah: "Rahasia ini akan terbongkar, dan dendam akan menghancurkan kalian semua." Kalimat itu seakan-akan menjadi kutukan yang menghantui keluarga ini.
Rara mencoba mengungkapkan isi surat itu kepada saudara-saudaranya, namun mereka tak mau mendengarkan. Mereka terlalu terbuai oleh ambisi dan dendam masing-masing. Rara putus asa. Ia mencoba mencari jalan keluar dari lingkaran setan ini.
Suatu hari, Sari menemukan sebuah buku lama di loteng rumah. Buku itu berisi kisah tentang seorang raja yang terjebak dalam lingkaran dendam dan akhirnya menghancurkan kerajaannya sendiri. Sari tersadar bahwa keluarga ini sedang menjalani kisah yang sama. Ia bertekad untuk menghentikan semua ini.
Sari mengajak saudara-saudaranya untuk bertemu di taman belakang rumah. Di sana, ia membaca kisah dalam buku itu dengan suara yang gemetar. Sari menjelaskan bahwa dendam hanya akan menghancurkan mereka semua. Ia memohon kepada saudara-saudaranya untuk melepaskan dendam dan mencari jalan ke depan.
Arga dan Dimas terdiam mendengarkan. Mereka menyadari bahwa Sari benar. Dendam hanya akan menghancurkan mereka semua. Arga menyerah pada ambisinya dan berjanji untuk menghentikan permusuhan ini. Dimas melepaskan dendamnya dan berjanji untuk menjalani hidup yang baru.
Rara menangis terharu. Ia menyadari bahwa keluarga ini masih memiliki harapan. Mereka berpelukan erat, menyatukan hati yang terluka. Mereka berjanji untuk merawat luka masa lalu dan menjalani hidup yang baru, di penuhi dengan cinta dan kasih sayang.
Namun, ketika mereka bersiap untuk melangkah ke depan, sebuah kejadian mengerikan terjadi. Sebuah bayangan menyerbu rumah mereka di tengah malam. Bayangan itu menyerang Rara dan menghilangkannya tanpa bekas. Keluarga ini kembali terjebak dalam ketakutan dan misteri. Siapa yang berani menyerang Rara? Apakah ini hanya sebuah kejahatan biasa, atau ada hubungannya dengan rahasia keluarga yang tersembunyi?
Api unggun di perapian masih berkobar, memancarkan cahaya hangat yang menyelimuti rumah kayu tua itu. Namun, kini cahaya itu tak hanya menerangi ruangan, tetapi juga menerangi hati keluarga ini. Darah dan dendam telah terlepas dari genggaman mereka, diganti dengan cinta dan persatuan. Namun, misteri baru telah muncul, mengancam untuk merusak keharmonisan yang baru tercipta.