**Judul: Langkah Dalam Bayang-bayang**
Di sebuah desa kecil, hiduplah dua saudara perempuan, Maya dan Rina. Rina, kakak yang cantik dan pintar, selalu mendapat pujian dari orang-orang di sekitar mereka. Sementara itu, Maya merasa terpinggirkan dan sering dianggap “gadis malang” di mata keluarga dan masyarakat.
Suatu sore, di halaman rumah mereka, Maya sedang duduk sendiri, menggambar di atas kertas. Rina datang dengan senyum ceria, membawa seikat bunga segar.
"Eh, Maya! Lihat bunga yang aku dapat dari kebun! Cantik, kan?" Rina menunjukkan bunga-bunga itu dengan bangga.
"Iya, cantik," jawab Maya dengan nada datar, merasa sedikit cemburu.
Rina duduk di samping Maya. "Kamu kenapa? Tidak ikut lomba menggambar di sekolah?"
Maya menghela napas, "Tidak ada yang peduli dengan gambarku. Semua lebih suka menggambar seperti kamu."
Rina menatap adiknya dengan prihatin. "Tapi, Maya, kamu punya bakat. Jangan bandingkan dirimu dengan aku."
Maya menggigit bibirnya, berusaha menahan air mata. "Tapi semua orang selalu bilang aku tidak sebaik kamu. Bahkan Mama bilang, ‘Rina lebih pintar dan berbakat, Maya hanya biasa-biasa saja.’"
Rina merasa bersalah. "Maya, Mama hanya ingin yang terbaik. Tapi kamu juga istimewa dengan caramu sendiri. Kamu selalu bisa membuat cerita-cerita yang menarik."
Maya mengalihkan pandangannya ke kertas gambarnya. "Cerita tidak berarti tanpa pujian. Aku hanya ingin diterima, tidak selalu terbayang-bayang olehmu."
Rina meraih tangan Maya. "Kita mungkin berbeda, tapi itu tidak mengurangi nilai dirimu. Bagaimana kalau kita melukis bersama? Kita bisa membuat mural indah untuk sekolah!"
"Hmm, mungkin bisa menjadi ide yang bagus," jawab Maya, sedikit tersenyum.
Kedua saudara itu pun mulai melukis. Mereka menghabiskan waktu berharga itu, melupakan perbandingan dan fokus pada kebahagiaan yang mereka ciptakan bersama.
Seiring waktu, karya mereka mendapatkan perhatian. Murai yang mereka ciptakan pun menjadi terkenal di desa. Maya mulai merasa percaya diri dan dihargai.
Di suatu hari, saat pameran lukisan, Mama mendekati Maya. "Kamu sangat berbakat, Nak. Aku tidak tahu seberapa hebatnya lukisanmu selama ini."
Maya tersenyum, "Terima kasih, Mama. Rina selalu percaya padaku."
Rina bergandeng tangan Maya lalu berkata, "Ingat, Maya, kamu bukan hanya bayang-bayangku. Kamu adalah bintang yang bersinar dengan terang."
Dengan hati yang penuh, Maya menjawab, "Aku tidak akan berhenti bersinar."
Sejak saat itu, Maya belajar bahwa setiap orang, meski berbeda, memiliki keunikan tersendiri. Yang terpenting adalah percaya pada diri sendiri dan saling mendukung satu sama lain.